PART 2

4K 61 5
                                    

WARNING 21++ !!!


"Selamat pagi Bapak, Ibu. Kami–pihak hotel sedang mencari pasangan yang mampu menunjukkan aksi romantismenya dengan pasangannya dalam rangka acara perayaan ulang tahun pernikahan pemilik hotel kami. Apakah bapak dan ibu bersedia untuk berpartisipasi?" Tanya seorang karyawati hotel yang menghentikan aktivitas sarapan aku dan Temmy.

"Aksi romantisme seperti apa ya, Mbak?"

"Banyak bu. Mungkin berdansa bersama, bernyanyi, kolaborasi musik dan lainnya. Bagaimana Pak, Bu, tertarik untuk begabung? Nanti juga di akhir kami mempunyai hadiah bagi pemenangnya."

"Tapi ehm kami bukan pasang–"

"Kami ikut, Mbak!" Seru Temmy semangat sambil mengerling jahil padaku.

Temmy lalu mencantumkan namaku dan namanya di daftar peserta dan aku masih bisa melihat aksi apa yang ia cantumkan. Dansa. Dulu memang kegiatan kesukaan kami salah satunya adalah berdansa bersama, namun itu sudah sangat lama dan aku sudah tidak pernah melakukannya lagi. Mungkin aku juga sudah lupa bagaimana cara melakukannya. Tapi Temmy meyakinkanku bahwa kami bisa melakukannya.

WE DO IT AGAIN! Ya kami melakukannya lagi seperti dulu. Tak kusangka bahwa respon tubuhku masih sama seperti dulu, hanya karena gerakan Temmy yang menuntunku melakukannya seperti dulu.

Semuanya juga seakan mendukung apa yang aku lakukan dengan Temmy sehingga kami berhasil menduduki juara pertama dibanding aksi romantisme pasangan lainnya. Aku senang tentu saja. Tapi aku terkejut setelah mendapatkan aksi tak terduga dari Temmy. Ia menciumku. Ya, ia mencium bibirku tepat di depan umum. Ia melumat bibirku sebentar dan segera menjauh setelah ia memberikan senyumannya dan mengecup keningku lembut. Aku meleleh mendapatkan perlakuannya seperti itu. Entah mengapa setelah bertahun-tahun berpisah dengannya, tubuhku selalu merespon dan kendaliku menjadi lemah bila berhadapan dengannya.

Hadiah yang kami terima berupa paket honeymoon selama seminggu ke Bali pun diserahkan Temmy kepada pasangan kakek-nenek–juara kedua yang juga menampilkan aksi dansa yang cukup hebat menurutku. Mungkin karena Temmy tahu bahwa hadiah ini akan sia-sia bila tetap berada di kami, mengingat kami bukan siapa-siapa dan aku juga sudah memiliki suami.

Aku belum menceritakan statusku pada Temmy karena aku tidak mau Temmy tahu bahwa aku menikah tanpa cinta, ia juga tidak curiga mengingat aku yang memang tidak pernah memakai cincin pernikahanku–selain di depan keluargaku dan Yudha.

Ngomong-ngomong tentang Yudha, aku sama sekali belum mengabarinya tentang keberadaanku sekarang. Ponselku yang terus berbunyi dari semalampun sudah ku nonaktifkan sejak Temmy ada di sampingku. Biar sajalah, apa pedulinya padaku yang hanya berstatus istrinya di atas kertas.

Saat Temmy sedang mengurus kepindahan hadiah kami, aku izin ke toilet dengannya. Saat aku ingin kembali ke tempat Temmy berada, seseorang sudah lebih dulu mendekapku dari belakang sehingga membuatku memekik kaget. Saat kulihat siapa pelakunya, ia adalah Yudha.

Langsung saja aku berusaha melepaskan diri darinya, namun nihil. Tenagaku tidak sebanding dengan tenaga bantengnya.

"Mau apa kamu disini? Darimana juga kamu tahu keberadaanku?" Tanyaku membalas tatapan tajamnya. "Huh.. kenapa disaat aku sedang bahagia kamu muncul lagi? Menyebalkan sekali." Keluhku padanya.

"Ohh.. sedang bahagia kau rupanya! Aku akan mengakhirinya sekarang juga!" Balasnya kemudian langsung memanggulku seperti karung beras lewat pintu belakang hotel ini menuju ke mobilnya.

Aku terus meronta agar ia melepaskanku. Berbagai cara sudah kulakukan agar tubuhnya limbung dan aku berhasil kabur. Namun nihil. Sepanjang perjalanan pun ada beberapa orang yang menonton aksi gilanya itu, namun tak berani menolongku mungkin karena Yudha sudah memasang wajah seramnya mungkin.

I'M SORRY, DARLING!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang