[5/10]

397 74 27
                                    

Pens

Because he likes to write, he also has 2 pens in his backpack. 1 for school and writes another stuff, and the other one is special because whenever he sees this pen, he always smiles and thinking about you.

-------------  

Suasana KRL sore ini tak sepadat biasanya mengingat ini adalah hari Jumat dimana hampir sebagian besar pekerja kantoran berbondong-bondong ingin cepat pulang karena weekend sudah di depan mata, dan ini terasa aneh untuk Calum dan Viena yang memang setiap hari menggunakan KRL untuk berangkat dan pulang sekolah. 

Keduanya memang lebih suka untuk menaiki KRL dibandingkan harus berlama-lama menunggu macetnya jalanan ibu kota kalau naik mobil atau berpanas-panas dengan motor karena ingin menghindari kemacetan. Untung saja rumah mereka tak begitu jauh dari stasiun jadi Calum hanya perlu menjemput Viena, lalu menitipkan motornya di Stasiun. 

Meskipun KRL tak begitu sesak dan padat, Calum lebih memilih untuk berdiri di depan Viena dan membiarkan Viena untuk duduk di kursi yang sebenarnya sudah penuh. Ia hanya berpegangan pada gantungan diatas kepalanya itu dengan tangan kanannya. Backpack yang selalu setia menemaninya itu pun kini sudah berpindah posisi. Kini ia menggendong backpacknya dari depan untuk menghindari hal-hal yang tak diiginkan. 

Sejak tadi Calum hanya memperhatikan Viena yang entah sedang menulis apa di notes kecil milik gadis itu. Sesekali ia menggumamkan sesuatu yang Calum sendiri tak bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Karena penasaran akhirnya ia pun bertanya.

"Kamu ngapain sih dari tadi?"

Viena mendongakkan kepalanya sedikit. "Aku lagi nulis jadwal buat latih tanding berikutnya. Karena HP aku lowbat dan aku takut lupa, jadi aku catet dulu di notes," jawab Viena sambil menulis. Baru dua kata ia kembali menulis, tinta dari pulpen yang digunakannya pun habis. Ia pun mendecak sebal lalu membuka bagian terdepan backpack milik Calum. 

"Aku pinjem pulpen sebentar ya," ucapya begitu membuka sleting terdepan dari tas milik Calum itu. Ia pun langsung menemukan sebuah pulpen berwarna biru dengan kepala Stitch di ujungnya. Ia tertawa kecil, lalu menatap Calum dengan tatapan meledek. "Katanya gak suka, tapi masih aja di simpen." 

Calum yang tadi sedang memainkan ponselnya pun menatap Viena yang tengah menyeringai lebar kearahnya dengan tangan kanan yang mengacungkan pulpen tersebut. Kedua mata Calum sedikit melebar untuk menahan malu dan mencoba untuk membungkam gadisnya itu. Namun sepertinya usahanya gagal karena orang-orang yang berada di sekitar mereka sempat tersenyum geli melihat pulpen tersebut. 

Viena ingat ketika ia sengaja memberikan Calum oleh-oleh pulpen tersebut sepulangnya liburan dari Disneyland Tokyo. Calum sempat kesal dan marah karena harga dirinya sebagai lelaki tulen dan tangguh dijatuhkan oleh sebuah pulpen berkepala Stitch dan juga bando couple Micky and Minnie. Dan ia tak mengira kalau pulpen tersebut masih disimpan oleh lelaki itu dan bahkan selalu dibawanya di dalam ransel. 

Viena pun kembali menulis dan tak mempedulikan tatapan kesal Calum. Sedangkan Calum sendiri pada akhirnya pun kembali normal. Ia terus memperhatikan Viena yang sibuk menulis, hingga sesuatu terlintas di kepalanya. 

"Kalo diliat-liat kamu sama Stitch mirip ya?" ucap Calum hingga membuat Viena kembali menengadah.

"Maksud kamu, aku lucu?" tanya Viena dengan nada senang. 

Calum pun menggeleng. "Ya nggak lah," jawabnya sambil tertawa pelan. "Maksud aku, kalian sama-sama galak. Terus kalo lagi badmood sama-sama nyeremin. Hiiii!!!"

Viena menatap Calum kesal. Dicubitnya pinggang Calum hingga lelaki itu mengaduh kesakitan. "Sekali-kali puji pacar sendiri apa salahnya sih?" ucapnya protes. 

"Ngapain? Cukup pipi kamu ajalah yang gede. Kalo aku puji terus nanti kepala kamu malah jadi ikutan gede," jawab Calum lalu tertawa. 

Suara operator KRL pun terdengar dan menyebutkan bahwa kereta akan sampai di Stasiun dimana keduanya harus turun. Viena pun menutup notesnya dan memasukkannya ke dalam totebag miliknya lalu berdiri dari duduk. Diketuknya kening Calum dengan kepala Stitch dan kemudian diselipkannya pulpen tersebut pada saku kemeja Calum. 

"Masih mending kalo aku gede di pipi, dari pada kamu gede di semuanya!" ucapnya sambil berlalu.

Keduanya pun turun dari kereta dan Calum berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Viena yang berada beberapa langkah di depannya. 

"Jangan gitu ah," kata Calum sambil menarik lengan kanan Viena. "Kalo lagi di tempat umum, jangan diumbar-umbar dong kalo punyaku gede," lanjutnya dengan senyuman mesum ala om-om. 

Mendengar itu, Viena melepas genggaman tangan Calum lalu menarik hidung besar milik lelaki itu. "Makan tuh gede!" 

 -------------

-AN-

Bosenin gak sih gengs???? 

5SOS SCHOOL STUFF | CalumWhere stories live. Discover now