Memories: Page 2

274 45 17
                                    

.

Joker Game © Koji Yanagi

Her Memories © Yuzu Nishikawa

[Young! Letcol Yuuki x Reader]

Picture mulmed not belongs to me © to the artist (rion8014)

Don't Like, Don't Read!

(Warning! Out Of Character)

.

Minggu ketiga, bulan Febuari tahun 1918

Hari itu aku tengah menyendiri di bawah pohon sakura di dekat bukit dan hari di mana untuk kedua kalinya aku bertemu dengannya. Kupikir dia sudah menikah, tapi siapa sangka jika kesalahpahaman itu adalah awal kedekatanku dengannya.

.

"Are, saru onna."

Aku yang tengah mengunyah onigiri menoleh lalu melotot kearahnya.

"Siapa yang kau panggil saru onna, ojisan*." ucapku setelah menelan onigiri yang ada di dalam mulut.

Dia balik melotot ke arahku lalu berkata, "siapa yang kau panggil ojisan."

"Tentu saja kau," aku menyesap teh hijau dari gelas cawan, menghangatkan kembali tubuhku yang kedinginan di bawah pohon sakura lalu kembali berkata, "sedang mengajak anakmu jalan-jalan, huh?"

Siapa yang menyangka jika dia sudah menikah? Padahal wajahnya masih terlihat muda.

"Anak apa? Menikah saja belum," ucapnya dengan dahi berkerut.

Kenapa dia mengelak seperti itu?

"Kau tidak boleh berkata seperti itu di depan anakmu, ojisan," kataku lalu menggoyangkan jari telunjukku ke kanan dan ke kiri.

"Hei, adik kecil, apa dia ayahmu?"

Ia menunduk setelah mendengar pertanyaanku dan menyadari jika ada seorang anak kecil laki-laki yang berdiri di dekat kakinya seraya menggenggam kain celana yang ia pakai.

Ia menatapku, lalu kembali menatap anak kecil dikakinya dan menatapku lagi, "dia bukan anakku."

Bernarkah dia bukan anaknya?

Aku hanya menggedikan bahu acuh, lalu merapikan kotak bekas onigiri dan juga cawan teh dengan senyum tipis. Aku lebih memilih menyantap makan siangku di luar ryokan* walau cuacanya masih dingin, daripada harus berada di ryokan dan ditatap sinis oleh seorang nakai menyebalkan.

Pria di hadapanku kali ini berjongkok dan menepuk kepala bocah laki-laki itu dengan lembut, "kau bersama siapa disini?"

Bocah laki-laki itu tidak langsung menjawab, ia hanya mengedip lucu ke pria itu dan kearahku secara bergantian lalu mulai berbicara, "ojisan."

"Ara ... anak kecil memang jujur ya," ucapku dengan nada meledek.

Dia hanya menatapku tajam, lalu kembali menatap anak kecil di hadapannya itu.

"Baiklah, kau boleh memanggilku ojisan," ujarnya dengan nada tak rela, "jadi kenapa kau mengikuti ojisan?"

"Neko-chan." Jawab bocah kecil itu dengan senyum lebar.

"Hah?" ucap kami serempak.

"Kuro neko*." Hanya kata itu yang diucapkan oleh bocah kecil itu dengan mata berbinar dan senyum lebar yang menggemaskan.

Aku masih bingung atas apa yang dikatakan bocah kecil itu, tapi pria yang berada didepanku ini sepertinya mengerti.

"Ah, aku mengerti." terlihat ia menepuk kepalan tangannya diatas telapak tangannya yang lain. "Sebelum jalan kesini aku sempat main dengan kucing hitam, sepertinya bocah ini mengikutiku karena kucing hitam itu."

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Pria di hadapanku itu kini menunduk dengan kedua tangan terulur lalu menggendong bocah kecil itu dan menahan tubuhnya dengan satu tangan, dan berdiri menghadapku.

"Aku akan mengantar bocah ini ke han keimu*. Biar mereka yang mencari orangtuanya."

"Oh, semoga berun-ugh!" saat hendak berjalan pergi, dengan kurang ajarnya pria ini menarik kerah tsumugi*ku hingga membuatku tercekik dan mendelik kesal ke arahnya.

"Kau ikut sebagai saksi. Aku tak mau di interogasi oleh anggota kempetai* itu karena dikira penculik."

"Hei, aku bahkan tak tau kalau anak itu memang mengikutimu atau dia memang kau culik!" aku berkata ketus seraya melotot ke arahnya agar melepas kerah tsumugiku.

"Memangnya wajahku terlihat seperti penculik, huh!" dia balik melototiku, dan tangannya melepas kerah tsumugi yang kupakai.

'Bukan penculik, tapi penggoda.'

"...."

A-apa yang kupikirkan?!

Aku menghela napas, lalu merapikan kerah tsumugiku dan menatap pria itu. Sebenarnya aku tidak peduli dengan pria ini, tapi kasian juga kalau dia dikira seorang penculik padahal bocah kecil ini yang mengikutinya.

"Baiklah ayo. Hanya sampai kantor han keimu saja ya."

Kami berjalan berdampingan dalam diam. Tidak, lebih tepatnya akulah yang diam, karena pria di sampingku ini terlalu asyik tertawa dan berceloteh dengan bocah kecil yang ia gendong. Diam-diam aku melirikan ekor mataku menatap pria di samping kananku ini, wajahnya memang tampan, badannya juga tegap seperti tentara, senyumnya ramah, saat tertawa ia benar-benar membuat kinerja jantungku bekerja tak seperti biasanya.

Sosoknya saat ini benar-benar terlihat seperti seorang ayah yang tengah bercanda ria dengan anaknya, dan kami yang jalan bersama, apa terlihat seperti seorang keluarga, ya?

Tidak, tidak, apa yang sebenarnya sedang kupikirkan! Aku merasa berdebar dan wajahku mulai menghangat, sebenarnya perasaan macam apa ini!!

.

Ojisan: Paman

Ryokan: penginapan dengan fasilitas dan bangunan berarsitektur Jepang

Kuro Neko: Kucing Hitam

Tsumugi: Kimono santai untuk dikenakan sehari-hari dirumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti saat berbelanja atau jalan-jalan

Kempeitai: Satuan polisi militer

Han Keimu: Unit polisi

.

Sorry chap ini aku publish ulang karena ada sedikit error di wattpadku
.

Y'z [20 Mei 2017]

Her Memories [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang