SIHIR PERTAMA

6.9K 650 25
                                    

Akhirnya update, maaf yang nungguin ini lamaaa banget. Hahh sebenernya ga usah nungguin sumpah, gua merasa bersalah jadinya ckckck emang ga profesional banget kan.

Disclaimer: Fanfiction, means fans write it. So I don't own Harry Potter. Shocker, I know, but I don't. Thank you Jo!

.
.
.

Pagi itu sama halnya dengan pagi yang lain. Dimana embun masih nampak pada kaca-kaca rumah, kabut pun masih setia turun dan mencoba mengaburkan pandangan orang-orang. Burung-burung berkicauan melantunkan nyanyian pagi yang menambah kesegaran. Bunga-bunga mulai bermekaran ditemani air-air yang menempel pada kelopaknya. Bau tanah tanah tercium jika saja kau menghirup nafas. Hujan badai yang mengguyur dunia sihir tadi malam sepertinya sudah reda dan untungnya taman masih dalam keadaan normal. Tanpa ada pot-pot bunga yang terbalik atau nyangkut di atas pohon.

Suasana tenang Malfoy manor tidak diragukan lagi. Dengan tamannya yang luas dan indah lalu rumah yang megah bak istana benar-benar mempesona. Burung-burung kutilang menemukan tempat favorit mereka, mandi-mandi manja disebuah tempat-- ditaman manor-- dengan suka cita sambil bercicit-cuitan. Mereka menyukai---

"SCORPIUS MALFOY!!!!!!!"

Ketenangan.

.
.
.

Pria muda berusia 12 tahun itu menatap karpet mahal yang ia injak. Sambil sesekali menggerakkan kaki abstrak mencari cara untuk menyalurkan kegugupannya saat ini. Ekspresi tak terbaca diwajah pria muda pirang platinun itu, ia memainkan jarinya, mengosokkan kukunya satu sama lain. Sambil menghitung--kemungkinan umurnya sampai kapan. Sejenak ia merasakan hawa dingin berada disekitarnya. T-shirt Nike yang ia kenakan tidak dapat membalutnya sehangat jaket atau selimut sihir--anti dingin--. walau begitu ia begitu menyukai pakaian muggle itu, begitu trendy tidak seperti baju-baju para penyihir. Kemarin ia baru melihat jubah dengan cula naga di pundak seorang penyihir berumur lanjut. Yang katanya di jahit oleh Luna Lo-- lo, entahlah siapa ia lupa.

"Ehm, mo-mother bisa kau membawakanku sweater? Ak-aku kedinginan.." Suara ia keluarkan seperti cicitan seolah ia adalah makhluk paling lemah--yang otomatis paling cepat mati. Hal yang pria muda itu banggakan adalah sandirwara ketidakberdayaannya yang dapat membuat semua orang iba. Namun tidak halnya dengan keluarganya. Pria berkepala tiga yang berada di hadapannya itu mendelik, menahan istrinya yang baru saja mengangkat bokongnya dari sofa.

"Tidak usah 'Mione, biarkan saja." Komentar pria berkepala tiga itu singkat. Kata-kata singkat darinya menambah mutlak kalau pertemuan hari ini akan diselesaikan dengan 'mulus' dan 'tanpa hambatan'. Hermione melirik kedua pria yang nyaris kembar itu bergantian, ia tidak tahu harus menuruti yang mana. Ingin rasa ia mematuhi suaminya namun Hermione juga tidak tega melihat wajah memelas anaknya. Hermione menghela nafas, ia mengangkat tangan tanda menyerah. "Aku tidak ikut campur oke?" Katanya.

"Tentu saja kau ikut 'Mione, kau itu ibunya remember?" Ucapan Draco membuat Hermione mendelik malas.

"Ku pikir mengenai sifatnya yang 'enerjik' ini adalah turun darimu, Drake?" Tanya Hermione, Draco yang mendengar itu tertawa monoton. "Jadi kau menyalahkan aku? Kau juga ikut dalam 'pembuatannya' 'Mione," Hermione mengerang mendengar itu.

"Astaga Draco, bisakah kau tidak membahas itu?" Ia menyipit kesal. Tidak menyangka musang disebelahnya itu dapat berbicara bal tersebut dengan lancar. Didepan darah dagingnya yang masih polos. Namun Scorpius mendengar antara peduli dan tidak, ia masih memikirkan bagaimana bisa terlepas dari hukuman yang akan menimpanya. Draco terbatuk canggung mengingat pembicaraan mereka sudah keluar dari jalur. Ia mengkaitkan kedua tangannya dan menatap lurus Scorpius yang duduk dihadapannya.

Draco's AnxietyWhere stories live. Discover now