Part 14 - Kanker?

894 26 22
                                    

5 Desember 2016

Enam bulan sudah Nico dan Keke tak pernah lagi bertemu. Sejak kepulangan mereka Dari puncak, tak ada lagi yang saling mengetahui kabar satu sama lainnya. Entah itu disengaja, atau memang kehendak Alam lah yang tak membiarkan mereka untuk saling berhubungan lagi.

Namun semua itu tak dapat mengembalikan situasi menjadi Normal seperti semula. Keke masih saja memikirkannya, bayang-bayang tentang Nico masih selalu menghantuinya. Lembaran-lembaran kejadian yang terjadi enam bulan lalu juga masih selalu terbuka dalam ingatannya.

Dia tak bisa mengelak, dia juga tak bisa menghentikan semua ini. Tak mudah baginya untuk melupakan Nico. Tsk semudah dengan ia membalikkan telapak tangannya.

Meski kini dirinya tetap melanjutkan hubungannya bersama Dafa, bahkan tak terlihat jika ada keretakan diantara mereka, tapi kenyataanya ada sesuatu yang hilang dari hatinya. Sesuatu yang sejak dulu hilang bersama dengan kepergian Nico dalam hidupnya. Dan itu terulang kembali.

Namun Dafa tak mengetahuinya, bahkan setelah liburan mereka di puncak kemarin, dia merasa kalau kekasihnya kini telah kembali. Tak ada hal eneh lagi yang ia dapati hingga kecurigaannya pada Nico lambat laun menghilang.

Dafa juga merasa kalau hubungan mereka semakin baik dan tanpa ragu lagi dia telah siap menanti hari bahagianya, yakni hari pernikahan mereka yang akan diselenggarakan dua bulan lagi.

Semuanya telah dibicarakan oleh pihak keluarganya dan keluarga Keke. Bahkan persiapan hampir rampung jauh-jauh hari. Seperti Gaun Pengantin, Lokasi acara, Cettering hingga daftar para Tamu undangan telah usai dikerjakan. Tersisa foto Prawedding saja yang belum difikirkan.

Dafa berencana akan memakai Jasa Teman-teman Foto grafernya. Dan dalam hal ini, dia sepertinya tak perlu repot repot memikirkannya sebab di kepalanya sudah ada satu nama yang tergambar jelas.

Sedang Keke, menjelang hari bahagianya. Dia tampak semakin gelisah. Meski tak mengelak tapi dia tetap tak bisa tenang memikirkannya. Di satu sisi dia bahagia tapi di sisi yang lain dia juga terluka. Dia masih belum bisa melukapan sosok Nico. Bahkan tak akan pernah bisa. Dan inilah yang membuatnya tak bahagia seutuhnya.

Kini, dalam keresahannya, dia duduk terdiam diatas tempat tidurnya sembari menatap selembar foto dalam Buku Diary nya.

"Dalam Hidup ini, bukan kita yang menentukan dengan siapa kita akan bertemu dan kepada siapa kita akan jatuh cinta. Tapi tuhan lah yang telah mengatur semuanya.

Aku bertemu denganmu adalah rencana tuhan, aku mencintaimu pun adalah kehendak-Nya.

Tapi kamu harus tau satu hal, Keke. Seseorang yang hadir dalam hidup kita tak selamanya abadi. Ada yang singgah sesaat lalu pergi, ada yang singgah beberapa lama namun pada akhirnya akan pergi juga.

Tapi pasti akan ada yang singgah, menetap dan akan abadi berada disisi kita hingga maut memisahkan.

Dan aku.

Aku adalah golongan yang kedua. Yang hanya bisa singgah beberapa saat dan harus pergi meninggalkan kamu.

Dan kamu,

kamu harus bisa menerima semua itu.

Karna apa?

Karna Tuhan telah merencanakan untukmu yang jauh lebih baik dari pada aku.

Dan itu adalah Dafa."

Perkataan terakhir yang Nico ucapkan kala itu kembali terlintas dalam ingatannya. Mereka dipertemukan untuk kembali dipisahkan. Kehadirannya hanyalah sebagai Teman sesaat, bukan sebagai teman hidup yang selama ini diidam-idamkannya. Rasanya berat untuk mengakuinya. Tapi jika mengingat kembali perbincangan orang tuanya bersama orang tua Dava seminggu yang lalu perihal pernikahan mereka, sepertinya semua yang dikatan Nico kala itu seolah benar adanya.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang