11

25.9K 805 163
                                    


Syalen pastilah sangat faham betul dengan suara dibelakangnya. Suara yang membuat hatinya sedikit berdebar. Bukan karna jatuh cinta, tapi karna Arlita sedang bersamanya.

Syalen dibuat sedikit gugup akan panggilan tersebut. Panggilan dari Sherina yang tentu membuat Syalen dilanda cemas.

Sherina yang ternyata seolah tak pantang menyerah, karna setelah penolakan Syalen kemaren. Dirinya masih saja berani kembali mencari Syalen meski ntah untuk apa.

Syalen menatap Sherina dengan enggan, dengan tanpa melepas genggaman ditangan Arlita, meski tadi Arlita sempat mencoba menarik tangannya, tapi Syalen lebih erat menggenggamnya.

Membuat Arlita kini hanya pasrah dengan tangannya, meski merasa aneh dan sedikit malu juga tak enak, karna didepan mereka ada seseorang.

Mata Arlita dan Sherina juga sempat sekilas bertabrakan tatap. Sherina yang merasa hatinya semakin pilu melihat Syalen menggenggam erat tangan seseorang.

Sementara Arlita merasa keadaan yang canggung, yang membuatnya tak tau harus apa, yang membuatnya merasa tak enak dengan suasananya.

"Ada apa lagi hmm?" Tanya Syalen.

Dengan datar, terlihat begitu biasa nampak seolah malas menatap enggan pada Sherina.

"Dia, pac..." tanya Sherina terputus.

"Ini Arlita" jawab Syalen.

Yang memang sengaja menyela tanya Sherina, karna Syalen sudah faham maksud Sherina, dan Syalen tak mau penggakuannya pada Sherina tentang Arlita sampai diketahui Arlita, karna itu bisa saja menjadi gawat.

Arlita dibuat bingung dengan dua orang itu, dan juga dibuat penasaran akan ucapan Sherina yang terputus.

Sherina sedikit tersenyum getir mendengar ucapan Syalen, nyeri didadanya jelas bertambah, tapi coba ditahannya agar tak tumpah. Jika hanya ada Syalen saja mungkin air matanya sudah mengalir.

"Sherina" ucap Sherina.

Mengulurkan tangannya pada Arlita, sedikit tersenyum dipaksakannya, ntah apa maksudnya memperkenalkan diri pada Arlita, yang membuat Syalen semakin merasa gugup.

"Arlita" jawab Arlita.

Tersenyum meski sedikit tidak enak juga malu-malu, seperti pembawaannya, apalagi melihat Sherina yang nampak begitu cantik hampir sempurna menurutnya. Jelas membuat Arlita merasa minder.

Syalen yang merasa suasa tak nyaman semakin menggenggam erat tangan Arlita, membuat Arlita menoleh padanya, begitupun Syalen yang langsung memberi senyum termanisnya. Berharap Arlita lebih nyaman dengan keadaan saat ini.

"Aku nyari kamu buat ngasih ini" ucap Sherina.

Memberi Syalen selembar undangan, yang jelas itu pasti undangan pernikahannya.

Yang ntah kenapa seketika mampu membuat hati Syalen bak dipukul hebat, meski Syalen tetap bersikap biasa meski Syalen menahannya, tapi dalam hatinya dirasa sakit luar biasa karna lagi Sherina mampu membuat luka.

Karna bagaimanapun belum sepenuhnya Syalen melupakan Sherina, karna meski sedikit tapi masih membekas jelas Sherina dihatinya.

Syalen menerima undangan dari Sherina, dengan raut yang dibuat sebiasa mungkin. Sherina menatap Syalen jelas dengan tatapan sedih tapi rindunya.

Tapi Syalen tak hiraukannya. Syalen nampak membuang pandangannya, lalu tangannya meremas undangan itu dengan kuat ntah sadar atau tidak.

Arlita yang tau itu dibuat semakin bingung, Arlita merasa sikap Syalen juga Sherina nampak aneh, karna meski keduanya terlihat biasa tapi seolah pernah begitu dekat.

Mari Bercinta (GxG)Место, где живут истории. Откройте их для себя