1 - Being An Enchancer Ain't Easy

246 6 1
                                    

Aye. GLS ini ditulis oleh Mincep / @WHOOPSGREY. Happy reading love<3, 

***

Good night,” ucapku. Yang di ajak bicara hanya diam seribu bahasa, tak berkutik bahkan. Aku mengerucutkan bibir, “Good night−“ ulangku, sebal tak dianggap seperti itu. Tak lama, aku tertawa bodoh. Kenapa aku berbicara dengan tembok? Tembok yang ditempeli poster seorang cowok sekitar 16 tahunan, dengan rambut dan mata yang sewarna− cokelat. Aku menghela nafas kagum lalu duduk bersila didepannya dan terus memandang poster itu, Greyson Chance-Truth Be Told pt. 1.

Aku tahu aku ini gila. Setiap hari terus mencoba berkomunikasi dengan poster itu seakan itu makhluk hidup. Mama mulai khawatir dengan keadaanku dan ia memaksaku untuk menemui dokter. Dengan tegasnya aku berkata ‘Tidak! Aku hanya sedang terserang heart attack,’. Dan Mama pun terlihat bingung dan akhirnya menyerah menarik-narikku agar menyingkir dari depan dinding.

Aku 13 menuju 14 tahun ini, plus kacamata. Dan tak lama aku akan menikahi calon suamiku yang beranjak 16. Haha, bagaimana mungkin aku mengklaim dia adalah calonku− tahu bahwa aku ada di dunia ini saja dia tidak tahu. Sungguh menyesakkan hati.

Nama asliku adalah Monafortuna Rahardian, nama panggilanku Mona. Nama tersayangku Moonchancer− yang kumodifikasi dari penggabungan antara Mona dan Enchancers. Aku tulen Indonesia− Mama Jawa, Papa Madura. Itu sebabnya mukaku pas-pasan seperti ini. Detik ini dan entah sampai kapan, aku tinggal di Malang.

“Mona...” panggil seseorang dari pintu kamarku. Aku sontak kaget dan hilang konsentrasi dari poster, bertanya-tanya dalam hati siapakah di ambang pintu sana. Greysonkah? Aku buru-buru naik ke ranjang. Dan tepat saat itu pintu terbuka. Postur tegap 178 cm, rambut coklat.

“Haa!” aku terkaget-kaget melihat parasnya, “sejak kapan kau pakai wig?” tanyaku menggoda dirinya, Mas Dodi, kakakku. Yang ditanya cekikikan, “Ini bukan wig, dodol. Aku mewarnai rambutku!” Mas Dodi masuk dan duduk di lengan ranjang.

Aku tersedak, “Kupikir kau sudah tahu peraturan di kampus, tapi kok−“ sebelum aku mengoceh, Mas Dodi memotongnya, “Kalau sudah mahasiswa boleh,” dia menyunggingkan senyum kemenangan.

“Cih. Tadi aku kira Grey yang masuk, eh ternyata..oh ternyata,” dengusku, sedikit bernada kecewa. “Ini Dodi Chance,” katanya bangga.

“Heh?! Dodi Chance? Yang bener aja deh. Mas itu cocoknya Dodi Cheng, supaya mirip Cina gitu, kan matanya udah mendukung,” ledekku tertawa gelak. Mas Dodi hanya geleng-geleng kepala.

“Semaumulah mau ngatain aku apa,” Mas Dodi beranjak, “selamat Mama, Mrs. Chance. Semoga mimpiin suami anda yang bahkan tak tahu bahwa kau ada,” lalu ia mematikan lampu dan keluar kamar.

Aku menarik selimut sampai menutupi kepalaku. Perlahan kupejamkan mata dan mulai membayangkan Grey. Aku membayangkan aku dan dia berada di sebuah taman, dia berlari-lari kecil menghampiriku dan berkata, “I tought Leila is just a figment. Then I meet you here, My Mona,” seraya tersenyum manis.

Itu sukses membuatku berteriak nyaring, untunglah aku menggigit bibirku. Membayangkan tentang Grey saja sudah membuatku nyaris pingsan, bagaimana bila nanti aku menikahinya? Hehe. Sebelum beranjak ke alam mimpi yang sesungguhnya, aku menyenandungkan You Might Be The One dan memandangi poster dari kejauhan yang hanya tampak hitam pekat.

                                                            ***

“Woy! Bangun, woy!” seseorang menarik-narik selimutku dan meneriakiku tepat di telinga. Aku segera duduk karena tak tahan, segera kupelototi Mas Dodi. “Biasa ae tah, Mas!” kataku keras dalam bahasa Jawa yang berarti ‘santai aja, Mas!”

From Oklahoma With Love [Greyson Chance Love Story]Where stories live. Discover now