New Home

22 1 0
                                    

Happy Reading

Ketika dihadapkan ketidaktahuan. Sampai mengira ini hanyalah mimpi yang tak kunjung menemukan titik terang. Nyatanya apa yang terjadi tak pernah terlintas dalam pikiran.

Terlalu melelahkan. Sungguh. Sebab delusi akut yang tersaji membuat dirinya meyakini, mungkin ia akan menjalani kehidupan yang baru?

Ck serius, apa perlu ia memberi ucapan selamat? Karena kepindahannya secara mendadak seperti ini. Diluar ekspektasi pula. Jiwa dan raga seutuhnya bukan lagi mendarat di bumi kelahiran yang sebenarnya, melainkan bumi pertiwi negara kelahiran ibunya.

Baiklah, selamat datang di Korea Selatan.

Entah sudah berapa tahun Dara tak pernah berkunjung. Dan entah sudah berapa lama Dara tak menempati kamar pribadinya yang terasa asing tak asing.

Tubuhnya baru tersentak. Putus pandangan yang sibuk akan menyoroti perabotan-perabotan yang terpajang manis di kamar pribadinya. Batin mengatakan tak ada yang berubah. Walau Dara tidak terlalu yakin untuk itu.

Bunyi kebisingan lambat-lambat mulai mendekat. Pintu terbuka, memperlihatkan siluet pria yang diyakini memiliki ikatan darah yang sama dengannya. Dennis Fang. Pria itu terlihat sibuk. Dara buang pandang.

"Taruh disana saja." Perintahnya pada beberapa pelayan yang sibuk membawa koper. Tak perlu bertanya koper itu milik siapa. Sebab, seutuhnya milik Dara.

Diam-diam Dennis melirik sang adik. Menaruh rasa bersalah yang membuat hatinya menggelitik tak nyaman.

Minta ampunan kepada Tuhan. Sebab Dennis telah menyetujui rencana sang ayah. Walau setengah tak merelai. Persetan dengan semunya! Dipikir-pikir lagi ini demi kebaikan Dara juga. Shit! Dennis benci pilihan.

Membentuk sebuah perjodohan dan berharap kekuatan cinta dapat merubah mereka.

Fix! Dennis sudah ketularan gila seperti ayahnya.

Dan sesuai rencana. Ayah menyuruhnya untuk memboyong Dara ke Korea.

Beberapa pelayan sudah beranjak satu-persatu. Maka sekarang hanya mereka yang tersisa. Hening melanda membuat Dennis merasa tak betah. Maka diawali pembicaraan dengan terbatuk penuh konteks misteri. Ehem.

"Aku hanya ingin memberitahu." Katanya, cepat sekali bungkam. Menggantung diakhir kata.

Gugup melanda lebih cepat dari yang dikira. Saat kedua mata saling mengunci dan bertumpuk. Dennis yang lebih dulu buang pandangan. Menetralisir rasa bersalah yang semakin memuncak. Ia tak bisa pandang lama-lama adiknya.

"Kamar ku berada di depan mu kalau tak ingat."

Dara melirik keluar kamar, yang kebetulan pintu tengah terbuka lebar.

Dennis mafhum.

Dennis gatal tak bersua. "Kalau kau membutuhkan sesuatu panggil saja aku, atau pelayan. Buatlah dirimu senyaman mungkin, itu akan membantu walau tak banyak. Aku tau kau sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi setidaknya berusahalah."

"Trims."

Singkat padat dan jelas. Menjadi kakak yang baik haruslah bisa menahan kekesalan. Jadi mohon bersabar, karena ini ujian berat.

The Little GirlWhere stories live. Discover now