Chapter VI

1.4K 144 4
                                    

Percy menarik napas dalam. Inilah saatnya. Ia bersiul keras, seperti memanggil taksi di New York. Ia menatap ke langit, dan muncul siluet hitam dari sana. Siluet tersebut membesar, dan detik berikutnya, seekor pegasus hitam mendarat di hadapannya. Diikuti pegasus lain yang berwarna putih.

"Blackjack! Hai, sobat," kata Percy, mengelus moncong Blackjack.

Blackjack meringkik dan menatap Percy dengan ekspresi bertanya. Sekaligus berharap.

"Kau akan membawaku untuk menyerang sebuah istana tak jauh dari sini. Dan tidak ada donat untukmu." katanya tegas, sebelum menoleh pada si pegasus putih. "Hai, Guido. Apa kabar?"

Guido meringkik antusias. Ia menyundulkan moncongnya ke tubuh Annabeth yang tengah bicara dengan Jason. Annabeth terlonjak kaget, namun ia berhasil mengendalikan diri dan mengelus kepala Guido.

"Hei, Jason," Percy menyenggol bahu Jason. "mana tungganganmu?"

Jason terdiam. Ia memejamkan mata, berkonsentrasi. Angin bertiup lebih kencang. Suara guntur terdengar dari kejauhan. Mendadak, udara di hadapan mereka mewujud menjadi seekor kuda uap lengkap dengan sayapnya.

"Hei, Topan," kata Jason. "Sejak kapan kau punya sayap?"

Topan hanya mendengus menghadapi Jason. Ia berputar sekali, merentangkan sayap, dan menjejerkan badan dengan Blackjack.

"Whoa," kata Edmund yang mendadak muncul. "itu tunggangan kalian? Keren sekali. Apakah kami dapat juga?"

Annabeth mendengus terang-terangan. "Tentu saja tidak. Kau tidak lihat mereka ada berapa?"

"Lalu kami akan naik apa?" tanya Edmund.

Percy menunjuk beberapa meter ke depan, ke tempat para griffin tengah bersantai. Edmund menyipitkan matanya untuk melihat, dan ia tersenyum antusias.

Begitu yang lain berkumpul, Annabeth mengingatkan mereka kembalu akan rencana awal. Percy, Annabeth, dan Jason, yang akan berangkat lebih awal, menaiki tunggangan masing-masing.

Percy menepuk leher Blackjack pelan dan Blackjack membubung ke angkasa. Percy menoleh ke belakang, dan para griffin mengangkasa ke udara, dengan Caspian, Peter, Edmund, dan Susan di masing-masing cakar mereka.

Perjalanan ke istana Telmarine tidak memakan waktu begitu lama. Dalam hitungan menit, mereka sudah melihat siluet kastil di kejauhan. Seperti rencana, yang akan masuk duluan adalah Caspian, ketiga Pevensie, dan ketiga demigod.

Percy, Annabeth, dan Jason turun di tempat yang sama dengan Caspian. Sementara Edmund akan berada di menara tertinggi, memberi sinyal. Susan akan memanah semua penjaga yang berada di jangkauannya.

Caspian, Susan, dan Peter mengurus Miraz. Sementara ketiga demigod akan berjaga di bawah, menyerang para penjaga.

"Percy!" teriak Annabeth. Ia tengah berada di tengah banyak penjaga. "Bantu aku!"

Percy mengangguk. Ia menyiagakan Riptide, lalu menyerang. Dalan waktu singkat, semua penjaga sudah terkapar.

"Apakah kita harus membuka gerbangnya sekarang?" tanya Jason, yang muncul dengan wajah tersayat. Gladius emasnya berlumuran darah.

Annabeth menatap kejauhan, dan mengangguk. "Lebih baik begitu. Edmund belum memberikan sinyal, tapi kita harus bergegas."

Mereka berlari ke arah gerbang, bersamaan dengan munculnya Peter dan Susan. Caspian tidak terlihat, tapi ekspresi kesal tercetak jelas di wajah Peter.

"Di mana Caspian?" tanya Jason hati-hati.

Peter memelototi tanah seakan itu Caspian, dan berkata, "Ia melanggar rencana. Sekarang Miraz tahu kita di sini. Sebaiknya cepat."

Percy mengangguk. Di menara tertinggi, Edmund sudah siap dengan senternya. Mereka membuka gerbang dengan susah payah, dan saat gerbang terbuka, pasukan Narnia menyerbu masuk.

Percy tidak tahu yang terjadi, pastinya mereka bertarung gila-gilaan. Peter melihat Miraz di atas, dan bergegas menghampiri. Sementara itu Caspian muncul dengan mata berkilat marah.

Pasukan mereka nyaris kalah telak. Pasukan Miraz jauh lebih unggul, baik dari jumlah maupun senjata. Dan sialnya, Miraz memerintahkan pasukan untuk menutup gerbang.

"Semuanya! Mundur!" seru Peter.

Percy menoleh pada Annabeth dan mengangguk. Ia bersiul, dan kedua pegasus muncul kembali. Ia melompat naik, begitu pula Annabeth. Jason sudah membubung dengan topan sejak tadi.

Percy melihat ke arah gerbang. Gerbang tersebut hampir tertutup, namun disangga oleh seekor minotaur. Tapi Percy bisa melihat, minotaur tersebut terluka. Sebuah panah mengenai kakinya, dan minotaur tersebut ambruk.

Percy mengalihkan pandangan. Ia memacu Blackjack, dan Blackjack menambah kecepatan.

"Ini semua karena kau!" saat Percy mendarat, terdengar suara Caspian dan Peter bertengkar.

Percy melompat turun, dan bergegas mendekat. Caspian menodongkan pedang pada Peter. Percy mendesah pelan. Pertengkaran yang akan bertahan lama.

"Cukup, kalian berdua! Semua yang mati di sana tidak akan kembali dengan kalian bertengkar!" teriak Annabeth berapi-api.

"Sebaiknya kita buat rencana baru. Mereka pasti menyerang."

~#

The Prince, The Royal and The DemigodsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang