Ch1

226 5 0
                                    


Sebelum baca ,untuk informasi cerita ini mengandung unsur BXB.
Yang kgak suka silahkan pilih kembali :v

.
.
.
.
.
.
Rumah bagaikan kuburan, sepiiii bahkan saat banyak penghuni namun mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Itulah yang menyebabkanku malas pulang ke rumah.
Oh ya namaku Rahendra, nama lengkapku Dika Rahendra. Aku tak suka jika ada orang yang memanggil namaku Dika, banyak bayangan buruk yang aku ingat dengan nama itu. Ah sudahlah aku tak ingin mengingatnya.
Umurku 19 tahun, tubuhku cukup pendek dan kecil untuk ukuran seorang pria. Banyak yang memanggilku cantik. Yang benar saja aku ini laki-laki, aku tampan bukan cantik. Aku sangat menyukai eskrim, dia manis setidaknya tidak seperti hidupku yang teramat pahit. Begitulah deskripsiku tentang eskrim.

"Drrtt..drrt"
Aku merasakan getaran di saku celanaku, aku lihat tertera nama Justin disana. Tidak biasanya dia menghubungiku jika tidak ada hal yang penting. Segera aku geser layar ponselku ke arah yang berwarna hijau.

"Hallo"

"Kau dimana?"

"di kantin, ada apa?"

Terdengar suara sambungan terputus setelahnya. what the?? Dia mematikan panggilan secara sepihak? Dasar gila!! Dia memang sangat menyebalkan, tapi aku menyukainya.

Beberapa menit kemudian aku melihat sosok jangkungnya tengah berjalan kearah ku, mataku tak henti-hentinya memandangi ciptaan tuhan yang sangat sempurna ini. Tubuhnya yang tinggi, hidung mancung, mata sipit, bibir tipis yang menggoda, otak yang encer seencer ingus ketika awal flu (sudah tiduk usah di bayangkan :v), dan kekayaan yang berlimpah. Dimana kaum hawa tidak bertekuk lutut di hadapannya, bahkan kaum adam seperti aku pun bisa terjebak oleh pesonanya.

"Aku mencarimu bodoh"

Ucapnya sesaat sampai di hadapanku, dan mendudukan dirinya di kursi yang berhadapan denganku.

"Mana aku tau"

Ucapku acuh sambil menghabiskan sisa minuman yang tadi aku pesan.

"Omong-omong ada apa kau mencariku?"

Ku lihat dia menghela nafasnya berat. Aku sudah tau arah pembicaraannya jika dia sudah bersikap seperti ini. Hatiku tiba-tiba terasa nyeri, oh tuhan kuatkan hati ini.

"Dia masih tak mau menemuimu?"

Dia membaringkan kepalanya di atas meja, matanya terpejam.
Aku tau dia sangat lelah, dia tersiksa.

"Bahkan dia membenciku, sangaatt membenciku" Ucapnya lirih.

Hatiku semangit berdenyut nyeri, aku tak sanggup sungguh . Melihatnya tersiksa seperti ini membuatku gila. Ingin sekali aku memeluknya saat ini, menenangkannya dan berbagi rasa sakit dengannya.

"Aku terlalu bodoh menyia-nyiakannya dahulu, seandainya dulu aku tidak meninggalkannya mungkin semuanya tidak akan terjadi seperti ini"

Dia benar-benar prustasi.
Aku harus bagaimana?? Aku bingung. Rasanya aku ingin menangis, tak tega rasanya melihatnya serapuh ini.

Ku elus pucuk kepalanya lembut, ku salurkan segala rasa yang menggebu dalam hatiku yang memang tak pernah ia tahu.

"Sudahlah jus, mungkin dia butuh waktu untuk memaafkanmu"

"Kau selalu berkata seperti itu Dra, tapi apa buktinya?? Bahkan dia semakin jauh sampai aku tak akan sanggup untuk menggapainya lagi"

Sedalam itukah kau mencintainya? Mencintai seorang pria yang bahkan kini memilih untuk meninggalkanmu.
Coba lihat aku, aku pun teramat sangat mencintaimu Jus.

Ya, Justin adalah seorang gay seperti ku. Aku mengetahuinya sejak 2 tahun yang lalu, saat aku memergokinya tengah bercumbu dengan seorang pria di dalam kamarnya. Awalnya aku syok, tapi akhirnya aku dapat menerimanya dan bahkan kini aku malah terjebak oleh pesonanya.

"Apa dia akan benar-benar pergi Ndra? Rasanya aku tak sanggup untuk kehilangannya"

Dia menatap kearahku, terlihat jelas sirat kesakitan di mata indahnya. Hatiku tertohok melihat sebuah cairan bening lolos dari kelopak matanya. Tuhaann, sesakit itu kah yang ia rasakan?? Kumohon hilangkan rasa sakitnya, biarkan aku saja yang merasakan sakitnya. Aku sungguh tidak tega melihatnya menderita seperti ini.

Ku genggam erat tangannya, aku berusaha membuatnya kuat dengan genggaman yang aku berikan. Setidaknya aku ingin membuktikan jika ia tidak sendirian, masih ada aku di sampingnya.

"Pletaak"

Aku pukul kepalanya menggunakan sedotan.

"Dasar cengeng, katanya ganteng, manly, keren . Tapi ditinggalin aja nangis"

Seketika itu ia langsung menghapus kasar bekas air mata yang jatuh di pelupuk matanya.

"Pleetaakk"

Dia memukul kepalaku.

"Dasar bocah sialan,kau mau mengejeku hm?"

Ku usap bekas pukulannya yang lumayan keras.

"Apa?? Itu kenyataannya bukan?"

Aku menjulurkan lidahku, mengejek ke arahnya.

"Awas kau ya."

"Kyaaaaa"

Aku berlari menjauh dari jangkauannya, ia terus mengejarku dari belakang. Sampai akhirnya ia dapat menggapai kerah belakang bajuku, lalu ia menariknya secara paksa. Aku sudah menjadi layaknya seekor anak kucing, leherku sakit yang otomatis membuatku berhenti berlari.

"Mau pergi kemana hm?"

Kubalikan tubuhku dan ku perlihatkan deretan-deretan gigiku yang putih

"Kau harus di beri pelajaran".




#TBC

Yooo mohon revewnya semuaaa.
Saran dan kritik sangat di butuhkan di sini :v
Maaf dengan typo yang berterbangan :v

PLEASE LOOK AT MEWhere stories live. Discover now