PREDATOR AT THE LAWSON

12 1 0
                                    

Suatu pagi yang cerah di Pantai Legian Kuta Bali, berdiri kukuh sebuah bangunan berdesain anti-mainstream berwarna biru-putih yang mengganggu pemandangan. 

Bangunan tersebut memancarkan sengatan listrik akibat menyerap sinar matahari.

"ZZZZZTT..... ZZZZTT.... ZZZZZZZZTT.....", begitulah suara sengatan listrik yang pastinya membuat orang berpikir akan mengira itu entah apalah. 

Padahal gedung yang memancarkan listrik itu sebenarnya adalah minimarket store. 

Gedung minimarket itu adalah LAWSON, yang notabene adalah anak perusahaan PT. MIDI UTAMA INDONESIA sama seperti ALFAMIDI dan ALFAMART juga.

TRIO HANAMI yang terdiri atas Ayana Shahab, Haruka Nakagawa, dan Rina Chikano adalah orang-orang yang berada di garis terdepan kasir LAWSON.  

Ketiga bidadari Jepang ini merupakan karyawan LAWSON yang tentu saja mengemban tugas dan kewajiban melayani pelanggan.

Apalagi Rina Chikano atau lebih akrab disapa Chikarina atau Chika~chan, yang dari tadi sangat bersemangat menarik simpatik pelanggan. Padahal hari masih terlalu pagi, belum ada satu pun orang yang menginjakkan kakinya ke dalam LAWSON. 

"Mengejar keuntungan sebesar-besarnya adalah tujuanku karena kalau aku kaya raya, aku berjanji akan menyumbangkan sebagian hasil pendapatan  untuk fakir miskin", kata Ayana. 

"Ow yeah, mulia sekali cita-citamu. Memang begitu seharusnya. Kita harus memanfaatkan peluang sebaik mungkin dalam menjalankan bisnis. Semakin kaya raya, maka semakin besar peluang untuk beramal baik. Kalau miskin, apa yang mau disumbangkan? Gimana bisa beramal?", kata Haruka mengacungkan jempol.

Percakapan Ayana dan Haruka ini bukan bermaksud mengajarkan pembaca menjadi kapitalis serakah ya.

Profit maximization/maksimalisasi keuntungan merupakan hal penting dalam ilmu manajemen ekonomi. Ekonomi terapan justru mencapai coraknya sebagai ilmu yang sistematis dan memiliki kerangka logis yang ketat, karena hanya memandang keuntungan sebagai tujuan perusahaan, sambil melewati semua tujuan lain yang mungkin.

Tentu saja, para ekonom akan menjelaskan bahwa maksimalisasi keuntungan sebagai tujuan perusahaan tidak boleh dimengerti secara harfiah dan pasti tidak boleh ditafsirkan sebagai sebuah pernyataan moral. Artinya dimaksud sebagai sekedar model ekonomis yang diharapkan akan memberi arah kepada strategi ekonomis yang bisa berhasil. Salah besar, kalau orang mengukurnya dengan kategori-kategori etika. Menjadi pemakluman karena hal itu tidak pernah dimengerti secara konkret, sampai meliputi semua seluk-beluk kegiatan ekonomis, apalagi bertentangan dengan norma moral. 

Ane tunggu rate dan komeng nya agan/sista. 






PREDATOR AT THE LAWSONWhere stories live. Discover now