Chapter 13

1.2K 205 8
                                    

Sepulang sekolah Sean langsung masuk ke kamarnya. Dan hal yang pertama ia perhatikan adalah sebuah kado yang tergeletak di meja belajarnya. Itu kado dari Airyn, kado yang sampai saat ini belum dibukanya. Ibunya bahkan bertanya tentang hal itu.

Tangan Sean bergerak meraih kado itu. Dibukanya perlahan bungkus kadonya. Dan setelah melihat isinya, ia tertegun. Itu adalah sketsa dirinya dan Airyn. Jemarinya mengusap sketsa itu dan tak sadar bibirnya membentuk senyuman yang terkesan sedih. Sean meletakkan sketsa itu disampingnya lalu meraih sebuah surat yang juga ia temukan dalam kadonya.

“191204, Its Your Birthday Sean <3
Hey! Selamat ulang tahun yang ke 18. Sekarang umur kita sama kan? Kkk
Aku akan selalu berdoa yang terbaik untukmu. Semoga persahabatan kita akan utuh sampai nanti.
Ayo bersama lebih lama lagi. Aku tidak ingin menjadi sahabatmu hanya sampai di SMA.
Kita akan bersama bahkan setelah kuliah nanti kan?
Ah ya, apa kau suka kejutannya? Ku harap iya.
Aku tidak memiliki ide lagi jadi hanya seperti itu kkk
Dan untuk kado ini, walaupun hanya sebuah sketsa aku harap kau mau menyimpannya untukku Sean!
Aku sangat menyayangimu.”

Sean langsung menyambar kunci motornya setelah membaca surat itu. Ia tidak mempedulikan apapun lagi, yang terpenting adalah ia harus mendengarkan penjelasan langsung dari Airyn sekarang. Dan ia juga ingin, minta maaf. Ya, itu yang terpenting.

***

“Kak, mana Airyn?”
“Di kamarnya. Dia sedang istirahat.” Jawab Vernon seadanya. Sebenarnya ia sedikit khawatir dengan apa yang akan dilakukan Sean. Tapi ia sadar situasi. Dan ia percaya Sean tidak akan melakukan hal yang sama seperti waktu itu. Jadilah ia membiarkan Sean masuk seperti biasa.

Sean sudah ada di depan kamar Airyn sekarang. Dengan hati-hati ia ketuk pintu di depannya itu.

“Airyn...”

Tidak ada jawaban. Ia mencoba mengetuknya sekali lagi. “Airyn, ini aku. Buka pintunya.”

Lagi-lagi tidak ada jawaban dari kamar itu. Tidak mungkin kan Vernon membohongi nya?

Tanpa sengaja tangannya memutar gagang pintu itu. Dan ternyata pintunya tidak terkunci sama sekali.

“Sial! Tahu begitu aku masuk saja langsung.” Sean membuka pintunya sedikit lalu menyembulkan kepalanya. Kamar Airyn sepi. Tidak seperti biasanya.

“Airyn. Aku masuk ya?”

Tidak ada yang menjawab tapi Sean tetap saja masuk. Sekarang ia berdiri di samping tempat tidur Airyn. Gadis itu ada disana. Tertidur dengan sangat pulas. Wajahnya benar-benar terlihat tenang walau masih terlihat sedikit pucat. Sean menempelkan tangannya pada dahi Airyn, ingin tahu suhu tubuh gadis itu. Namun sepertinya hal itu malah mengusik ketenangan Airyn. Gadis itu menggerakkan kepalanya, tangannya mulai bergerak untuk mengucek matanya.

“Kau tidur dengan baik?”

Gerakan tangan Airyn terhenti. Suara itu. Sean. Oh tidak! Apa ia sedang bermimpi? Cepat-cepat ia membuka matanya.

Sean ada disini?

“Sean?”

“Hai.” Sean menyapanya sambil tersenyum kikuk. Ah, kenapa jadi secanggung ini?
Airyn tidak menjawab sapaannya. Gadis itu hanya menatap lurus ke arah Sean. Jujur saja, ia merindukan Sean. Kalau bisa ia ingin sekali memeluk Sean sekarang. Tapi ia masih ingat apa yang sedang terjadi antara dirinya dan pemuda itu.

Love And FriendshipDonde viven las historias. Descúbrelo ahora