3. About Us

6.4K 277 2
                                    

"Kaktus?" Kyle menatapku heran sambil mengangkat sebuah pot kecil berwarna merah bata berisi kaktus yang aku letakkan di meja kecil dekat jendela. Meja itu memang berisi beberapa jenis kaktus yang aku rawat.

"Ya, itu anak-anakku. Yang kau pegang itu namanya Tink." Ucapku sambil memunguti baju atau buku yang berserakan di depan tvku. Tidak seharusnya aku membiarkan tempat tinggalku yang sempit ini terlihat berantakan saat ada pria yang datang berkunjung.

"Ow.... Hai, Tink." Kyle menaikkan sebelah alisnya sambil mengelus pot yang ada di tangannya. Aku bisa melihat dari sudut mataku dia menggelengkan kepala sambil menaruh kembali pot itu ke tempatnya. "Nama lengkapnya pasti Tinkerbell."

"Sebenarnya, hanya Tink."

"Meleset." Gumam Kyle. "Kau menyukai kaktus?"

Aku mengangguk kecil. "Ya. Aku suka sesuatu yang hijau dan hidup, mataku segar melihatnya."

"Tidak mencoba memelihara ikan koi? Mereka juga berwarna, dan mereka bergerak."

"Tapi mereka tidak hijau." Aku mengedikkan bahuku. "Kaktus lebih mudah dipelihara. Aku tidak yakin aku bisa mengurus dengan benar makhluk hidup yang butuh diberi makan secara teratur, itu sudah kucoba. Aku dulu pernah memelihara hamster dan dia mati karena aku lupa memberi makan."

"Oh... Itu menyedihkan. Aku menyesal." Ucap Kyle dengan wajah sedih.

"Ya, terima kasih. Padahal saat itu aku menyimpan makanannya di samping kandangnya. Hamsterku meregang nyawa karena kelaparan sambil menatap makanan yang tidak bisa dia raih. Aku jahat sekali."

"Dia di tempat yang lebih baik sekarang." Kata Kyle sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Bibirnya berkedut menahan tawa, kurasa.

"Aku harus mandi sekarang." Ucapku sambil berjalan ke arah kamarku.

"Ya, silakan." Balas Kyle. Dia menduduki sofa usang di depan tv lalu mulai menyalakan tvnya. Aku tersenyum melihatnya.

"Oke, anggap saja rumah sendiri." Kataku sambil berjalan ke kamar.

"Tentu." Jawab Kyle.

Aku masuk ke kamarku dan menutup pintu lalu bersandar di balik pintu kamar sambil menggigit bibirku, menahan jeritan atau suara lain yang mungkin keluar.

Ya! Aku sangat sangat sangat sangat amat bahagia! Seorang pria sedang duduk di rumahku saat ini, pria yang sangat menakjubkan! Dan aku akan menghabiskan sisa hidupku bersamanya mulai sekarang. Setidaknya kupikir begitu.

Astaga! Adakah sesuatu yang lebih baik dari ini?!

Ini akan menjadi perjalanan hidup yang sangat menarik untuk dijalani dan aku sangat siap untuk ada di dalamnya.

Aku berlari memasukki kamar mandi dan langsung membersihkan tubuhku, mengabaikan rasa perih saat daerah intimku terkena sabun atau air.

Aku tidak perawan lagi sekarang. Ya ampun. Aku tidak tahu aku harus bagaimana menghadapi situasi baruku. Di satu sisi aku merasa nakal, merasa jahat pada diriku sendiri karena dengan sangat tega menghancurkan satu-satunya kehormatan yang kumiliki. Tapi di sisi lainnya aku sama sekali tidak merasa menyesal dengan apa yang sudah kulakukan, aku merasa mungkin ini memang sudah saatnya aku membangun diriku yang baru.

Sejak aku memutuskan untuk tinggal sendiri dan memiliki hidupku sendiri aku memang tidak pernah memiliki keinginan untuk bergaul dengan seorang pria. Yang aku pedulikan hanya karir dan uang. Aku ingin mewujudkan rencanaku untuk membeli sebuah studio dan membuka kelas Cello di studioku sendiri. Terus menggunakan gedung teater untuk keperluanku sendiri terkadang membuatku tidak nyaman dengan pihak teater, walaupun mereka tidak masalah dengan kegiatanku tapi tetap saja.

[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!Where stories live. Discover now