Chapter 2|

26.4K 1.7K 7
                                    

    Akhirnya mata kuliah hari ini selesai. Alexa sangat tidak nyaman menjadi pusat perhatian seisi ruangan apalagi Asher. Lelaki itu menatapnya seakan-akan dirinya adalah mangsa yang selama ini ia incar dan akhirnya berhasil menemukannya.
    Alexa mengemasi seluruh barang yang berserakan di mejanya kedalam ransel, lalu menyampirkan tas ransel itu ke pundak kanannya kemudian berjalan keluar.
Pelajaran tadi sungguh membosankan.

    Alexa tidak bodoh untuk hal semacam itu, teori-teori fisika yang sudah ia hafal betul di kuar kepalanya, beruntung ia masuk di akhir semester, dan akan mengakhiri masa kuliah nya setahun lagi. 

     Kakinya terus melangkah dengan ringan melewati koridor padat yang dipenuhi mahasiswa yang berlalu lalang. Kali ini ia memutuskan untuk mencari informasi seputar Iblis di perpustakaan. Ia masih penasaran dengan Asher --mate-nya. Entah harus berapa lama lagi ia harus berjalan agar sampai, yang pasti saat ini Alexa sudah muak melihat berbagai wujud asli dari beberapa siluman yang menyamar sebagai manusia. 

    Ah iya, ALexa memiliki kemampuan untuk melihat wujud siluman dengan mata telanjang, selain itu, dia juga dapat mendeteksi kemampuan dari masing-masing siluman setelah melihat wujud aslinya. "Hei kau." ALexa menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke sumber suara. Sudah ia duga, yang memanggilnya itu adalah siluman. Ia merutuki kebodohannya sebab sudah memperhatikan siluman itu sambil termangu.

    "Ya?" "Kau mau ke perpustakaan bukan?" ALexa tertegun lalu mengangguk.               

    "Aku juga akan pergi ke sana. Sebaiknya kita pergi bersama. Ah iya namaku Frank." Lelaki bernama Frank itu tersenyum manis nyaris mengerikan. Kemudian ia mendekat hingga kepalanya tepat di telinga Alexa. 

     "Kau dapat melihatku ya?" seringainya dapat Alexa rasakan. Lelaki itu berharap ia akan takut padanya. Huh, jangan harap.

     "Jauhkan mulut kotormu dari telingaku, sialan."

***** 

     "Jadi perempuan seperti apa yang kau inginkan huh?". Lucas mengigit pancake buatan Alexa, sedangkan Logan menyatukan alisnya. 

     "Ku kira seperti Alexa" ujarnya yakin. 

     "Kau yakin ingin memiliki mate psycopath seperti kakak kita itu?!" Lucas memekik histeris.    

     "Berhentilah menyebutku psyco Lucas, atau aku benar benar akan membunuhmu, mengulitimu lalu mencincang daging mu". Ucap Alexa dengan seringainya yang menyeramkan.        "Uhh,, ehhmm, ehh , maksudku," Lucas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa terancam dalam situasi ini. 

      "Logan, Lucas, bagaimana sekolah pertama kalian?" 

     "Ughh, sama saja, semua gadis mengikuti kami, seperti artis saja". Logan mendengus. 

     "Ah i see, kalian tahu?" Logan dan Lucas menggeleng. "Aku bertemu dengan mate ku". Ujar gadis itu, meskipun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, namun salah satu adiknya tahu bahwa Alexa tidak begitu senang dengan kenyataan ini. 

     "Woah, bagaimana dia? Tampan?". Logan nampak antusias. Pancake yang tersisa di atas piring besar kini tinggal sepotong lagi, dan Lucas lah yang mengambilnya. 

     "Kuharap kau bukan gay Logan yang menyukai mate ku". ujarnya sarkastik dengan sorot tajam yang mengerikan. 

     "Astaga! Bagaimana kau bisa menilaiku seperti itu Alexa? Aku masih normal, i'm still normal," Alexa terkikik geli, dengan suaranya yang sumbang. Kedua adiknya tahu bahwa gadis itu sama sekali tidak senang dengan kedatangan mate-nya. Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh Alexa? 

     "Lalu mengapa kau sedih?". Kini Lucas nampak serius, meletakan garpu dan pisau di masing -masing sisi piring. Lucas, dia adalah Werewolf yang memiliki kemampuan yang paling menonjol untuk membaca emosional seseorang daripada Logan yang seringkali mengabaikan perasaan orang lain karena menurutnya sangat merepotkan, dan Lucas tahu betul perasaan yang ALexa sembunyikan dengan baik dibalik wajahnya yang datar. 

     "Itu tidak penting. Ah maksudku aku sangat cemas sebab mate ku itu seorang Lucifer." Lucas dan Logan saling bertukar pandang.

     "Bukankah ras Demon membenci ras Werewolf?" Lucas menganguk membenarkan ucapan Logan. Alexa memijit pelipisnya. 

     "Itulah masalahnya, aku pasti akan dibunuh olehnya,"

     "Apa dad perlu tahu?". Lucas bersua, tidak dapat dipungkiri bahwa ia sangat terkejut dengan kenyataan yang menimpa kakak tersayangnya ini. 

     "Kurasa tidak untuk situasi sekarang ini," pungkasnya.

     "Ya! Alexa benar".


     ***** 

     "Cody! Kemarilah!". Suara dingin itu menggema di seluruh penjuru King Hall. tak lama kemudian lelaki bernama Cody menghampiri sang Lucifer yang kini tengah duduk di singasana dengan jubah hitam dengan angkuh. "Yes my lord?" "Bagaimana kabar Shadows Eyes? Apa mereka menemukan tanda-tanda keberadaan batu Ruby? Akhir-akhir ini aku dapat merasakan keberadaan batu itu. Sangat dekat." ujarnya.

"Sejauh ini mereka hanya mendapatkan tanda bahwa batu tersebut tidak jauh dari tempat Lord kuliah. Para Spell Singer sudah mencoba berbagai mantra untuk menghancurkan segel yang melindungi keberadaan batu itu," balas Cody. Wajahnya tertunduk dalam, sejujurnya tangan yang ia selipkan di lengan jubah bergetar hebat. Aura mencekam yang kuat membuat seluruh penjuru King Hall terasa mengerikan.

"Berlian itu masih dilindungi oleh sebuah mantra kuat my lord, mantra yang akan hilang setelah bulan sabit ke sepuluh." Lanjutnya. Manik hijau zambrud itu terlihat sangat dingin, hanya ada sorot kekuasaan yang tergambar jelas di maniknya yang indah. Wajah iblis itu datar dan kaku, namun sialnya semua tidak bisa menolak ketampanannya. Sebuah senyum devil tersungging di bibirnya yang semerah darah. "Bukankah itu sekitar beberapa bulan lagi? Cody, ketatkan seluruh penjagaan di seluruh perbatasan wilayahku. Tanam semua mantra pelindung, aku membutuhkan penyihir hitam yang lebih kuat lagi. Dan jangan lupa, besok undang seluruh Devil's Top aku harus membicarakan banyak hal dengan mereka, aku tidak menerima keterlambatan, mereka tahu jadwalnya." Lucifer itu menekan setiap kata yang ia keluarkan. Kemudian, 'Zuupp' Ia menghilang dalam sekejap menyisakan Cody sang pelayan pribadi yang menghela napas lega.

Sweet Evil Wolf (TERBIT DI DREAME) Where stories live. Discover now