Percakapan Malam

30 4 0
                                    

Aku membopong Ema ke ranjang, tempat Aina yang lelap lebih dulu. "Mereka kelelahan," katamu.
"Main seluncur, kejar-kejaran dan berenang, siapa yang tidak lelah? Namanya juga anak-anak," sahutku seraya membetulkan posisi tidur keduanya. Kamu menggamit lenganku, "duduk di balkon, yuk." Di jam sepuluh malam ini?

Aku membawa seteko jahe hangat dan dua gelas cangkir. Menuangkannya untuk kita. Kamu meminumnya perlahan.

Dari balkon villa, di kejauhan terlihat  lampu rumah penduduk. Berkelap-kelip laksana kunang-kunang berlatar bukit gelap. Angin pegunungan bertiup sepoi-sepoi.

"Pemandangan ini mengingatkanku akan kampung halaman, sunyi sepi sampai kita bisa mendengar suara jangkrik," ujarmu dengan suara tercekat.

"Kamu sedang rindu kampung?"

"Salah satunya," kamu menghela napas, "kemarin aku mengambil hasil test lab ginjal. Hasilnya kurang bagus. Terjadi penurunan fungsi ginjal yang signifikan. Belum perlu cuci darah tapi dokter tidak bisa pastikan sampai kapan bertahan ..." Suaramu pecah menahan sesak.

Kuletakkan cangkir di meja balkon dan menghambur memelukmu.
"Berarti kita masih punya waktu. Dan aku ada di sini, kamu tidak akan pernah sendiri menghadapinya. Kita mampu selama bersama."

Kamu balas memelukku. Malam semakin larut.

FLASH FICTION CLOVERLINE CLASS  by DECYNDRAWhere stories live. Discover now