Bagian Sebelas

190 9 0
                                    

       Rani membaringkan dirinya diatas ranjang. Sore ini ia sudah bisa pulang dari rumah sakit. Meski awalnya mengeluh masih pusing, tapi Rani tetap ingin pulang dan tidak mau berlama-lama diruangan putih itu.

Dibantu oleh Inka, Ivanna, Joe, dan Marchell, Bunda Rani begitu bahagia sore ini.

"Sekarang Bunda istirahat aja aja," ucap Inka seraya menarik selimut hingga mencapai pinggang Rani.

Rani tersenyum, "Sebenarnya Bunda mau nonton tv, dari tadi kamu nyuruh Bunda istirahat terus."

"Tante kan masih belum sehat banget, jadi harus banyak istirahat dulu." sahut Joe yang duduk ditepi ranjang.

"Cepet sembuh ya, Tan." ucap Ivanna.

"Semoga kejadian seperti ini nggak terulang lagi, selalu hati-hati Tante." tambah Marchell.

"Makasih ya atas doanya. Makasih juga kalian udah mau bantu kepulangan Tante." balas Tante Rani.

"Sama-sama, Tan."

                     ***

       "Yakin lo, Vann?" tanya Inka untuk kesekian kalinya.

Ya, mereka sudah sampai disekolah lebih awal dari biasanya. Karena usul Ivanna kala itu kalau ia akan membantu mencari tahu pengirim surat untuk Inka disekolah ini. Pagi-pagi buta Ivanna sudah datang kerumah Inka dan memaksa gadis berkacamata itu untuk segera merapikan diri.

Dan disinilah mereka, dibalik dinding yang tidak jauh dari kelas mereka untuk memantau siapakah cowok pengirim surat tersebut.

Dan sudah hampir lima belas menit, mereka belum menemukan sosok cowok yang membawa amplop biru ditangannya. Hanya ada satu dua murid yang melewati kelas mereka.

Inka berkali-kali menyakinkan Ivanna kalau cara ini belum tentu berhasil. Mungkin saja cowok tersebut malu dan menyuruh orang lain untuk meletakan surat itu dikolong meja Inka. Mungkin saja Ini semua hanya permainan yang Inka kira, kalau tidak ada yang benar-benar menyukai dirinya yang awkward and nerd.

"Sabar dikit, In. Nanti juga ada ko." jawab Ivanna santai.

Inka menghela napas, ia merasa ini membuang waktu. Biarkan saja pengirim misterius itu terus mengirim surat terkahirnya. Suatu saat, Inka akan tahu siapa dia.

         Disaar Inka menikmati lamunannya, disaat itulah ia merasa kalau Ivanna terpekik histeris seraya menarik ujung lengan seragam Inka. Gadis itu menoleh malas dan bertanya dengan nada datar. Ivanna yang tidak menoleh langsung menyuruh Inka melihat siapa yang sudah berdiri didepan kelas mereka.

"Dia...?" tanya Inka terkejut.

"Yakin dia yang selama ini kirim surat ke lo?" tanya Ivanna balik seraya memandang tak percaya kearaha cowok yang menimang-nimang sebuah amplop biru polos ditangannya.

Inka bergidik tidak tahu, "Mustahil deh."

Cowok itu langsung masuk kekelas. Tidak sampai dua menit ia langsung keluar kelas dan langsung pergi, meninggalkan Ivanna dan Inka yang tercenga saat tahu siapa pengirim surat tersebut.

Kedua cewek itu keluar dari tempat persembunyiannya. Mereka langsung berlari masuk kelas dan menghampiri meja Inka.

Inka mengambil surat itu, kemudian membukanya dan membacanya.

TO:INKA

Pertemuan kita adalah cerita cinta
yang belum sempat diberi nama kebahagiaan
Kesempatan yang datang tanpa sapaan
Kusebut anugerah terbesar
Teguhkan hati demi cinta
Langkahkan kaki demi rindu
Siapapun tahu kamulah cerminanku
Siapapun akan tahu hati ini milikmu

Nerdy, I Wuf YouWhere stories live. Discover now