7

46.7K 2K 36
                                    

"I must be crazy now, maybe i dream too much but when i think of you. I long to feel your touch" (I Love You-Celine Dion)

Hari sudah menjelang siang. Suasana kantor sudah mulai sepi karena para karyawan telah beranjak makan siang. Fera masih duduk diam mengamati layar monitor di hadapannya. Setelah pertengkaran dua hari yang lalu. Ia dan Tio saling berdiam diri. Tio yang seperti biasa selalu bungkam seribu suara dan tiada lagi celotehan Fera di pagi hari saat sarapan atau dalam perjalanan ke kantor menghiasi pasangan ini lagi. Mereka hanya berbicara jika Fera memanggilnya untuk makan setelah seharian Tio mengurung diri di ruang kerjanya. Kemudian setelah makan ia kembali ke ruang kerjanya dan akan keluar kembali ke kamar jika sudah menjelang tidur.

Fera tertunduk lesu menyesali karena bagaimanapun pada awalnya ini adalah kesalahannya. Tapi apa yang harus ia lakukan? Fera memijat keningnya bingung apa yang ia lakukan selanjutnya. Terbesit ide untuk menemui Tio di ruangannya kemudian membawakannya makanan. Bukankah ini sudah masuk waktu makan siang? Fera tersenyum kecil kemudian melangkah ke restoran yang berada di lantai dasar memesan makanan kemudian membawanya ke ruangan Tio.

Dengan penuh semangat Fera menuju restoran dan memesan dua kotak makanan. Ia berencana berdamai dengan Tio. Bagaimanapun tidak enak rasanya jika dalam satu rumah saling mengabaikan? Ia ingin makan siang dengan Tio dan tekadnya sudah bulat. Setelah pesanannya selesai, ia melangkah menuju ke lantai 20 dimana ruangan Tio berada. Ketika ia berada di depan ruangan Tio. Ia tidak menemukan sekretarisnya di meja kerjanya. Ah mungkin ia sedang istirahat makan siang. Fera segera melangkahkan kakinya menuju ruangan Tio membuka knop pintu. Namun gerakannya terhenti ketika mendengar suara seseorang wanita.

==#==

"Sayang... jangan perhatiin laptopnya terus dong," rengut Sarah dengan suara manjanya.

Tio tidak tahu mengapa Sarah berada di kantornya bahkan berada di ruangannya. Seingat Tio mereka tidak ada janji meeting hari ini. Sekitar beberapa menit lalu Sarah dengan gaya bak Princess menerobos masuk ke ruangannya. Tio merengut kesal kenapa Ranti sekeretarisnya membiarkan wanita ini masuk. Tapi seperti yang diketahui tidak ada yang bisa menghentikan kenekatan Sarah.

Sarah bergelayut manja memeluk Tio dari belakang kursi kerjanya. Ia tanpa sungkan menenggelamkan wajahnya di leher Tio. Tio masih belum bergidik menatap layar laptopnya. Pikirannya saat ini terpecah menjadi dua. Pertama, ia memikirkan masalah rumah tangganya apalagi jika bukan sejak pertengkaran dua hari yang lalu, Fera menjaga jarak darinya. Namun ia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Fera karena ia juga makin bersikap dingin padanya. Ia tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjannya sedari pagi. Masalah kedua adalah pekerjaannya. Terdapat setumpuk dokumen yang harus diperiksanya dan ditandatangani menunggu untuk disentuh dan ia belum melakukan apapun karena pikirannya masih kacau saat ini.

Sarah mengendus di lekukan leher Tio sambil meraba pergelangan tangan Tio yang kekar dan terbuka karena Tio menggulung lengan kemejanya hingga ke siku.

"Sayang... jangan terlalu serius kerjanya, kita makan siang yuk," celoteh Sarah dengan suara mendesahnya.

Tio masih tidak bergidik tidak peduli. Ia sama sekali tidak merasa tertarik dengan sentuhan Sarah. Tidak seperti biasanya, dulu jika Sarah sudah mulai menyentuhnya ia akan segera menarik Sarah ke dalam pelukannya kemudian berakhir dalam pergulatan yang panas.

Perlahan tapi pasti, Sarah mendekatkan bibirnya ke bibir Tio hampir menciumnya namun Tio dengan sergap segera menghindar.

"Sarah, bisa Lo jangan ganggu gue?" Keluh Tio sambil menghindarkan tubuhnya dari tubuh Sarah yang menempel di belakangnya.

Bukan namanya Sarah jika ia gampang menyerah,

"Sayang, kenapa sih? Lagi bete? Mau aku bikin biar gak bete?" Desah Sarah yang sekarang posisinya duduk di pangkuan Tio sambil mengelus paha Tio di atas celana kerjanya.

Fall For YouWhere stories live. Discover now