PRT 1

6 0 0
                                    

Hari semakin gelap, dengan awan hitam yang menghiasi langit dengan merata, menandakan kalau sebentar lagi akan turun hujan. Beribu kepala segera tampak tergesa-gesa.

Seorang laki laki bebadan tegak melihat dari ketinggian gedung pencakar langit, melihat dengan tatapan yang sulit diartikan. Pria tersebut memakai kaos berwarna hitam dengan celana pendek. Dia sedang asyik duduk di ujung atap sebuah perusahaan ternama. Menggoyang goyangkan kakinya dengan besenandung pelan. Matanya tak pernah lepas dari orang-orang di bawah sana.

Seorang pria bebadan kekar senantiasa memandangi pria yang sedang metap ke bawah gedung. Tak lama pria berbadan kekar itu berkata "tuan muda, sekarang waktunya untuk memulai rapat." Kata pria itu sambil melihat ke arah jam tangannya.

Pria yang dipanggil tuan muda itu hanya begumam pelan dan langsung berdiri tepat di ujung atap, sambil memandang langit yang mendung, tak ada tanda ketakutan di matanya. "Hey Leo, jika seseorang melompat dari sini apakah dia akan mati?" Tanya pria itu sambil meliat ke bawah. Gedung itu memang tinggi total lantainya saja mencapai 30 lantai.

Pria yang dipanggil Leo itu pun menatap tuannya dari balik kaca mata hitamnya. " saya yakin jika manusia biasa akan mati, tapi jika anda yang menjatuhkan diri saya yakin tua akan baik-baik saja." Jawab Leo dengan tenang.

Pria itu tersenyum miris, sudah puluhan kali ia mencoba untuk bunuh diri dari cara yang sederhana seperti meminum racun atau meyilet tangannya ataupun gantung, sampai sacara yang antimainstream seperti menyewa regu tembak profesional dan mendatangi seorang psikopat untuk membunuhnya, tapi semuanya slalu gagal. Itu semua berkat kutukan yang ia terima 30 tahun yang lalu. Kutukan itu membuatnya menjadi manusia abadi.

Hujan mulai turun dengan deras, membuat kubangan kecil di sana-sini. Pria itu masih memandang ke bawah dan selanjutnya dia melangkahkan kakinya ke depan, beberapa detik kemudia dia terjatuh dari gedung tersebut. Suara teriakan terdengar kencang menandakan bahwa dia menemukan sesuatu yang menyeramkan. Leo hanya memandang datar tempat tadi tuannya berdiri, sebelum dia menghela nafas panjang dan melangkah menuju lift.

Sesampainya di lantai dasar dan menuju kerumunan ogang-orang di luar gedung itu. Leo melangkah santai sambil menggeser orang-orang yang menghalanginya. Setelah sampai di depan tubuh tuannya yang baru saja jatuh dari ketinggian lebih dari 500 meter, Leo dengan sigap menggedong tuannya dan membawanya ke dalam gedung, tak memperdulikan tatapan heran dan aneh mungkin, namun sedetik kemuadian mereka langsung pingsan setelah mendengar jentikan jari oleh orang yang sedang digendongnya.

"Tuan, sekarang anda harus bergegas untuk pertemuan dengan tuan Eddy atau anda akan terlambat" Leo menurunkan tuannya di dalam ruang kerja pribadinya.

"Baiklah, sekarang kau siapkan saja mobilnya" jawab sang tuan muda sambil mengganti bajunya yang sudah robek dan terkena darah, dengan setelan jas yang pasti sangat mahal.

Setelah menggungu 10 menit, sang tuan muda pun sudah berada di dalam mobil. Mobil pun berjalan keluar dari gedung kantor ternama itu dan melaju dengan kecepatan sedang menuju sebuah resto yang ternama.

20 menit sudah berlalu, sekarang sang tuan muda sudah duduk rapih di dalam ruangan VVIP. Sang tuan munda duduk dihadapan seorang pria paruh baya yang diketahui memuliki nama Eddy.

"Hei hei, tuan Fredy jangan memasang wajahmu yang membosankan seperti itu" kata Eddy dengan nada jenaka.

"Hey Eddy bisakah kau tak ngomong sembarangan seperti itu, dan kau juga tahu kalau mukaku dari sananya sudah begini." Jawab sang tuan muda atau yang sekarang bisa kita panggil Fredy dengan nada kesal. Sedangkan lawan bicarnya hanya tertawa kecil saja. "Dan kenapa pula kamu mengajaku kesini" lanjutnya sambil menatap tajam Eddy.

"Oh ayolah, emang aku harus membuat alasan apa untuk bertemu dengan sahabat lamaku." Eddy menjawab dengan nada yang dibuat- buat. Sedangkan Fredy hanya bisa menyumpahin orang yang ada dihadapannya ini. "Ngomong-ngomong bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau masih melakukan hobi tak bergunamu itu?"

"Kau jangan ikut campur urusanku,  urus saja urusanmu" jawab Fredy dengan nada yang sangat tidak bersahabat.

"Hahahahaha kau memang sama sekali tidak berubah sejak terakhir kali kita bertemu" setelah tertawa Eddy langsung tersenyum sembari melihat sang lawan bicara. "kau..  Lihat lah dirimu sudah tua, tapi belum mendapatkan seorang istri, mungkin kau harus lebih banyak tersenyum agar kau bisa mendapat kekasih" ucapnya dengan memandang freddy "coba kau lihat aku,  diriku saja sekarang sedang menanti cucu ke 3 ku,  tidak seperti kau,  kekasih saja belum punya" lanjutnya dengan nada meremehkan.

"Kau terlalu meremeh kan ku.  Lihat lah sebentar lagi aku akan mendapatkan nya" balas Freddy dengan siringainya.

"wohh...  Tunggu dulu,  berarti kau sudah menemukannya" jawab Eddy dengan mata melebar

"Sudah kubilang kau terlalu meremehkan ku" kekehan kecil terdengar

"Kalau begitu siapa wanita itu? " Eddy betanya sambil mengambil segelas air dimeja

"Dia adalah... "

TBC

Hallo semua perkenal kan aku chicha,  ini FF pertama yang kubuat semoga kalian suka,  mohon maaf kalo ada typo dimana mana atau ketidak telitian dari chicha.  Mohon saran dan kritiknya buat selanjutnya.  Jangan lupa vote ya 😁😁😁

Bogor,  16-06-2019

Chicha

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

aku, dia, kamuWhere stories live. Discover now