18

6.9K 323 36
                                    

Haechan menghempaskan tubuhnya kekasur nyamannya. Matanya menatap lurus kearah bintang-bintang di atap kamarnya. Pikirannya sedang meluap-luap semenjak kejadian tadi. Jemari lentik itu memegang bibir ranumnya. Perasaannya tak menentu sekarang. Tolong beritahu dirinya harus apa sekarang.

Ia membalikkan tubuhnya menghadap boneka beruang berukuran besar yang ia dudukkan di meja kecil disamping lemari pakaiannya. Haechan merangkak kearah boneka tersebut kemudian menarik boneka itu kedalam pelukannya.

"Aku harus berbuat apa?" mata bulatnya itu menatap penuh harap kearah boneka itu -seakan boneka yang sekarang berada di atas tubuhnya akan menjawab pertanyaannya tadi.

"Entah aku harus senang atau sedih sekarang." Haechan melengkungkan bibirnya kebawah. Tangannya dikalungkan pada bagian belakang boneka itu dan memeluknya dengan erat.

"Apa aku suka pada orang yang memberikanmu kepadaku?"

...

Mark mengusak rambutnya kasar. Ia menelungkupkan tubuhnya kemudian menyembunyikan wajahnya dibalik bantal abu itu.

"Kenapa tidak coba kau tahan, bodoh?!" Mark memukul kepalanya kesal. Ia takut sehabis ini Haechan akan menghindarinya.

Mark meraba meja kecil disampingnya -mencari benda persegi panjang berwarna hitam. Mark menggulingkan tubuhnya kemudian memeluk bantal dengan erat. Matanya menatap layar ponselnya yang tertera foto Haechan yang ia ambil saat bocah itu tengah memakan eskrim. Ia menatap layar ponselnya dengan nanar. Sebagian dirinya mengatakan kalau apa yang baru ia lakukan kepada Haechan itu adalah hal yang salah. Namun, sebagian dirinya mengatakan bahwa itu adalah hal yang bisasa untuk sebagian orang yang memang sedang dimabuk cinta.

Mark memang mengakui kalau dirinya sedang dimabuk cinta. Tapi, mencium tanpa adanya status, apa itu tidak melukai perasaan seseorang? Sepertinya ia harus konsultasi, tapi pada siapa ia harus konsultasi? Mark sangat takut satu hal, yaitu ia sangat takut kalau Haechan akan menjauhinya.

"Apa kau akan menjauhiku sehabis ini?" Ia tak habis pikir apa jadinya ia tanpa Haechan di sisinya? Cukup saja kehilangan Donghyuck, kehilangan Haechan jangan.

Mark mengerucutkan bibirnya. Ia menatap layar ponselnya sebentar kemudian menaruh ponsel tersebut di dadanya, namun tak lama ia mendapat getaran singkat dari ponselnya itu.

My World
Jangan lupa belajar

Kalau ini mimpi, tolong, jangan bangunkan Mark.

...

Haechan menaikkan posisi kacamatanya yang sedikit turun. Ia menatap binder yang berada di tangannya dengan seksama. Pura-pura fokus tapi otaknya entah lagi mikir kemana. Jemari itu meraba permukaan buku binder miliknya yang ternyata banyak tulisan Mark.

"Kenapa pake kacamata?" itu ayahnya yang nanya. Haechan cuma bisa nyengir aja. Gamungkin kan kalo dia cerita gabisa tidur semaleman karna kepikiran kejadian kemarin.

"Mata Chan gaenak." Bohong Haechan. Ya kan pake kacamata ada alasan dia buat ngeboong soal matanya yang bengkak -yang sebenernya bengkak karna kurang tidur.

"Nanti sore periksa mau?"

"Gausah, tadi udah di kasih obat tetes mata sama umma." Kalo ini ga bohong. Haechan tadi kepergok sama ibunya ga tidur semaleman, tapi dia ga kasih tau kenapa dan pake alesan belajar biologi karna materinya banyak.

Cukup dirinya, Mark dan Tuhan saja yang tahu soal kejadian kemarin, kedua orangtuanya jangan. Kalau sampai kedua orangtuanya tahu, mukanya mau ditaruh dimana?

Sunyi mengiringi perjalanan Haechan ke sekolah. Ayahnya sibuk nyetir, anaknya sibuk belajar. Keduanya saling diam sampe akhirnya sedan putih itu berhenti di depan pagar sekolah.

[✔] Shape of Me +MarkhyuckOnde histórias criam vida. Descubra agora