6. Penjahil Kelas Kakap

5.1K 660 215
                                    

"[Name]-chan.."

"Hn?" pluk. Awalnya aku terdiam sejenak tatkala gumpalan kertas kecil mengenai tulang baji di kepalaku. Setelah sedetik menghela napas, kuputuskan untuk menoleh ke pelaku. Dia malah beralih pandangan menerawang langit-langit bangunan tua ini dengan sebelah tangannya yang menopang dagu. Karena tak mendapat penjelasan apa-apa, aku berniat melanjutkan mengerjakan kuis dadakan dari Koro-sensei, namun mataku tak sengaja menangkap obyek yang tadi dilemparkannya padaku yang kini tergeletak di samping luar kaki meja.

"Temenin ke toko buku nanti sore. Butuh rekomendasi dari orang sepertimu."

Aku mengerjapkan mata beberapa kali usai membaca deretan kalimat yang tertulis di kertas itu. Lalu, ku ambil notesku dan menyobek sebagian kecilnya untuk kutuliskan balasan ; Ogah. Butuh rekomendasi buku tentang apa sih? biar ku kirim via sms aja nanti.

Selesai! Lempar!

pluk.

Sedetik, dua detik, pandangan Karma tetap tak berpaling. Bahkan sampai bermenit-menit berlalu pun kertas yang mengenainya tak dilirik barang sebentar. Bibirku tersenyum kecut kala baru bisa menafsirkan sikapnya itu. 'Ya ampun, dia itu selalu seenaknya sendiri!'. Tiada penolakan, lebih tepatnya begitu. Aku mengacak rambutku pelan, padahal nanti sore aku sudah berencana bersantai diri di dalam kamar dan pada malamnya akan tidur awal. Ya, tidur! Malam minggu adalah kesempatan emas untuk melepas penat sejenak setelah malam-malam sebelumnya disibukkan dengan berbagai tugas ini-itu.

"Mau bagaimana lagi?" gumamku pada diriku sendiri.

><><><

04.45 pm

"Waa omatase ne, [Name]-chan." akhirnya sosok itu muncul juga setelah lama ditunggu. Aku beranjak dari tempat duduk lalu menyelempangkan tas ke tubuhku. Saat ini kami janjian di taman kota untuk bertemu jam setengah lima sorw. Well, yeah.. sudah kuduga si surai merah itu bakal telat, jadi aku tidak terlalu mempermasalahkan ketika dia baru nongol dengan setelan kaos dan jaket biasa saat jam mau menunjukkan angka jam lima kurang seperempat. Karma berjalan mendahuluiku, kedua tangannya dimasukkan ke saku jaket. Aku di belakangnya, mengikuti kemana kakinya melangkah.

"Ngapain kesini?" aku memandangnya heran saat kami berhenti di depan gedung bioskop. Banyak orang yang keluar dan masuk karena ya.. malam minggu seperti ini memang sangat ramai di berbagai sudut kota. Aku hanya memandang sekeliling sekilas. Kira-kira 50% dari pengunjung disini bersama pasangannya, 30% dengan segerombolan teman-teman dan 10% dengan keluarganya, kurang lebih begitu setelah melihat sana-sini. Lalu, aku melirik Karma, yang ternyata sudah lenyap dari tempat berdirinya tadi. Kini, ia bersandar di dinding gedung tak jauh dariku. Aku menghampirinya.

"Ini bioskop, Aho. Kamu mau beli buku apa disini?" tanyaku sebal dengan nada agak tinggi sembari menepuk pundaknya. Ia malah mengeluarkan handphone-nya.

"Nunggu Rio."

"Nakamura Rio? Dia ikut untuk kau jadikan pe-rekomendasi juga?"

"Tidak. Dia ikut nonton bareng kita." tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan dompet dan menunjukkan potongan-potongan kertas yang dikenal dengan tiket bioskop. Sontak, entah bagaimana sebuah perempatan muncul di dahiku. Aku mencoba menahan gejolak emosi, kurang mengerti tujuan sebenarnya dari setan merah yang selalu menguji kesabaran orang yang sedang berada di hadapanku ini.

"Karma, aku butuh penjelasan."

"Hn? oh ya, setelah nonton tetep jadi ke toko buku kok." Aku memutar bola mata malas.

"Bukan itu. Tapi, kenapa bioskop?"

"Menang lotre dapat 3 tiket ini. Sebenarnya mau ku kasih ke yang minat aja, tapi Nakamura mengajakku nonton bersamanya." Ia mengotak-atik kembali handphonenya membuat penjelasan jadi terinterupsi. Namun tak lama kemudian ditutupnya layar tersebut. "Nakamura merekomendasikanmu untuk jadi penikmat bioskop gratis ini."

Eunoia [Karma x Reader]Where stories live. Discover now