prolog

14 0 0
                                    


Dulu aku berpikir karma itu hanya omong kosong belaka, namun nyatanya kali ini aku benar benar sadar saat aku kehilangannya.
Bahkan karma menghukum ku lebih dari yang ku perbuat.
Tapi aku tetap memperjuangkannya sekalipun ia akan menolakku, karena aku adalah Julio orang yang tak menerima penolakan.
Kuraih kunci mobilku menuju tempat tujuan ku. Aku berhenti didepan pintu yang bernomor 2802.
Ntah kenapa rasa cemas menyelimutiku, ntah apa yyang akan kuterima nanti. Ku buka kode untuk membuka pintu apertement ini.

****
"Masih sama"batinku.
Dretttt.... kugeser pintu yang menjadi tempat tinggalku beberapa bulan ini. 'Gelap' yang menyapaku. Kunyalakan kontak lampu yang sudah kuhapal letak keberadaan meski dalam situasi gelap.

Kali ini aku bisa melihat keadaan ruang tamu yang selalu rapi. Kulangkahkan kaki ku menuju kamar kami karena ku yakin abi pasti disana.

"Ehm..." aku meemecahkan keheningan saat kuyakin abi tau bahwa aku datang tapi seolah olah tidak melihatku. "Bee.. apakah maaf sudah tidak ada lagi untukku? Sungguh aku tifak pernah tau masalah ini..aku tidak pernah bertanya apa alasan mama sebenarnya..aku mohon jangan seperti ini" kataku memohon kepada abi yang enggan menatapku.

"Dengar ka, aku sudah memaafkan. Soal tau tidaknya kau masalah itu aku tidak peduli lagian aku takkan mungkin menyalahkan mama nath. Persoalan aku sperti ini atau tidak itu urusanku.. jangan bersikap sperti kau memulai semua ini dengan hati yang benar benar tulus, dari awal kau mengatakan bahwa kau tidak punya perasaan apapun selain kasihan denganku bukan? Maka tetaplah sperti itu..." aku tau abi saat ini sedang menangis, karna sekuat apapun dia menahan isakannya tetap saja aku mendengarnya. Kutahan diriku untuk tidak segera membawanya kedalam dekapanku karena aku masih menunggu dia mengeluarkan unek uneknya.

"Aku tidak butuh rasa kasihanmuka.. jadi kau tidak perlu menghabiskan waktumu dengan orang penyakitan spertiku.. pergilah bersama orang yang katamu kau mencintainya.." apa dia sudah gila? Aku sudah menjatuhkan sepenuh hatiku dengannya tapi dia menyuruhku untuk mencintai orang lain?

"Pergilah.."

Deg, apa maksudnya? Pergi kemana? Pergi tidurkah maksudnya?

"Apa maksudmu bee?" Kataku menjawab semua kebingunganku. "Pergilah ka, aku akan mengirimkan surat perceraian kita aku harap kaka tidak lagi menemuiku." Abi mengataka cerai dengan seenak jidatnya dan emosi ku tak lagi bisa kutahan. "Dengar bee takada kata cerai.. aku tak menyadari perasaan kudulu tapi sekarang aku sadar aku mencintaimu, bukan karna kasihan atau apalah yang ada diotakmu. Berhenti mengatakan hal konyol istirahat lah aku tak mau kau banyak pikiran." Kugenggam tangannya berniat untuk mengistirahatkannya, namun yang kudapat adalah penolak.

"Aku tidak peduli kau mencintaiku aku tidak, itu resiko mu..".

Demi dewa neptunus rasanya sangat sakit mendengar perkataan abi, apa benar dia tidak memiliki perasaan denganku? Tidak mungkin aku tau dia memiliki perasaan yang sama, namun dia belum menyadarinya. Ya aku yakin itu. "Aku tau kau memiliki perasaan yang sama denganku, hanya saja kau belum menyadarinya. Baiklah Bee pembicaraan cukup sampai disini istirahatlah.." kataku segera menidurkannya diranjang lalu menarik selimut sampai kepinggangnya, kucium keningnya lalu dengan segera aku keluar sebelum dia berkata yang aneh aneh, namun saat aku meraih handel pintu dia berkata, "jangan bodoh ka, aku tidak pernah membukakan hati kepada siapapun. Jadi buang pikiran mu jauh jauh, aku ingin kita segera bercerai dan lagi mulai besok aku akan pindah kerumah mama sampai persidangan kita selesai..". Aku mendengarnya, namun tidak membalasnya. Sebagai ganti jawaban aku membanting pintu kamar dengan sekuat tenaga agar dia tau bahwa aku sungguh sungguh kecewa..

BLAMMM . . .

tbc

selamat datang dicerita saya :D

maaf jika banyak typo .. maklum masih pemula

happy reading guys

Give Me Your Heart!Where stories live. Discover now