SUN

5.3K 475 240
                                    

You Never Walk Alone

.

Disclamer©Naruto
Masashi Kishimoto

.

Uchiha Sasuke x Haruno Sakura

.

Full Uchiha Sasuke POV

.

AileeLiam Present

Kau tahu betapa rindunya rusa pada mata air di kaki gunung saat musim kemarau tiba? Kira-kira seperti itulah jiwaku berbicara, menyerukan rasa rindunya kepada Sang Pencipta.

Pencipta jiwa yang menumbuhkan rasa cinta pada Adam dan Hawa. Begitupula cara-Nya menanamkan perasaan bahagia saat sepasang jelaga hitam ini menatap samar zamrud yang tengah berbinar, jauh di seberang sana.

Sanggupkah aku menarikmu untuk kembali menyambut jiwa semu yang tengah menghuni ragaku? Sedangkan nestapa tengah menungguku, berteriak dengan lantang atas usainya waktu yang telah kuhabiskan, hanya untuk menatapmu.

Manik kelam ini kembali bergetar saat senyumanmu mengembang. Iris hijaumu yang bersinar tertimpa sorot cahaya surya, terpenuhi dengan segenggam keyakinan. Keyakinan yang begitu ampuh, menggusar buram, pembingkai kedua mata.

Ini terakhir kali. Hadirku yang akan menyambut hari-hari penuh rindu, cukup sampai di sini.

Seolah menolak sebuah nurani, aku berbalik, meninggalkanmu. Setiap langkah yang kutempuh, seakan bersumpah atas ingkarnya janji yang tiada pernah kutepati padamu.

Bukankah terasa begitu hangat ketika waktu yang kuanggap sebagai sosok kejam tak berguna menjadi kebahagiaan yang amat berharga ... bagimu?

.

03 Maret 2003

.

BUGH!

Satu hantaman keras itu mutlak mengenai wajahku. Napasku memberat namun hal itu tidak menghentikan tangannya untuk tetap terangkat.

"Bocah tidak tahu diri!"

Ketika sebuah gertak melayang bersama dengan ludah dari bibirnya, aku terdiam. Dia kembali menggeram, tanda bahwa kekesalannya masih belum teredam. Tatapanku meredup, sekiranya belum cukup bagi dia memporak-porandakan ragaku hingga kulit ini membiru.

"Jangan pernah kau datang menemuiku lagi! Bocah sialan!"

Pandanganku mengabur tetapi hal itu tidak membutakanku akan kebenciannya yang kian menggebu. Amarah itu membuncah, memenuhi relung-relung dasar hatinya yang semakin gersang akan kasih dan sayang.

Darah yang terus mengalir dari kulit tubuhku sama sekali tak menghentikan tangannya. Jangankan merasa iba, tatapnya yang dingin itu tak kunjung menyurut bahkan ketika ragaku terus menyerukan kata tak sanggup.

"Aku sudah berusaha membuat hidupmu terasa jauh lebih mudah, bukan? Menjauhlah dariku! Jangan pernah menemuiku! Dasar bocah keparat!"

BUGH!

Napasku berhembus satu demi satu. Dia yang kini tak lagi sudi menyebutku sebagai putranya, mendecih pelan kala iris mataku mulai berpendar, mencari bayangan kasih yang selalu terselubung dibalik kelamnya gelombang kesunyian.

You Never Walk AloneWhere stories live. Discover now