Lullaby↪Five.

994 149 23
                                    

Sudah dua bulan sejak pertemuan Min Ji dengan salah pasien sakit jiwa. Usai kejadian, Min Hyun melarang bertemu kembali. Ia takut sang adik mendapat amukan lebih besar dari pasien.

Jam menunjuk-kan pukul sepuluh malam, saat-nya wanita surai hitam kecokelatan tidur.

Seperti biasa, gadis itu menarik selimut guna menutup tubuh. Kemudian, mematikan lampu.

Namun, terdengar seorang membuka pintu. Entah siapa, Min Ji tak tahu. Biasa-nya, sang kakak datang menekan bel terlebih dulu.

Ketakutan, menyelimuti diri. Bagaimana, jika penjahat datang? Atau, pembunuh?

Dengan langkah gontai, ia membuka pintu kamar, mengintip ruang tamu. Tak berani, menampakkan seluruh tubuh.

Meski cahaya tak mendukung, Min Ji tetap mengintip. Terlihat pria tengah menekan sakelar lampu. Begitu lampu menyala,

Bernapas lega. Mengira, hal buruk kian menjadi. Keringat, mengalir sia-sia. Mengelus dada, menghilangkan panik.

"Kak Min Hyun!"

Merasa dipanggil, ia berbalik, terkejut melihat adik berekspresi kesal. Terlihat, Min Ji melipat kedua tangan.

"Min Ji? Kau, kenapa? Mengapa belum tidur?"

Bungkam. Ya, gadis kuncir kuda, tak dapat menjawab. Bukankah, Min Ji yang harus bertanya dulu?

"Mengapa kakak tak bilang pada ku kalau ingin pulang? Dan, harus-nya tekan bel dulu, baru masuk."

Min Hyun cengar-cengir, lalu berkata, "Hehe. Maaf ya, kakak lupa."

Sang adik mendecih. Tak sengaja, netra-nya menangkap punggung tangan pria status dokter, penuh luka.

"Tangan kakak, kenapa?"

Dokter itu menatap punggung tangan. Tersenyum, mengingat yang terjadi. Ia menjawab, "Ah, ini. Biasa, karena pasien."

"Pasien? Siapa? Pasien waktu itu?"

Yang mendapat tatapan intimidasi, mengangguk pelan. Salah satu kelemahan diri-nya ialah, Berbohong. Min Hyun termasuk pria tak bisa bohong pada siapa pun, terlebih adik.

"Sudah, tidur sana. Besok, kau sekolah, kan?"

Min Ji mengangguk. Tetapi, karena luka itu, kembali bertanya, "Apa yang Ji Hoon lakukan hingga tangan kakak luka seperti itu?"

Yang ditanya, menatap Min Ji dalam. Masalah, hanya luka kecil. Mengapa harus banyak suguhan pertanyaan?

"Mengapa kau ingin sekali tahu? Tentu saja, karena si pasien tak dapat mengontrol diri saat diperiksa."

"Benarkah? Seperti-nya kakak baru mendapat luka ini. Tak mungkin, kakak periksa jam sepuluh malam. Kecuali, saat darurat."

Sudah dikatakan, bahwa Min Hyun tak dapat berbohong. Lagi, ia ketahuan.

"Baik-lah. Jam sembilan lewat tiga puluh menit, Yong Guk memberi obat tidur. Namun, Ji Hoon menolak. Ia, mengamuk dalam kamar. Lantas, perawat itu memanggil kakak, guna membantu. Kau tahu? Ji Hoon belum tidur dua hari penuh. Entah apa, obat yang manjur untuk-nya. Begitu kakak datang, kakak paksa guna masukkan obat tidur dalam mulut. Kakak kunci tangan Ji Hoon dengan sebelah tangan kakak. Dapat kau ketahui, ia mencakar tangan kakak berkali-kali."

Gadis itu mengerti. Kembali bertanya, "Lalu, bagaimana? Orang itu dapat tidur?"

Min Hyun mengangguk. "Tapi, di tengah malam, ia mengamuk kembali. Obat tidur tak sepenuh-nya membuat tidur pulas, bagi pemuda itu."

"Ah, begitu. Baik-lah. Aku tidur dulu. Kakak tak lapar, kan? Perlu aku buat makan?"

Min Hyun mengibas tangan, "Tak perlu, kakak sudah makan dengan dokter lain. Sudah, tidur sana!"

Lullaby || Park Ji Hoon ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang