Part 19

5.9K 384 33
                                    

WARNING!
Part ini mengandung efek samping;
1. Baper berkepanjangan,
2. Berakhir galau,
3. Jadi gak sabar nunggu kelanjutannya, semoga😁

Dan jangan minta tanggung jawab ama author😅^^

Ini episode isinya cuman moment si kembar, semoga kalian gak bosen.

Satu lagi, aku saranin bacanya pas di tempat sepi dan sendirian.

Satu lagi.. jangan lupa vote dan minta komentar kalian😄

*

Zarina masih terdiam setelah mendengar cerita dari Zero tentang siapa Leo.

Leo Tirtanu adalah sahabat karib Zero Putra Pratama Adi sejak mereka duduk dibangku SD. Teman bermain, teman bercerita, juga teman sesama anak nakal dan suka buat onar. Leo memang asli Bandung tapi ketika mereka naik kelas tiga saat SMP, ia pindah sekolah karena pekerjaan ayahnya. Saat itu juga Zero dan Leo tak pernah bertemu kembali, tak pernah berkomunikasi.

“Trus? Kenapa elo marah sama Leo?” tanya Zarina sambil menyuapkan nasi berserta sepotong telur goreng buatan kembarannya ke mulut.

“Dulu waktu SMP kami pernah deket sama cewek namanya Nadin. Kami selalu jalan bertiga, gue sama Leo berusaha buat ngejaga dan ngelindungin Nadin dan sampe akhirnya Nadin dan Leo kecelakaan. Harusnya waktu itu yang nganter Nadin pulang gue Ze, bukan Leo. Tapi Leo keukeh buat nganter Nadin!” Zero menatap makanannya yang sama sekali tak disentuhnya.

Zarina tertegun, ia tak menyangka bahwa kembarannya memiliki masa lalu seperti itu. Ah.. ke mana saja ia selama ini? Zarina mengelus punggung tangan Zero lembut.

“Terus Nadin sekarang di mana?” tanyanya berhati-hati.

“Dia udah meninggal satu jam setelah kecelakaan.” Jawaban Zero membuat Zarina berhenti bernapas beberapa detik, dengan segera ia bangkit dari duduknya dan memeluk Zero lembut.

Zero menerima pelukan kembarannya itu dengan senang hati, bahkan ia mempererat pelukan itu.

“Lo nggak usah sedih lagi, ada gue di sini,” bisik Zarina lembut tepat di dekat telinga Zero.

Zero melepas pelukan itu lembut dan menatap kembarannya dengan mata berkaca-kaca.

“Nadin pasti udah bahagia di sana, apalagi kalo lo sama Leo baikkan pasti Nadin bisa lebih tenang buat ninggalin kalian,” ucap Zarina sembari meneteskan air mata.

“Kok elo yang nangis sih?” suara serak Zero terdengar. Dengan lihai jari jemarinya menghapus air mata yang mengalir deras di pipi kembarannya.

“Kan gue cewek pasti gue sedih lah.. apalagi kalo gue ada diposisi Nadin, dijaga dan dilindungi cowok sekeren dan sekece elo. Kan gue nangis lagi...” Zarina menghapus air matanya dengan kasar. Ah.. ia cengeng sekali di depan cowok yang selalu mengejeknya setiap hari.

Zero terkekeh hingga matanya berbentuk bulan sabit dan air matanya menetes. “Elo kan emang udah dijagain sama gue tiap hari bahkan elo punya gue dan gue punya elo jadi elo nggak usah iri gitu ngapa.”

“Elo punya gue, gue punya elo gimana sih gue nggak dong! Eh.. kok lo nangis juga Za, cengeng amat dah,” dengan cepat Zarina menghapus air mata di pipi Zero lembut hingga tangannya tak sengaja menyentuh bibir laki-laki itu. Matanya dengan liar menatap bibir merah menggoda itu dengan sangat intens.

“Lo liatin apaan?” mendengar itu Zarina tergagap, ia kembali menatap mata Zero gugup.

“Tidur yuk Za,” ajak Zarina dan bangkit dari posisi lututnya yang menempel lantai namun dengan segera Zero bangkit dari duduknya dan menarik lengan Zarina hingga gadis itu berbalik dan tubuhnya berbenturan dengan dada bidang Zero. Mereka kembali berpelukan pemirsa.

MY TWIN [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now