Satu

41.3K 829 12
                                    

CAST:
-BRIAN

CAST:-BRIAN

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-NAYLA

-NAYLA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-AXEL

———————————————————————-"Udah dari dulu nay, gue ingin bisa miliki lo kaya gini"Seseorang berbisik di telingaku hingga aku sadarkan diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



———————————————————————-
"Udah dari dulu nay, gue ingin bisa miliki lo kaya gini"
Seseorang berbisik di telingaku hingga aku sadarkan diri. Hembusan nafasnya begitu terasa di wajahku. Aku membuka mataku perlahan dan menyadari bahwa tangan dan kakiku diikat dengan tali. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena penerangan yang remang-remang. Aku berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kakiku dengan menggeliat ke sana ke sini. Apalah daya, lelaki itu hanya memerhatikanku dan tertawa kecil.

"Brengsek lo, lepasin gue skarang"

Dia mengelus ngelus pipiku dan membuka topinya.

"Axel ?! " teriakku.

"Kenapa? Kaget nay?"

"Lo? Ngapain ? Lepaaaasiiin gue skarang"

"Nggak akan pernah nay, sampai kapanpun"

Dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku, ohhhh tidak aku tau yang akan dia lakukan. Aku berusaha menjauhkan wajahku darinya. Wajahnya semakin mendekat hingga terdengar bunyi BRUKKKKKKKK suara pintu yang didobrak dari luar. Pria itu memukul axel hingga berdarah-darah dan tidak berkutik. Segera pria itu melepaskan tali yang mengikat di tubuhku dan membawaku ke mobilnya.

"Udah saya bilang, jangan pergi sendirian"

Aku hanya tertunduk dan merasa bersalah serta mengutuki diriku. Kulihat wajahnya sangat cemas disertai amarah yang berapi-api. Kupandangi wajahnya yang sedikit memar dan berkeringat itu. Kemejanya digulung setengah dan rambut acak-acakan. Aku sangat berterimakasih padanya. Lagi lagi dia menolongku. Kalau tidak ada dia, aku tidak tau bagaimana nasibku di tangan lelaki yang mungkin psikopat itu.

"Saya tidak ingin kamu terluka, nay"

...
Brian membawaku masuk ke rumah kami *eh rumahnya. Aku hanya menumpang di rumahnya selama ini. Ohya satu hal, pamanku ini tidak mau disebut dengan sebutan paman. Yah mungkin karna dia merasa masih muda. Memang benar pamanku ini masih muda, tampan dan mapan. Wanita mana yang tak mau dengannya huh?

"Makasih Bri, udah nolongin"
Brian mengobati luka memar yang ada ditubuhku.

"Udah kewajiban saya untuk menjaga kamu"

Aku tidak tau apa yang aku rasakan ini karena aku sangat senang mendapat perhatian dari pamanku ini. Dia selalu menjagaku. Walaupun dia sering bersikap dingin, aku yakin dia sebenarnya sangat sayang padaku. Aku memandanginya seraya dia mengobati lukaku. Ocehannya kepadaku tidak aku perhatikan, lewat begitu saja masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan.

"Nay, kamu dengar saya tidak? "
"Ahhh iya, dengar kok Bri"
Aku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Lain kali saya antar saja"
Tidak lama kemudian, mataku mulai gelap, dan aku tertidur.

Brian's POV
Ini semua salah saya. Saya tidak menjaganya dengan baik. Harusnya saya tau bahwa laki laki itu berbahaya. Saya janji nay, mulai sekarang saya akan lebih lagi dalam menjaga kamu. Saya tidak ingin kamu terluka. Sampai kapanpun kamu adalah gadis kecil saya. Saya memandangi wajah imutnya yang sedang tidur pulas. Ingin rasanya bibir ini mendarat di bibirnya. Tapi saya harus menahan semua rasa ini. Mungkin ini gila. Mungkin saya seperti pedofil. Tapi saya tidak peduli, saya cinta kamu nay.
"Selamat malam" saya mengusap rambutnya.

My Uncle, My husband?Where stories live. Discover now