Kasus.

129 3 3
                                    

Yoora menatap tajam pria berkemeja hitam di depannya. "Sudah gila ya?"

"Tidak. Apa salahnya sih ikut?"

"Serius. Aku kan sudah bilang aku tidak bisa. Lagipula, tempat seperti itu kan..."

"Cepat naik." Ia menghidupkan mesin motornya. Nadanya menuntut. 


Ah,sungguh. Kalau bukan karena taruhan bodoh itu aku tidak akan mau.


#

"Pokoknya kalau sudah masuk tetap di belakang ku saja ya. Kamu tidak perlu menunjukan sikap antusias norak mu, jangan buat onar, jangan bikin aku malu, jaga sikap,oke?"

Oh astaga, Yoora Ingin sekali merobek mulutnya yang cerewet itu. Arogan sekali. Membuat onar dia bilang? Well, anggaplah Yoora memang selalu diperlakukan seperti ini oleh sahabat kecilnya. 

"Ya" Yoora menjawab ketus. Hanya sedikit pemberitahuan kalau ia kesal. Jungkook mendahului langkahnya dan menggapai gagang pintu. Bukan, kalian tidak usah berpikir seperti itu. Bocah sinting ini jelas bukan tipe orang yang akan membukakan pintu.  Gadis dengan helai rambut light brown itu  membaca sekilas tulisan diatas pintu ini. 'GENOEA NIGHT CLUB&BAR'. Uh, bukan ide yang baik.

Dentuman musiknya benar-benar keras. Park Yoora, perempuan bar-bar 17 tahun kini benar benar masuk ke dalam BAR atas kebodohannya sendiri. Siapa juga yang masih main poker untuk taruhan? 

 "Wajahmu tidak perlu dijelek-jelekin seperti itu. Belum pernah ke tempat seperti ini kan?" 

"Karena aku memang tidak mau, idiot! Berapa lama lagi?" Yoora bersedekap. Mungkin ini memang pertama kali baginya untuk datang ke tempat seperti ini, tapi, irama musik yang mendebar-debarkan jantung, sejujurnya Yoora menikmatinya. 

"Aku harus ke hyung ku sebentar, bertemu dengan pacar baruku, dan gadis yang kemarin aku temui di bowling centre." Jungkook memberikan telefon genggam dan jaketnya ke tangan Yoora. "Pegang. Kau, jangan kemana-mana. Dengar tidak?" Ia menatap iris mata Yoora. Tatapannya tegas, menekan, menuntut. Harus diakui bahwa Jungkook sangat ahli dalam hal membuat wanita tergila-gila padanya, mungkin hanya beberapa, ah, hanya satu orang saja yang tidak pernah menganggapnya layak, tidak lain sahabatnya sendiri, Park Yoora.

"Si bodoh itu. Kalau memang mau terlihat keren dari awal pakai saja kemejanya, tidak usah bawa jaket segala. Siapa lagi yang direpotkan kalau urusan seperti ini?" Yoora memutar bola matanya dan mengarahkan jari telunjuknya ke wajahnya sendiri. 

"Malam, cantik. Kau sendirian?"

Yoora menaruh perhatiannya kepada sosok pria di awal umur 20-an yang mengenakan kemeja putih. Bohong kalau ia bilang pemuda ini tidak tampan. Ia tersipu.

"Usaha mu payah. Malam ini sudah 3 orang yang mengajakku bicara dengan cara yang sama" 

"Haha, kau sama sekali tidak manis. Dan aku tahu kau baru sampai disini 1 menit yang lalu, tidak perlu membual." Pria itu menyapukan jari jarinya ke rambut hitam pekatnya. "Kim Seo Joon, jujur-jujuran saja, aku tertarik padamu." Ia mengulurkan tangannya dibalut senyum tipis. 

"Lalu apa yang membuatmu tertarik padaku, tuan Kim?" Nada Yoora menggoda. 

"Mari katakan saja kau punya lekuk tubuh yang sempurna." Seo Joon menilik tubuh gadis 17 tahun itu dari ujung tungkai hingga ujung kepala. Layaknya sedang mengobservasi. "Let me buy you a drink

Park Yoora, memang pada dasarnya ia genit, jadi, maaf. Hasratnya tidak bisa ditahan. Kau tahu kan, kebiasaan orang kaya, mereka selalu sesukanya. Toh juga uang bisa menyelesaikan semuanya. Apa yang perlu dikhawatirkan? 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 10, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ScandalousWhere stories live. Discover now