Chapter -Bonus-

3.7K 430 51
                                    


"Hyung, kapan kau pulang?"

***

Sejak kepergian ibunya, Taehyung selalu pulang dengan keadaan cemas. Pekerjaan yang memakan waktunya hingga pukul 2 dini hari itulah salah satu penyebabnya.

Ia akan meninggalkan Jimin sendirian.

Taehyung pulang dengan berlari, ia tau akan lebih cepat dengan naik kendaraan umum. Namun semenjak dua minggu lalu ia bertekad untuk mengumpulkan uang demi membeli kue ulang tahun adiknya yang beberapa hari lagi akan datang.

Jalanan yang sepi membuat langkah kaki Taehyung terdengar lebih keras. Hari ini entah kenapa Taehyung lebih cemas dari biasanya. Sekali ia terjatuh karena tali sepatunya yang terinjak. Taehyung kembali berdiri.

Rumah kecil yang terbuat dari kayu lama itu semakin mendekat. Hingga Taehyung berada di depan pintu.
Ia atur nafasnya yang sesak karena berlari.

Mengusap peluhnya dengan lengan baju. Ia mencoba tenang supaya suara saat ia membuka pintu tidak terdengar oleh Jimin.

Prankk..

Gerak Taehyung terhenti ketika mendengar suara bising yang berasal dari dalam rumahnya. Segera ia memasukan kunci dan membuka pintu itu.

"JIMIN!"

Wajah Taehyung memerah, dengan segera ia melangkahkan kakinya pada sang pemilik nama.

Ya, nama adiknya.

Taehyung menyentuh cairan merah yang mengalir di pinggang adiknya. Ia berpikir apakah ini mimpi atau nyata. Pikirannya penuh, kepanikan memenuhi seluruh pikirannya.

Taehyung menutup lubang yang bersarang di tubuh adiknya dengan tangan, berharap cairan merah itu tidak terus mengalir. Namun hanya bertahan beberapa detik hingga cairan itu lolos melalui sela jarinya.

"Ji-jimin, bertahanlah. A-aku akan segera m-membawamu ke rumah sakit" ucap Taehyung gugup.

Jujur saat ini semua badannya gemetar, bahkan lidahnya kelu untuk berbicara.

"Appa.." gumam Jimin lemah.

Air mata Taehyung sudah mengalir deras, dia tidak peduli dengan harga diri pria yang mengatakan tidak boleh menangis.

Ia menoleh kasar ke arah pria paruh baya yang sejak tadi berdiri di belakangnya. Pria paruh baya itu menggenggam pisau dapur yang berlumuran darah.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak Taehyung, walaupun suaranya sedikit bergetar.

Taehyung reflek berdiri, mencoba mengambil pisau itu sebelum sang ayah melakukan hal yang tidak diinginkannya. Namun langkahnya terhenti ketika Jimin memegang tangannya, membuatnya menoleh.

"Dia mabuk hyung, dia tidak sepenuhnya sadar"

"Jimin-ah"

Hanya sebuah senyuman yang Jimin balas. Senyum itu membuat air mata Taehyung mengalir lebih deras. Kepanikannya semakin menjadi-jadi. Ia tidak mau kehilangan Jimin.

Bruuukk..

Kedua pasang mata menoleh kearah sumber suara. Mereka melihat pria paruh baya yang sudah kehilangan keseimbangannya. Ia jatuh duduk, namun pisau itu masih digenggamnya. Seperti tak sadarkan diri, pria paruh baya itu menundukan kepalanya. Sesekali ia tersentak karena cegukan. Menandakan ia sedang mabuk berat.

Dia usap lembut kepala Jimin "Jimin, coba kau tahan lukamu dengan tangan. Tekan yang kuat ya" bisik Taehyung kemudian beranjak dari sana.

Ia tersenyum pada Jimin, adiknya pun membalasnya.

Come Back Home [END]Where stories live. Discover now