8

7.8K 1.3K 111
                                    

Aku sangat bersyukur bahwa keluargaku dapat mengerti dengan semua yang telah terjadi. Aku juga merasa sangat terharu kala menyaksikan bagaimana Papi menggendong Bae Sooji dengan penuh kasih sayang. Dari tatapan hangat kedua orang tuaku, kini aku sadar dan mengakui bahwa sesungguhnya mereka tidak dapat disalahkan atas kematian kakak sulungku.

Semuanya terjadi karena kesalah pahaman yang pada dasarnya memang berawal dari Mami. Beliau menentang hubungan kakakku dengan ayah kandung Sooji. Dan kakakku sendiri juga mempunyai nyali terlalu besar untuk menghancurkan martabat keluarga Bae yang dipandang layaknya bangsawan. Sedangkan aku sendiri, menjadi orang yang sangat bodoh karena kekalutan atas sebuah pengkhianatan dari Kim Taehyung. Jika saja aku tidak terpuruk terlalu dalam, mungkin semuanya tidak akan seburuk ini. Sedikit banyaknya, aku juga mengambil andil dalam kekacauan ini.

Meskipun kami semua sudah mulai dapat berintropeksi dan menyadari kesalahan masing-masing, apa yang terjadi sudah tidak dapat diubah lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Takdir Tuhan sudah tak dapat dicampur tangani oleh manusia. Keputusan yang kita buat telah menjadi jalan dan harus ditempuh. Semua berkesinambungan hingga kita tidak dapat mengabaikan tiap hal terkecil sekalipun. Segalanya telah dituliskan seperti ini. Tidak ada yang perlu disesalkan. Tidak ada pula yang bisa disalahkan.

Tak pernah terpikirkan bahwa masalah yang ku hadapi akan terlewati dengan cara begini. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Kadang di kala aku tengah terenyuh dalam kesendirian, batinku terus bermonolog. Mengungkapkan rasa lega dibalik penyesalan atas keputusan dan sikapku yang berakibat sangat besar dalam penyelesaian berbagai masalah ini. Jika saja hari itu aku tidak mengambil langkah gila, mungkin hingga sekarang orang tuaku tidak akan mengetahui keberadaan aku dan Sooji. Setelah ujian yang ku jalani di dalam hidup, rupanya Tuhan memang memberikan solusi terbaik dengan cara yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya.

Hanya tertinggal satu hal yang hingga sekarang belum ku temukan titik terangnya. Kim Taehyung. Hingga detik ini, aku masih belum bisa memikirkan apapun tentangnya. Semua masih terlalu samar. Kekecewaan atas apa yang dia perbuat empat tahun lalu masih membekas di hatiku. Dan itu tidak akan pernah hilang. Pengkhianatannya sudah benar-benar mencoreng kepercayaanku untuknya.

"Joohyun," panggil suara lelaki yang sangat ku santuni di dunia ini, suara ayahku.

Pikiranku yang melayang-layang kini kembali ke tempat yang seharusnya. Aku memfokuskan diriku sekali lagi dan menjawab, "Iya, Pap?"

"Sekarang kamu tinggal dimana?"

"Untuk sementara waktu, aku dipinjemin apartemen di Itaewon, Pap."

"Dipinjemin? Siapa?"

"Partner kerjaku. Temanku waktu masih kuliah di New York."

Beliau menghela napas. Aku tahu, pasti berat baginya untuk mendengar bagaimana nasibku secara ekonomi. Mengingat ayahku merupakan salah satu orang yang mempunyai jabatan penting di Korea, mengetahui putri bungsunya sampai meminjam apartemen milik teman itu sepertinya sangat melukai perasaannya sebagai seorang ayah.

"Papi minta kamu dalam minggu ini pindah ke rumah. Sooji juga tinggal di sini. Untuk sekolah Sooji, nanti biar Beomjae aja yang ngurus. Kamu bisa terima permintaan Papi, Joohyun?"

Tidak heran, aku sudah memprediksinya. Papi memang mempunyai sifat yang seperti ini. Beliau selalu mengikat anak-anak mereka agar dapat berada di bawah pengawasannya. Tidak berubah sedikitpun. Sama seperti dulu. Akan tetapi, meskipun beliau melontarkan berbagai macam perintah, Papi masih menyayangi anak-anaknya. Aku tidak dapat menyalahkan beliau seutuhnya karena kewajibannya sebagai pejabat dalam pemerintahan.

"Kalau untuk pendidikan Sooji, aku nggak akan menolak, Pap. Tapi kalau disuruh pindah ke rumah, aku sedikit keberatan. Apartemen yang aku tinggali sekarang jaraknya nggak terlalu jauh dari butikku."

TEASE II : THE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang