6. Identitas Terbuka

1.4K 160 31
                                    

Vika

"Kenapa aku bisa masuk ke dunia astral?" tanyaku kepada Mama dan Papa.

Aku pikir, jika aku tahu cara masuk ke dunia astral, aku bisa menghindari hal yang dapat membuat aku masuk ke dunia terlarang itu.

Kini Mama angkat bicara. "Sampai sekarang, Mama pun tidak tahu secara jelas apa yang menyebabkan Mama bisa masuk ke dunia gaib. Tapi yang Mama rasakan, ada tiga hal yang dapat membuat mama masuk ke sana." Apa? Tiga? Apa aku bisa mengingatnya? Ingatanku sangat buruk. Bagaimana jika aku tidak bisa mengingatnya? Aku berusaha menyimak ucapan Mama sebaik mungkin agar aku tidak mudah melupakannya.

"Pertama, Mama bisa masuk ke dunia gaib jika tidak berdo'a saat akan tidur,"

Aku menganggukan kepala. Kalau itu sih hampir setiap menjelang tidur, aku pasti berdo'a dulu, kecuali jika aku ketiduran.

"Kedua, ketika gelisah, perasaan tidak stabil, kamu dapat merasakan keberadaan 'mereka'. Kemudian 'mereka' akan menggoda kamu. Dan kamu akan masuk ke dunia 'mereka' saat ketakutan dan kemarahan merasuki perasaanmu,"

Aku terdiam. Hal itu yang tidak bisa aku kontrol. Aku sangat mudah ketakutan. Mendengar benda jatuh di malam hari saja bisa membuat jantungku berpacu cepat sambil berpikiran kalau benda itu dijatuhkan oleh hantu. Apalagi jika kejadian di lapangan terjadi lagi, aku bisa dengan mudah masuk ke dunia gaib.

Aku kembali dirundung rasa takut. Aku menarik selimut sampai menutupi kedua lenganku seakan tubuhku merasakan udara dingin yang menusuk kulitku.

"Dan yang ketiga, kamu bisa masuk ke sana atas keinginan kamu sendiri. Caranya-"

"Cukup, Ma," Aku segera memotong ucapan mama. "aku tidak mau tahu."

"Baiklah. Kamu tidak perlu tahu cara yang terakhir."

"Ada yang perlu kamu ingat," Papa kembali membuka suara. "Jangan pergi ke sana lebih dari enam jam. Jangan banyak komunikasi dengan makhluk astral. Hindari makhluk yang begitu sempurna di dunia sana," lanjut Papa.

Aku mengerutkan kening. Pembicaraan ini terasa semakin abu-abu. Aku tidak bisa mencerna semua perkataan Papa.

"Perlu kamu ketahui. Ada tiga jenis makhluk astral. Pertama, makhluk yang tenang. Dia tidak akan mengganggu seperti wanita yang duduk di sana." Papa menunjuk kursi perawat persis ke tempat di mana aku melihat seorang wanita yang kini tak kasat mata. Aku menelan ludah dengan berat.

"Papa bisa liat dia?" tanyaku.

Papa tersenyum memperlihatkan gigi putihnya. "Papa ini indigo. Sssssstttt!" Papa menempelkan jari telunjuk di bibirnya.

Oke, selama ini aku tidak tahu bahwa Papa seorang indigo dan Mama penjelajah dunia gaib. Apa mereka yang terlalu hebat dalam menyimpan rahasia? Atau aku sebagai anak yang tidak peka sehingga tidak tahu kelebihan orangtuanya?

Kemudian Papa kembali berwajah serius. "Kedua, ada roh yang mengganggu. Biasanya dia mengajak main, meminta tolong dan membuat keributan di dunia nyata seperti menggerakan kertas atau membuka pintu yang dapat membuat orang ketakutan,"

Ya, seperti makhluk-makhluk yang aku temui tadi.

"Dan yang terakhir, roh jahat. Dia bisa mengambil alih tubuhmu dan membiarkan kamu hidup di dunia gaib selamanya."

Deg!

Itu benar-benar menakutkan. Aku tidak mau kembali lagi ke sana, apalagi tinggal di sana.

👹👹👹

Didan

Aku menatap jauh ke arah Vika yang sedang berjalan di koridor utama bersama Sinan dan Adri. Vika baru saja sampai di sekolah lima menit sebelum bel masuk sekolah berdenting.

Unseen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang