My Boss bagian Kesepuluh

4.4K 197 13
                                    

Multimedia: Minecraft games.

*Author POV*

*****

          Langit menumpahkan air hujan yang lebat saat malam mulai tiba. Manty terlihat mengusap betisnya sesekali sambil meringis kedinginan sedangkan Trisa malah acuh dengan kegiatannya di atas laptop.

Sudah sekitar satu jam lamanya Trisa bergelut dengan laptopnya. Gadis tomboy itu tidak berbicara, tidak pernah mengangkat kepalanya atau bahkan hanya memberikan respon sedikitpun untuk Manty yang sedari tadi mencoba mengganggunya dengan segala cara.

Manty bahkan sudah mulai bosan karena ia sedari tadi hanya bisa merengek tanpa diperdulikan sedikitpun oleh gadis tomboy itu. Sedari tadi, Trisa hanya menatap fokus pada layar laptop datar didepannya sambil sesekali meminum kopi hitam buatan Manty. Dan kegiatan itu membuat Manty mengeluh sebal karena tidak diperhatikan.

"Kamu mau sampai kapan main laptop?" tanya Manty untuk yang kesekian kalinya. Lagi-lagi, Trisa tidak memperhatikan gadis yang tengah memasang ekspresi bosan itu. Kedua mata hitamnya yang tajam tetap saja fokus pada layar laptop. Hal yang tentunya membuat Manty jadi penasaran dengan kegiatan macam apa yang dilakukan Trisa sehingga Dia hanya terfokus pada layar laptopnya.

Dengan tingkat penasaran yang sudah membuncah, Manty mencondongkan tubuhnya saat berusaha mengintip layar laptop Trisa. Namun, belum sempat Manty melihat layar laptop milik Trisa yang terbuka, gadis tomboy itu sudah lebih dulu menutup laptopnya dengan gaya-gaya protektif.

"Apa?" tanya Trisa dengan nada acuh sambil menarik alisnya yang tebal agar terangkat tinggi.

Manty mendengus "Kamu sadar nggak sih kalau ada aku di sini?" dendang Manty dengan nada dongkol setengah mati.

Trisa terkekeh menyebalkan "Aku sedang bekerja. Jangan mengganggu" seru Trisa seraya kembali membuka layar laptopnya kembali.

Manty mendengus keras saat melihat Trisa mulai asik lagi dengan kegiatan di atas laptopnya. "Laptop kamu cantik banget kayaknya ya?" sindir Manty seraya merebut laptop Trisa secara kasar membuat Trisa jadi memasang ekspresi terganggu sekaligus tidak suka "Apa-apaan kau?!!!" sentak Trisa dengan nadanya yang tinggi bak petir di siang hari.

Manty menjengit saat telinganya mendengung karena suara Trisa yang tinggi itu masuk ke dalam lubang telinganya secara langsung. Meskipun Trisa tampak tidak suka karena Manty mengganggunya, gadis feminin itu tetap saja berusaha mencari informasi akan apa yang dikerjakan oleh Trisa di atas laptop itu sampai-sampai tidak memperdulikan keberadaan Manty sedikitpun.

Saat menatap layar laptop didepannya, Manty membelalak tidak percaya. Ternyata, Dia di acuhkan hanya karena sebuah permainan? Sialan! Awas saja kamu! Umpat gadis kelahiran batak itu dengan kejam meskipun hanya di dalam hati.

*****

*Manty Alyna Sihombing POV*

          Sialan! Dasar kurang ajar! Ternyata dia tidak memperhatikan aku sejak tadi hanya karena permainan konyol berbentuk kotak-kotak seperti ini? Fuck! Apa bagusnya coba? Sambil merengut tidak suka, Aku mengembalikan laptop milik Trisa karena gadis tomboy yang menyebalkan setengah mati itu mulai mengamatiku dengan tampang datar yang seolah senang melihat kelakuanku yang seperti bocah kecil yang senang mencuri perhatian.

"Kau menggelikan" ujar Trisa seraya terkekeh puas di akhir kata yang tentunya berhasil membuat harga diriku melorot entah karena apa.

Aku mendelik seraya melipat tangan di dada. Berusaha tampak se angkuh mungkin meskipun sedikit kesulitan karena aku tidak pernah bisa se-angkuh Trisa yang memang sudah terlahir dengan sifat itu.

Tanpa memperdulikan lagi posisi yang sedang aku peragakan, aku mendengus kesal "Kamu membuat aku penasaran! Jangan salahkan aku kalau aku merebut laptop sialan itu!"

"Kau merasa cemburu terhadap laptop? Benar-benar menggelikan, Manty" ucap Tris tidak percaya.

Benar-benar kurang ajar! Dia mengatakan bahwa aku cemburu pada laptop? Dasar adik durhaka!!! Dengan emosi yang memuncak, aku berusaha memukul kepala Trisa dengan menggunakan bantal yang sedari tadi berada dipangkuanku.

Trisa mengelak dengan cepat, dan bantal itu berakhir jadi korban karena menghantam kaca sehingga menimbulkan suara bedebum yang keras. Gadis tomboy itu terkekeh sebelum akhirnya memperhatikan aku dengan seksama "Sebenarnya kau menginginkan apa?" ujar Trisa dengan nada geli yang kentara jelas disetiap ucapannya.

Aku menggeram tidak suka "Kamu nganggap aku ini apa?"

Ekspresi gadis tomboy itu berubah hanya dalam sepersekian detik, "Aku menganggapmu seperti kau yang menganggapku sebagai saudara" jawab Trisa dengan nada lemah yang membuat aku mengumpat di dalam dada.

Tenggorokanku terasa tercekat dan perih hanya dalam beberapa detik setelah ucapannya. "Aku tidak menganggapmu seperti itu lagi, Tris"

Dalam seketika, kerutan di kening Trisa terlihat tampak jelas "Kau tidak menganggapku sebagai adikmu? Lalu?" tanyanya dengan nada heran yang jelas.

Aku menunduk malu sebelum akhirnya menghela napas ragu dan membisik selembut beludru meskipun dengan sejuta ragu "Aku mencintaimu" ujarku yang membuat Trisa jadi menegapkan punggungnya dengan seketika. Membiarkan perkataanku menggantung tanpa jawaban.

Satu detik,

Dua detik,

Tiga detik,

Empat detik,

Lima detik,

Sampai beberapa puluh detik setelahnya, tidak ada respons sedikitpun dari Trisa yang membuat debaran jantung milikku hampir saja berhenti karenanya.

Karena penasaran, Aku mendongak dan mendapati tubuh Trisa jadi lebih menegang tanpa lupa disertai bibir tebalnya membentuk senyum tipis yang lurus. Karena merasa di acuhkan, Aku jadi refleks menepuk leher belakangku yang terasa kaku seperti di serang kram dalam seketika.

"Kau mencintaiku?" akhirnya, terdengarlah jawaban Trisa yang terdengar tidak yakin.

Otomatis, Aku mendongak untuk menatap kelopak matanya yang tertutup sambil menahan tawa "Kenapa?" ujarku tidak percaya dengan balasan dari dirinya.

Trisa menggeleng sambil mengulum senyum kecilnya "Kau mencintaiku? Serius?" katanya disela-sela kekehannya yang terdengar sangat amat memuakkan.

Sebelum menjawab, aku mendengus kesal "Kamu berpikir kalau aku sedang bercanda?" dendangku dengan nada tinggi yang membuat gendang telingaku berdengung.

Masih terdengar kekehan memuakkan Trisa yang membuatku semakin emosi saja karena ia terdengar semakin menjengkelkan. "Aku serius!" ujarku berteriak keras sambil menghentakkan tangan di atas ranjang.

Tawa Trisa seketika berhenti dan dia berubah menjadi serius. Tatapannya berubah menjadi intens dan fokus hanya padaku "Mengapa kau mencintaiku?" ucapnya dengan nada menginterogasi bak tokoh-tokoh detektif Sherlock Holmes.

Aku terdiam membeku, seperti di skack match oleh pertanyaan gadis tomboy itu. Karena jika saja boleh jujur, aku juga tidak tahu kenapa aku mencintai sosok menjengkelkan yang tengah menatapku dengan intens ini. Aku tidak memiliki sedikitpun alasan untuk menjelaskan kata cintaku kepadanya, karena dia memang tidak memiliki sesuatu yang pantas untuk dicintai.

Trisa adalah sosok yang menjengkelkan, keras kepala, egois, play girl, dia tidak layak untuk kucintai. Tapi kenapa aku malah mencintai sosoknya? Kenapa bukan orang lain? Kenapa aku jatuh cinta kepada gadis tomboy yang sudah aku anggap sebagai adikku sendiri?

Kenapa harus dia?

*****

Baca juga cetita HOPE bagi orang yang masih pengen cerita saya yang GxG.

Pasti seru dan dijamin bikin penasaran. Wkkwk

Ada di work saya. Silahkan di lihat, di baca di vote, dan di comment.

Terimakasih.

Riska Pramita Tobing.

My Boss #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang