MPBB- 09

34.9K 1.8K 11
                                    

-hubungan memang tidak perlu di umbar, tapi mereka perlu tau, kalo kamu cuma milik aku. You are mine dan I'm yours-

-Gavin-

Alula berjalan di koridor, ia melirik sekitarnya, Alula risih, bahkan sangat risih. Entah kenapa tatapan siswa perempuan mengarah pada nya, ada yang salah dengan dirinya kah? Tatapan itu seperti ingin menguliti nya. Alula menghembuskan nafasnya pelan entah kenapa sekarang jantungnya bekerja dua kali lebih cepat.

"Al!" sapa Regina yang menyusulnya, Alula hanya tersenyum singkat. Regina yang sadar sikap Alula berbeda pun mengedarkan pandangannya ke sekitar, Regina mengangguk-angguk mengerti, "Mereka cuma iri sama lo!" ujar Regina, Alula hanya tersenyum kecut menanggapinya.

Ia kembali melanjutkan langkahnya diikuti Regina, Alula menatap lurus ke depan, entah kenapa koridor disini terasa sangat sepi, "Gue ngerasa hidup gue nggak tenang setelah Gue ketemu sama Aga." ujar Alula, Regina yang mengetahui hal itu pun hanya menghela nafasnya pelan.

"Lo bukannya nggak tenang, Al. Itu karena lo belum terbiasa, ya gue tau sih kalo Gavin itu gimana. Tapi kan Al, kak Gavin itu romantis!" ujar Regina, Alula mengerutkan keningnya, "Romantis apanya?" tanya Alula, Regina terkekeh, "Dulu yang gue tahu, dia punya pacar, kalo nggak salah namanya Netta. Gavin katanya posesif banget sama Netta, dia juga pernah ngebela Netta pas Netta di bully. Katanya dulu Gavin cinta banget sama Netta. Dia juga-"

Alula sudah tidak mendengarkan ocehan Regina, ia tengah berpikir, apakah Gavin mencintai nya? Atau Gavin hanya akan mempermainkan nya? Lebih lebih jika Gavin hanya menjadikannya sebagai pelampiasan? Alula menghela nafasnya pelan.

"Al!"

"Alula!"

"Al!"

Alula menoleh dan melihat Regina yang mendengus,"Gue cerita panjang lebar, lo malah ngelamun? Gila!" ujar Regina kesal, Alula hanya diam saja. Regina menatapnya, "Jangan-jangan lo cemburu, ya ampun Al! Itu tuh masa lalu kali, udah setahun yang lalu!" ujar Regina yang juga tidak di respon Alula.

"Lo kenapa sih?"

Alula menghela nafasnya pelan, "Gue takut cuma gue yang bakal jatuh cinta, sedangkan dia? Masih dengan cinta yang lama. Gue takut dipermainkan, gue takut cuma jadi pelampiasan." gumam Alula, Regina hanya menatap wajah Alula yang sama sekali tidak memandang nya.

Pembicaraan mereka tak lepas dari pandangan dan pendengaran seseorang yang berada tak jauh dari mereka.

____

Gavin menghadang jalan Alula yang akan menuju perpustakaan, Alula menatap Gavin jengah, sebenarnya ada apa dengan Gavin? Tidakkah ia tahu bahwa sekarang ia seperti orang yang kurang kerjaan? Gavin menatap Alula dengan wajah datar, Alula hanya mendengus kesal.

"Kenapa?" tanya Gavin menatap Alula datar, Alula menghela nafasnya pelan, sebenarnya ada apa dengan Gavin? "Kenapa apanya?" tanya Alula yang sama sekali tidak mengerti. Gavin menghela nafasnya pelan, "Aku nggak suka cara kamu yang seperti ini!" ujar Gavin, Alula masih tidak mengerti.

"Yuk, pulang."

Gavin menggeret tangan Alula dengan pelan. "Aku ada mau minjem buku, Gavin!" ujar Alula, Gavin menghentikan langkahnya dan berbalik menatap gadis itu, "Gavin? Kamu panggil aku Gavin?" ujar Gavin terkekeh sinis, setelah mengatakan hal itu Gavin tetap menggandeng tangan Alula, mau tak mau Alula mengikuti langkah pria itu.

Alula menghela nafasnya pelan saat suasana di dalam mobil begitu mencekam, Gavin tidak mengeluarkan sepatah katapun. Itu membuat Alula berpikir kejadian saat Alula memanggil Gavin dengan sebutan Gavin, bukan Aga seperti apa yang ia suruh.

"Kamu marah?"

Hening. Alula menghela nafasnya pelan, menyebalkan jika dalam situasi yang seperti ini. Argghh! Lebih baik dihadapi setumpuk soal fisika dibandingkan mengerti orang lain, Alula mendesah frustasi.

"Sakit, Al." ucap Gavin, Alula menoleh. Ia melihat pandangan Gavin yang tak menatapnya, Gavin masih fokus ke jalanan. Meskipun begitu, Alula tahu, ada rasa sakit yang teramat dalam di setiap kata yang terucap pada ucapan Gavin.

"Kamu ngejauh, seolah nggak pernah ngerti sama perasaan aku! Kamu berniat jauh dari aku, rasanya sakit asal kamu tahu! Kamu dengan mudah percaya ucapan orang tanpa tahu kebenaran nya terlebih dahulu." ujar Gavin masih enggan menoleh ke arah Alula, Alula hanya diam saja.

"Meskipun begitu, aku nggak akan pernah melepaskan kamu. Meskipun kamu yang minta sekalipun." ujar Gavin dan menginjak gas membuat Alula tersentak karena kecepatan mobil berjalan di atas rata-rata.

"Ga! Please, jangan kaya gini." ujar Alula, suaranya terdengar samar di telinga Gavin. Alula hanya berpegangan, ia takut. Gavin tahu itu, "Aku akan turunin kecepatan ini kalau kamu mau berjanji," ujar Gavin, Alula mengangguk, ia tidak ingin mati konyol seperti ini.

"Apa?"

"Terima aku dengan sepenuh hati kamu! Dan tidak ada laki-laki lain selain aku dan Ayah kamu di hati kamu itu!" ujar Gavin, ia menyeringai lebar, "Apa kamu mau?"

"Iya Ga, aku janji. Tapi, please, berhenti!"

Gavin sedikit demi sedikit mulai memberhentikan laju mobilnya, ia menginjak rem dengan pelan. Gavin berhenti tepat di depan minimarket, ia turun dan memperingatkan Alula untuk menunggunya di dalam mobil.

Alula masih mengatur degup jantung dan nafasnya, keringat mengucur dari pelipis nya, Ac di dalam mobil seperti tidak terasa karena tadi. Alula mengusap air mata yang menetes di pipinya, Ia benci menjadi cengeng. Hanya karena seperti ini saja ia menangis? Benar-benar cengeng!

Alula merasakan sebuah tangan menghapus air matanya, Alula menoleh, Gavin tersenyum tipis disampingnya. Alula sama sekali tidak membalas senyuman itu, ia mengingat seberapa kasarnya siswi Star High School akan memaki dan menghinanya, dan itu hanya karena ia berpacaran dengan Gavin!

"Ga? Sebaiknya kita merahasiakan hubungan ini, aku nggak mau orang lain tau." ujar Alula mengeluarkan suaranya. Gavin menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?" tanya Gavin, Alula diam tak bisa menjawab. "Jika alasan kamu hanya karena orang, aku nggak setuju." ujar Gavin.

"Buat apa sih kita ngasih tau orang lain, tanpa kita kasih tahu aja mereka sudah tahu. Aku nggak mau hubungan ini dicampuri orang lain!" ujar Alula kesal, Gavin terkekeh, "Dicampuri atau tidaknya itu tergantung kita, hubungan memang tidak perlu di umbar, tapi mereka perlu tau, kalo kamu cuma milik aku. You are mine dan I'm yours. Dan kalo kita nggak kebanyakan cerita sama orang, mereka nggak bakalan ikut campur." ujar Gavin, Alula menghela nafasnya pelan dan mengangguk.

"Nih." Gavin menyodorkan es krim berbentuk cup, Alula menyendokkan es krim itu dan memasukan ke dalam mulutnya. Gavin menjalankan mobilnya kembali dengan es krim ditangannya, Gavin menyodorkan es krimnya pada Alula, "Suapin."

Alula dengan telaten menyuapi Gavin, meskipun detak jantungnya yang sudah abnormal karena dekat dengan Gavin. "Aku nggak suka kamu nangis, apalagi karena aku." ujar Gavin, Alula hanya diam saja. Alula bingung mau menanggapi seperti apa.

"Asal kamu tau, Al. Aku cinta sama kamu, semenjak pertemuan pertama kita!" ujar Gavin serius, Alula tak melihat kebohongan dimata Gavin. Untuk ini Alula hanya mengangguk mengerti.

"Aku nggak suka kamu deket cowok lain selain aku!"

_____

Hai, Vote dan komen jangan lupa yaa...

My Possesive Bad Boy[New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang