Jadilah, Maka Terjadi

11.9K 2.1K 132
                                    

"Digo, lihat anak itu, lucu banget, pipinya kayak tomat warnanya trus  chubby banget cobaa, ihhh lihat baju yang dipakainya, centilll, ihhh giginyaa duaa, dia senyum sama aku Digo....." Sisi setengah menjerit dengan nada gemas.

Waktu itu Sisi meremas tangan Digo. Gemas melihat seorang anak perempuan mungil yang lucu sedang bermain dengan baby sitternya sambil makan. Sementara orangtua anak kecil itu juga sedang menikmati makan malam mereka dimejanya.

"Kamu mau punya kayak gitu?" tanya Digo membalas remasan tangan Sisi yang tak lepas memandang anak itu.

"Mauuuu!" Sisi menoleh padanya dengan wajah antusias dan bersemangat.

"Nanti pulang bikin yuk!!" Digo tersenyum menggoda dengan menurun naikkan alisnya.

"Sttttttt, apaan sih Digooo!" Sisi mencubit lengan Digo. Digo tergelak.

Sisi celingukan takut ada yang mendengar perkataan Digo yang terdengar vulgar. Akhirnya tangan Sisi melayang kebahu Digo dan mendorongnya. Digo hanya tergelak lagi melihat raut wajah Sisi lalu menangkup dan memencetnya gemas.

"Ihhh sakittt....!" Rengek Sisi.

"Gemassss!" Digo menguyel-uyel pipinya lagi dan lagi membuat Sisi menjerit manja.

Saat itu Digo dan Sisi sedang Dinner berdua merayakan tiga bulan pernikahan mereka yang tak pernah dirayakan dengan resepsi. Sisi menolak resepsi. Ia merasa hanya akan membuat semua yang dikeluarkan sia-sia jika ia harus dipanggil.

"Selamat tanggal 6 untuk ke 3 kalinya sayang, Sisi!"

"Happy 3monthsary, sayang Digo!"

Hanya sekedar ungkapan rasa bahagia karna sudah bersama-sama selama tiga bulan terakhir. Tangan mereka saling menggenggam seakan meyakinkan bahwa cinta selalu ada dalam genggaman mereka selamanya.

"Terima kasih sudah ada disampingku selalu, Digo!" Sisi mengecup punggung tangan Digo dan meletakkannya dipipinya.

"Aku yang Terima Kasih, sudah diperkenankan untuk melangkah sama-sama kamu sampai finish, sampai hidup berakhir!" sahut Digo mengusap rambut Sisi dengan tangan yang lain.

"Kamu janji nggak akan berubah, Digo?" Sisi berkata dengan nada penuh pengharapan.

"Kamu janji dampingin aku terus?" Balas Digo.

"Kalau itu tergantung takdir Allah, sayang!" Sahut Sisi.

"Membolak-balik perasaan juga kuasa Allah, tapi dengan tekad kita untuk selalu teguh pada perasaan yang tak akan berubah tentu Allah akan menetapkan hati kita," Digo berkata lagi. Menenangkan gundah hati Sisi yang terkadang masih terselip dari ucapannya.

Perayaan tanggal pernikahan yang begitu berkesan. Bahkan mereka sempat berduet bersama menyanyikan lagu My Heart yang mewakili perasaan mereka.

Disini kau dan aku
Terbiasa bersama
Menjalani kasih sayang
Bahagia kudenganmu

Pernahkah kau menguntai
Hari paling indah
Ku ukir nama kita berdua
Disini surga kita

Bila kita mencintai yg lain
Mungkin kah hati ini akan tegar
Sebisa mungkin tak akan pernah
Sayang ku akan hilang

If you love somebody
Could we be this strong
I will fight to win
Our love will conquer all
Wouldn't risk my love
Even just one night
Our love will stay in my heart
My heart

Tanggal 6 untuk ke 4 kalinya makin mendekat. Tapi Sisi sekarang tak menampakkan senyumnya. Hanya wajah tanpa ekspresi yang ada dihadapannya sekarang. Setiap kali memandangnya Digo akan selalu menahan airmatanya. Meski dia seorang pria, yang selalu terlihat paling kuat dimata Sisi, dalam keadaan seperti ini ia tak dapat menyembunyikan kelemahannya. Merasa hampa tanpa mendengar suara manja Sisi. Suaranya bahkan selalu terngiang.

Bismillah, Aku Memilihmu!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant