Satu

27.4K 1.4K 45
                                    

#Wish1: Olivia gak jadi pengganti kapten basket putri (Aldo)

#Wish2: Aldo agak ngatur sikapnya, gausah songong (Olivia)

**

“Disini ada yang namanya Olivia?” teriak Diva begitu mereka—dirinya dan Aldo—berada di ambang pintu kelas 11 IPA-2. Diva emang terkenal toa.

Tampak seorang gadis berpenampilan sporty dengan rambut yang dikucir kuda mendongak ke arah mereka. Kemudian berjalan sambil menautkan alisnya.

“iya, gue Olivia. Ada apa?” tanyanya.

Aldo membelalakan matanya tak percaya. Kok rasanya pernah liat anak ini, ya? Tapi dimana? Batinnya.

Buru-buru Diva angkat bicara, “gue Diva, yang disebelah gue Aldo” Diva tersenyum hangat disusul dengan Aldo yang berusaha menormalkan wajahnya akibat mengingat-ingat dimanakah ia bertemu dengan gadis dihadapannya ini sebelumnya. 

“kalian tau nama gue, panggil aja Olive kalo kepanjangan” jawab Olivia.

“gue denger-denger, lo mantan ketua basket di SMA Nusantara ya?” tanya Diva.

Olivia mengangguk, “kenapa?”

Diva menjentikkan jarinya, “pas banget tuh, gue selaku ketua basket putri di JB bakal pindah sekolah satu minggu lagi. Sedangkan 2 bulan lagi bakalan ada turnamen besar. Lo mau kan gabung ke tim basket JB? Jadi kaptennya sih kalo bisa”

Olivia tampak berpikir, “aduh, kalo gue gak mau gimana? Niatnya gue masuk JB mau fokus belajar abisnya”

Aldo berdecak, “anjir, songong banget nih anak” gumamnya pelan tapi ternyata terdengar jelas oleh yang dimaksud.

“bukan songong elah, serius” ia menatap Aldo geram.

Diva langsung mengalihkan pembicaraan, “ayolaah, kita butuh banget nih. Anak-anak basket sini seru-seru kok!”

“lagian latihan baskte paling banyak 2 kali seminggu, kecuali kalo udah sebulan menuju turnamen” lanjut Aldo.

Akhirnya Olivia mengangguk, “yaudah, jadi kapan mulai latian?”

“eits, main latihan-latihan aja lo. Seleksi dulu dong. Gue pengen liat skill anak basket Bandung gimana” Aldo tersenyum miring.

Dengan cepat Diva meninjak kaki Aldo. “anjrit, sakit oding!” yang menjadi korban meringis kesakitan.

“lagian lo apa-apaan sih? dia mantan kapten basket woi. Gausah diraguin lagi” omel Diva. “Liv, gausah, lo gausah ikutan selek—“

Buru-buru Olivia memotong, “gapapa, lagian kalo gue bukan karena gue mantan kapten basket jadi masuk tanpa seleksi kan? Kesannya gak sportif”

Aldo kemudian menyunggingkan senyum kemenangan, “bagus deh kalo lo ngerti. Besok pulang sekolah di lapangan basket belakang JB. Bawa baju basket kesayangan lo”

**

“lo kenapa sih?” tanya Diva ketika mereka sedang dalam perjalanan ke kantin.

Aldo menautkan alisnya, “kenapa apanya?”

Diva berdecak kesal, cowok satu ini memang bisa membuatnya darah tinggi. “lo keliatan gak suka sama Olive”

“gue pernah ketemu dia sebelumnya, Div”

Diva menoleh cepat, “demiapa? Dimana? Terus kenapa lo kayak gasuka gitu?”

“gue punya sepupu yang tinggal di Bandung. Cewek. Dan waktu itu gue nonton dia turnamen basket. Dia jatuh kesandung sama kakinya Olive. Mukanya ngebentur lantai. Sampe hidungnya ngeluarin darah banyak dan mulutnya luka gitu” jelas Aldo.

Aldolivia [ DISCONTINUED ]Onde histórias criam vida. Descubra agora