The Scar | 26

62.3K 5.7K 642
                                    

SENYAP.

Selang beberapa menit kegaduhan kembali terdengar ketika orang-orang mulai berlarian ke tempat kejadian. Melihat berapa korban yang dijemput malaikat maut kali ini atau hanya sekadar luka berdarah.

Sara masih duduk terpaku di trotoar. Rasa takut mengerumuni tubuhnya membuat kakinya sulit digerakkan. Tangis diamnya menjadi isakan keras ketika melihat truk yang hampir terguling di jalanan. Dan entah di mana cowok itu terkapar bersimbah darah.

Sara menarik tubuhnya untuk berdiri. Ia harus segera melihat kondisi Bayu sekarang. "Pak, teman saya gimana?" tanyanya pada orang yang berlalu lalang. Namun, tak satu pun yang menggubris. Sekonyong-konyong tubuhnya ditarik menjauh. "Pak, saya mau tolong teman saya," ujarnya lirih pada Bapak yang menarik tangannya.

"Jangan! Takut truknya meledak. Serahin aja sama orang-orang di situ."

Mata Sara terbelalak. "Pak, lepasin. Saya harus nolong teman saya." Sara mencoba melepaskan tangannya. "LEPASIN SAYA!!!" Tanpa sadar Sara menggigit tangan si bapak. Membuat tubuhnya terpelanting di lantai pinggir jalan. Bapak itu melepaskan tangannya dengan kasar.

"Apa-apaan kamu!" teriak Bapak. "Saya itu mau nolong kamu supaya nggak jadi korban!"

Sara tertunduk dalam mendengar semua teriakan itu. Tidak peduli. Saat ini ia harus bangkit dan melihat kondisi Bayu dengan mata kepalanya sendiri.

"Siapa lagi yang meninggal? Kakeru?"

Sara mengangkat muka, terperanjat. Di hadapannya ada Bayu atau roh Bayu-sedang berdiri menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan wajah datarnya seperti biasa. Tubuh itu terlihat bersih dari hal-hal menakutkan apapun.

Mungkin ini hanya halusinasi Sara. Ia mengucek mata. Membiarkan buram itu berhenti menghalangi dan sosok Bayu di hadapannya menghilang. Ia harus tetap sadar sampai tubuh Bayu terselamatkan.

"Lo kenal sama bocah itu sampai nangis jelek kayak gini?"

Merasa ada yang aneh, Sara mencengkram ujung celana jeans Bayu keras. Sosok itu tak menghilang. Malah sekarang memandangnya tidak suka. "Lo... nggak... mati?" tanyanya terbata-bata oleh tangis.

"Lo mau gue mati?" Bayu memandang Sara bingung. Apalagi cengkerama tangan cewek itu di celananya semakin mengerat. Sara menangis seperti anak kecil dengan bahu yang mulai tersentak-sentak. "Jangan malu-maluin. Berdiri."

Cengkerama Sara terlepas. Kepalanya kembali tertunduk. Rasa takutnya berubah menjadi kesal. Cowok di hadapannya saat ini benar-benar Bayu. Bayu yang manatapnya datar. Bayu yang berbicara sadis. Bayu yang HIDUP.

Tanpa aba-aba. Sara menangis sekeras-kerasnya. Rasa takut yang sejak tadi membuatnya lumpuh tergantikan oleh rasa bahagia dan lega.

Bayu melirik kiri kanan, berharap tidak jadi tontonan. "Lo kenapa, sih?"

Kenapa? Tiba-tiba Sara menghentikan tangisnya. Menatap Bayu geram. "Kenapa lo bilang?" Ia hampir saja pingsan karena rasa takut dan dingin yang merongrong tubuhnya. Dan cowok itu hanya bilang KENAPA?

Sara berdiri. Kembali menatap Bayu marah tepat di kedua manik cowok itu. Meskipun air matanya kembali jatuh. "Lo brengsek!" Ia berbalik dan pergi.

Bayu terdiam menatap kepergian Sara. Bingung dengan apa yang terjadi. Ia hanya berlari ke tepi jalan dan saat kembali Sara sudah menangis seperti itu. See, sesuatu tentang Sara selalu membuatnya tolol seperti itu. Pertanyaan yang selalu tak memiliki jawaban.

"Aduhh...." Bayu mengusap kepalanya dan sadar kalau Sara kembali berdiri di depannya.

"Mungkin pukulan itu bisa buat lo sadar, Bego!" teriak Sara.

THE SCAR ✔Where stories live. Discover now