Part 26 : Ketemu Calon Mertua

2.2K 166 34
                                    

Saat aku sadar tanpa sengaja menjatuhkan hati kepadamu. Aku kemudian berfikir. Apakah ini takdir? Takdir dengan keberuntungan atau kesialan? Tuhan menulis takdir kita pada kertas yang sama? Atau terpisah?



Menurut pria yang kini tengah duduk di pinggiran balkonnya, bahwa hari ini adalah hari minggu yang paling cerah sepanjang hidupnya. Senyum tidak henti menghiasi bibirnya. Sesekali dia menyesap kopi yang telah disiapkan oleh pembantunya. Rasanya manis bercampur pahit. Terasa sempurna. Sama seperti kehidupannya.

Pintu kamar di ketuk sekali lalu langsung terbuka dari arah luar. Seorang pria masuk begitu saja tanpa permisi. Mengambil posisi di samping pria yang tengah menyesap kopi itu.

"Hebat bener. Berasa rumah sendiri ya"

"Waktu gua pertama kali kesinikan lo pernah bilang 'Udah angga, masuk aja, anggap rumah sendiri' begitu kata lo"

"Alesan lo kebanyakan" Pria itu menyesap kopinya lagi. Memperhatikan kedepan lalu tersenyum kembali. Ingatannya tentang tadi malam selalu membayang di fikirannya.

"Lo kenapa senyam-senyum? Sakit?"

Devin kemudian menatap angga. Sebuah senyum yang menampilkan deretan gigi putihnya kini tercipta "Ga. Lo harus salam tangan gua. Terus lo bilang gini 'Devin. Selamatnya, lo udah ada kemajuan sama marsha' Begitu"

"Kemajuan apa? Marsha mau jadian sama lo atau apa? Masa iya marsha mau sama lo" Angga terlihat tidak percaya dengan ucapan devin. Sedangkan devin hanya tertawa kecil.

"Gua serius. Semalem waktu gua kerumah dia. Dia pake aku-kamu"

"Alah baru juga aku kamu. Belum mama papa"

"Kalau pakai mama papa namanya lebay. Sekalian aja lo suruh gua pake ayah bunda"

"Nah ide bagus tuh. Pake aja. Mana tau jadi inspirasi"

"Udah bertebar di mana-mana"

Devin bingung. Bagaimana bisa marsha bersahabat lama dengan angga. Apakah marsha tidak gila dibuatnya? Dia heran.

"Oh iya gua mau ngasih tau lo rahasia besar" Angga tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.

"Gua dulu pernah suka sama marsha" Angga langsung saja memberitau rahasianya tanpa menunggu apakah devin ingin mendengar atau tidak tentang rahasianya.

"Kan bener gua bilang. Cewek cowok mana bisa sahabatan lama tanpa ada perasaan lain yang tumbuh" Kini devin tersenyum sinis. Dugaannya selama ini benar.

"Haha.. iya. Tapi sayang. Marsha gak peka dan gua gak seberani elo ngungkapin perasaan"

"Dan akhirnya dia nyangkut di rafli, gitu?" Tebak devin. Dia yakin sekali pemikirannya selama ini benar. Hal seperti itu sudah sering terjadi menurutnya.

Angga mengangguk setuju sambil tetap tertawa kecil. Dia menatap lurus kedepan. Mengingat masa-masa dia ketika jatuh hati dengan marsha. Masa-masa dimana jantungnya selalu berdebar. Masa-masa dimana dia selalu tersenyum mengingat segala kebersamaan dia dengan marsha.

Devin melihat angga tengah tersenyum sambil menatap kedepan. Dia yakin saat ini angga pasti sedang melamun "Lo kenapa ngelamun? Ingat masa lampau ya?"

Angga sedikit tersentak kaget dengan ucapan devin, lalu ia menggeleng dan menghembuskan nafasnya "Lo tenang aja. Itu waktu dulu. Gua udah buang jauh-jauh rasa gua waktu gua tau dia pacaran sama rafli. Sekarang gua gak punya rasa sama dia. Cuman sebatas sahabat aja"

"Ya ya gua tau. Sekarang lo suka sama zalfa kan? Sayang. Zalfa sudah punya pacar"

"Siapa bilang gua suka sama zalfa? Gua cuman iseng aja. Gak lebih. Untuk saat ini gua bisa pastiin kalau gua gak suka sama dia. Tapi gak tau untuk besok-besoknya. Gua takut kayak lo. Bilang gak akan suka tapi taunya sekarang?"

The Part OfWhere stories live. Discover now