Prolog

203 15 18
                                    

Sebelumnya mau ngucapin banyak terima kasih dulu ke Dedek WardaH87 yang udah banyak ngeluangin waktunya untuk cerita ini. Dari mulai judul, cover dan tambahan-tambahan kalimatnya. Makacih ya Dedek. Makin gemes deh. 😍😄

untuk Diptacreative maaf ana telat. Ini nulis ulang (dari bab 1 ke prolog) abis tulisan yang sebelumnya ngeraguin. ✌😀

Reyhan berjalan mengendap-endap menghampiri Naya yang tengah khusyuk membaca buku. Tubuhnya menyandar pada sebuah pohon besar berdaun rindang, sebagiannya menyentuh genteng bagian belakang rumahnya. Tanpa sepengetahuan Naya, Reyhan memperhatikan dari kejauhan. Bosan menunggu Naya yang tak kunjung menyadari kehadirannya, Reyhan merebut buku pencuri perhatian Naya. Refleks Naya mengejar Reyhan.

"Balikin, Rey!" Naya menadahkan tangannya. Bocah laki-laki berumur sembilan tahun itu hanya menjulurkan lidah sambil berjalan mundur. Tak ingin tertangkap oleh Naya.

"Kejar aku dulu!" pinta Reyhan dengan tangan mengacung-acungkan buku bersampul segerombolan hewan itu ke udara. Naya menatap kesal.

"Jangan mulai, deh, Rey! Nanti kalau kamu jatuh lagi, aku yang dimarahin sama mamamu," ungkit Naya, tidak ingin kejadian dua hari lalu terulang.

Teringat jelas saat itu mama Reyhan menepis kuat tangan Naya yang sedang mengoleskan ludah pada luka di lutut Reyhan. "Anaya! Apa yang sedang kamu lakukan?!" bentak wanita cantik berpoles make up tebal yang baru saja turun dari mobilnya itu. Naya terkejut.

"Rey jatuh, Tan-"

"Jangan ajari anakku jorok, seperti kamu, ya!" potongnya, sambil menarik tubuh ringkih Reyhan masuk ke dalam rumah. "Sudah mama bilangin, nggak usah temenan sama anak tukang bersih ..." Omelan mama Reyhan masih tertangkap oleh telinga Naya sebelum tubuh mereka menghilang dibalik pagar rumah.

Naya hanya ingin luka Reyhan cepat kering, setelah dikasih ludah. Tetapi kenapa malah gadis itu yang dimarahi?

"Kamu masih ngambek, ya Nay?" tanya Reyhan. Menyentak  Naya dari lamunan. Mengembungkan pipi, Naya malas meladeni Reyhan yang kata mamanya tak pantas berteman dengan Naya yang hanya anak jasa bersih-bersih.

"Maafin aku ya, Nay ..." kata Reyhan serak, hampir menangis. Dia sedih jika sampai Naya tidak mau berteman lagi dengannya. Selama ini, hanya  gadis kucel itu yang mewarnai hari-harinya.

"Nggak usah sedih, aku sudah maafin kamu kok, Rey." Naya tidak tega melihat Reyhan sedih. Didekatinya teman cengengnya itu. Lalu dipeluknya. Saat tangan mungil Naya menyentuh pinggang Reyhan, Naya jahil menggelitiknya hingga Reyhan menjerit 'ampun' karena tidak bisa menahan geli.

Dari halaman belakang rumah mungil Naya, tawa lepas mereka mengudara.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 31, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sebilah HatiWhere stories live. Discover now