Ruang keluarga
Saat Seulgi bersama Jimin, So Hee dan Kwang So terduduk dengan wajah yang resah, sebuah telepon mengejutkan mereka.
Krinnnggg!
Seulgi menatap Jimin penuh rasa takut, Jimin yang bisa melihat itu berusaha menenangkan Seulgi dengan cara menyentuh bahunya pelan. Meyakinkan Seulgi untuk bersikap normal dan mengangkat telepon itu.
"Jika ini telepon darinya, lakukan seperti yang kubilang tadi," perintah Jimin.
Seulgi melirik Jimin sekilas lalu menggeleng, "Aku merasa takut."
"Dengar, jika kau terus merasa takut... kau akan ketakutan seumur hidupmu. Ayo angkat teleponnya.
Seulgi yang sedari tadi terus meremas ujung bajunya, kini mulai mengangkat tangan untuk meraih telepon tersebut. Diikuti oleh Jimin yang meraih telepon di sampingnya untuk menyadap pembicaraan mereka.
"Ye-yeoboseyo?".
"Kau butuh waktu lama untuk mengangkat telepon. Bukankah kubilang padamu, untuk berhenti menemui Jimin? Tapi kau tidak mendengarkanku. Jika terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan bertanggung jawab. Kau yang bertanggung jawab."
"Aku?" Kata Seulgi terkejut. Jimin kembali menyentuh bahunya untuk bersikap normal.
"Aku tidak akan menemui Jimin. Akan kulakukan semua perintahmu."
"Dan jika kau menemuinya?".
Seulgi menggenggam tangan Jimin yang masih menempel pada bahunya sambil menatap pria itu.
"Aku tidak akan pernah bertemu dengannya. Tapi aku ingin bertemu denganmu."
Taehyung terkekeh, "Kau berniat menjebakku?".
"Tidak, aku mau menemuimu."
"Aku tau itu berbahaya." Pria itu kembali tertawa renyah. "Tapi aku terima demi dirimu. Kita bertemu di Restoran Holiday samping kolam renang."
"Tapi bagaimana aku mengenalimu?"
"Bagaimana kau mengenaliku? Untuk mengenali cinta sejati tidak perlu mata tapi hati. Ketika aku berada disekitarmu... jantungmu berdegup mengenali siapa yang datang. Selain itu aku mengenalimu. Bye!"
Taehyung menutup telepon lebih dulu tidak seperti biasanya, selalu Seulgi yang mengakhiri.
"Bajingan itu tidak memberitahu identitasnya. Tapi aku yakin ia pasti datang." Seru Jimin.
"Kurasa kita tidak perlu berurusan dengan semua ini. Kita harus menghubungi polisi." Usul Kwang So merubah posisinya dari duduk di sofa menjadi berdiri persis seperti yang Jimin lakukan sebelumnya.
"Ya Jimin. Jika tidak polisi setidaknya bawalah beberapa orang." Timpal So Hee.
"Tentara tidak perlu bantuan untuk membunuh tikus. Aku mampu menangani bajingan itu!"
🍁🍁🍁
Restoran Holiday
Terlihat Seulgi tengah duduk pada salah satu kursi yang menghadap langsung ke depan kolam renang, dari atas balkon Jimin sedang memantaunya sementara di tempat lain, tepatnya sebuah kursi yang juga menghadap ke arah kolam renang tidak jauh dari tempat Seulgi duduk tadi- Taehyung memperhatikan gadis itu dengan penyamarannya yang hampir sempurna. Kacamata hitam, sebuah topi dan koran ditangannya sebagai penutup wajah.
Pria itu membuka kacamata miliknya untuk melihat jam yang melingkar ditangan begitupun dengan Seulgi, ia melakukan hal yang sama dengan pria itu.
Waktu menunjukkan pukul 16.15, masih terlalu cepat bagi Taehyung untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.
"Apakah kau mengenaliku? Aku Taehyung. Lihatlah diriku dengan penuh perhatian. Dalam kerumunan kampus, anak yang berdiri di belakang... yang tidak pernah berani untuk muncul dihadapanmu. Yang tidak pernah berani memberitahu kau begitu berarti baginya. Bibir ini mencoba terbuka bicara denganmu... tapi suara tidak pernah keluar. Dan hari ini suasananya sangat berbeda. Ada secercah mimpi dimata. Hari ini kita berdua bertatap muka. Dan aku ingin mengatakan segalanya." Batin Taehyung.
Kini pria itu melangkahkan kakinya untuk menghampiri Seulgi. Langkahnya begitu mantap seolah tidak ada ketakutan. Ketakutan yang mungkin nantinya akan menyeret ia pada sebuah fakta yang terungkap.
16.30. Seulgi menatap jam ditangannya lalu melirik Jimin yang masih setia memantaunya dari atas balkon.
Langkah Taehyung terhenti setelah mengetahui sosok Jimin yang dianggapnya sebagai penguntit berada disana.
Pria itu mengubah niatnya untuk menghampiri Seulgi menjadi pergi meninggalkan tempat itu.
Malam harinya
Krinnnggg!
Telepon kembali berdering.
"Cobalah untuk mengulur waktunya, karna butuh 3 sampai 4 menit untuk menyadap nomornya." Ucap Jimin.
"Lakukan sekarang Seulgi." Ujar So Hee.
Seulgi mengangkat panggilan itu.
"Yeoboseyo?"
"Akhirnya kau lakukan apa yang kutakutkan."
"Apa yang kulakukan?"
"Kau menipuku! Kau pikir aku tidak tau Jimin sembunyi disana? Jadi saat aku datang aku akan tertangkap!" Ucap Taehyung dengan nada sinisnya.
"Aku tidak tau Jimin ada disana."
"Mungkin kau tidak tau akan hal itu. Sekarang ada polisi disampingmu."
Ucapan Taehyung benar-benar tepat. Bagaimana bisa ia mengetahui kalau saat ini ada seorang polisi disampingnya.
"Mereka sedang berusaha melacak nomor teleponnya. Tapi jangan khawatir, jangan khawatir... karna tidak mudah untuk menghubungiku. Tapi aku bisa menghubungimu kapanpun aku mau."
Tuuuttt!
Panggilan diakhiri.
"Baiklah. Nomornya sudah kita dapatkan. 0106490." Ucap polisi itu menyebutkan nomor telepon yang berhasil mereka sadap.
Deg!
"Ini nomor telepon kamarku." Kata Seulgi histeris.
"Bagaimana sekarang?" Tanya So Hee.
"Tidak ada gunanya. Bajingan itu pasti sudah pergi!" Tukas Jimin. Air mukanya terlihat seperti orang marah dengan dipenuhi dendam.
🍁🍁🍁
To be continued.
YOU ARE READING
TERROR [FINISH]
FanfictionKetika cinta berlebihan, akan menjadi kesetiaan. Dan ketika kesetiaan menyesatkan akan menjadi obsesi. Cerita ini juga tentang obsesi cinta, yang berlangsung terus-menerus. Yang hadir dalam hati Romeo dan Juliet. Disini juga terdapat emosi yang meng...