Duduk dimeja belajarku sendirian, disaat istirahat makan siang. Hh, aku lapar, tapi tugas dan Bu Riri masih belum selesai. Cuma aku yang dikasih tugas itu. Sepertinya semua guru sedang sentimental padaku, apa ini masa orientasiku? Ah, menyebalkan!
Selera makan siangku hilang, tapi aku lapar! Rugi juga, kenapa aku menolak mereka yang menawarkan diri untuk membelikan makanan untuku. Tapi aku takut gak sempat makan, daripada mubazir jadi aku tolak. Bagaimana bisa surga dan neraka ada disatu tempat sekarang. Kadang aku merasa tempat ini seperti surga, lebih banyak seperti neraka!
"Jangan cemberut gitu babe, muka kamu kaya ikan hahahaha." Ah, mereka sudah pulang. Dengan wajah wajah kekenyangan.
Aku mendelik saja pada Manda. Bisa-bisanya menggodaku disaat-saat seperti ini?!
Okta membawakan aku sebungkus plastik, entah apa isinya, tapi wanginya enak. Nasi goreng! Huh, aku sayang kamu Okta!
"Nih makan, kamu laper kan?" Aku mengangguk. Kupeluk tubuh Okta yang super tinggi.
"Makasih Ota.... Aku sayang banget sama kamu!" Hehe. Okta terbaik!
"Bukan aku yang beli". Eh? Lantas siapa?
"Ka Lidya yang beliin untuk kamu. Dia gak liat kamu ke kantin tadi." Okta bilang padaku, mukanya seperti meminta penjelasan.
Wow. Ada apa dengan orang orang ini? Kemarin dia super jutek padaku. Kupikir dia tak suka padaku. Sekarang, dia membawakan aku makanan karena tak melihatku dikantin hari ini. Kemana Ka Lidya yang kemarin? Ka lidya yang tatap matanya sinis itu. Hh, aku semakin bingung.
"Sedeket apa kamu sama dia? Kamu ini misterius banget, Shan." Anin menatapku penuh selidik. Aku risih.
"A-aku gak tau. Aku bahkan baru kenal dia kemarin. Sumpah!" Aku melayangkan jari telunjuk dan tengah ku pada mereka. I swear.
Semua kejadian ini berbelit belit, seperti benang kusut jadinya. Aku bingung. Mereka pun sama bingungnya denganku. Ka Viny, Sisca, dan sekarang Ka Lidya? Aku bukannya gak bersyukur karena banyak yang baik sama aku. Tapi ini semua terjadinya begitu cepat, aneh, mereka datang bersama sama menawarkan banyak kebaikan padaku. Aku jadi takut, tak bisa membalas kebaikan mereka itu.
"Udah. Kamu makan aja dulu, lima belas menit lagi bel masuk bunyi." Sisca membuyarkan lamunanku, aku kan memang lapar tadi.
~~~
Satu jam pelajaran terakhir. Jam kosong. Harusnya aku senang, tapi sekarang aku lagi semangat belajar, pelajaran kesukaanku sih masalah nya. Aku suka bahasa inggris, lebih dari bahasa mandarin. Tapi mama dulu ingin aku menguasai bahasa mandarin. Mama bilang orang china harus bisa bahasa china. Alah masa bodo.
Mandarin susah!
Teman-temanku sibuk sendiri dipojokan kelas. Gosip. Aku gak suka bergosip, buang-buang waktuku. Jadi aku keluar kelas, entah mau kemana. Biar langkah kakiku membawa aku kemana dia mau.
Koridor sekolah sepi sekali, anak anak perempuan sibuk belajar dikelas. Yang olahraga belajar dilapangan yang jauh dari gedung kami. Beberapa ada yang praktek diruang musik karena sedang kelas seni. Taman yang biasanya sepi pun ramai, ramai anak perempuan berpakaian petani sedang belajar menanam bunga. Susah sekali cari tempat sepi.
Aku mau sendirian. Tapi susah.
Perpustakaan. Aku sampai di depan nya. Kelihatannya damai damai saja. Sepatu diatas rak pun cuma ada satu dua. Ah, ini baru zona nyamanku. Yang dari tadi kucari-cari.
Setelah menyusun sepatu pada rak aku masuk ke dalam perpustakaan. Benar sepi. Cuma ada satu penjaga perpustakaan yang sibuk dengan majalah ditangannya. Satu perpustakawan diatas tangga sedang merapikan susunan buku.
