[07] Sang Mantan

88 15 1
                                    

Manusia itu tidak ada yang sempurna. Semuanya selalu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Aku selalu percaya itu.

Sejak bertemu Agam, aku merasa Agam adalah sosok yang sempurna tanpa celah sedikit pun. Tapi nyatanya, semua tidak sesempurna itu.

Agam tidak sebaik itu. Semua yang terlihat dari luar tidak sesuai dengan apa yang ada di dalamnya.

Aku berkata demikian karena memang ada bukti autentik yang dapat dipercaya. Pasalnya, Agam sendiri yang bercerita satu demi satu peristiwa yang ia alami.

Mulai dari keluarganya, mantan kekasihnya ... ng, dan banyak hal. Dan setelah Agam bercerita seperti itu aku merasa bahwa ... menilai seseorang memang tidak bisa dilihat dari luarnya saja.

Soal keluarga, pasti kalian sudah bisa menebak. Iya, Agam berasal dari keluarga broken home. Dia ikut sama Mamanya bersama adik perempuan yang usianya masih sepuluh tahun.

Tapi, jangan salah kira. Agam tidak menderita gara-gara itu, kok. Katanya, dia justru senang.

Ngg ... bukan senang karena orangtuanya pisah, bukan. Ya, sekarang, mana ada sih anak yang senang ketika melihat orangtuanya berpisah?

Agam senang karena uang jajan yang diberikan menjadi double. Kadang triple. Pokoknya kata Agam, untuk urusan uang insha allah semuanya tercukupi.

Oke, mari membahas sang mantan kekasih yang sempat dibicarakan Agam beberapa hari yang lalu.

Ini cukup sensitif sih topiknya. Buat aku lebih tepatnya.

Karena ketika orang yang kamu suka bercerita tentang orang yang dia suka, dan yang jelas bukan kamu, itu menyakitkan.

Tapi ketika dia memuji bagaimana sang mantan, bagaimana dulu ketika mereka masih bersama, bagaimana Agam pernah menangisi perempuan itu ketika mereka hampir berpisah, aku berusaha memposisikan diriku sebagai pendengar. Yang baik pastinya.

Sebisa mungkin aku mengesampingkan ego dan perasaanku. Karena Agam lebih butuh didengarkan, daripada diacuhkan.

Yang membuat aku tidak percaya adalah ketika dia bilang bahwa, dia pernah menangisi perempuan itu dengan alasan Agam tidak mau putus.

Hah. Lucu sekali.

Sudah sangat jelas 'kan, bahwa Agam memang sesayang itu pada sang mantan.

Dalam hati aku berharap, ada saatnya aku disayang seperti itu sama Agam.

Hah. Mengharap.

Dulu, aku selalu berpikir positif dan sedikit mengharap kalau suatu saat aku dan Agam bisa bersama walau hanya sebentar.

Dulu. Sebelum semuanya berubah dalam sekejap mata.

[]

Inilah KitaМесто, где живут истории. Откройте их для себя