Kian Tak Terbatas

27 0 0
                                    

Karenamu,

Tak lagi kusadar bahwa gelap adalah malam

Bahwa kurela menjadi nocturnal

Demi basahi hasrat rindu yang kau pendam

Hingga tak jua kuhiraukan asa kealfaan

Bilapun ini memang sebuah kekeliruan

Karenamu, aku menggila...

Tak lagi sepertiku biasanya...

Logika cinta kini mulai dipertanyakan. Aku tak lagi berada dalam batas aturan. Tiap malam perjumpaan kami saling menyapa penuh kemesraan, bahkan tak lagi sungkan nyatakan hasrat akan sebuah perjumpaan. Tiap kali aku utarakan pintaku untuk bertemu, ia coba redam dengan kalimat "belum saatnya, sabar ya sayang". Aku paham apa yang dikatakannya, karena tak mudah bagi kami untuk bertatap muka langsung. Tak sebebas dara mengapung diangkasa. Kondisi kami sangat terbatas ruang dan waktu. Sebagai pengobat rindu, kami bersua melalui video call, cukup lumayan menghibur lara hati. Setidaknya ada wajah yang terlihat, ada suara yang terdengar, ada reuni cinta. Wajah itu, wajah yang tak pernah kulupa sebagai cinta pertama. Menit pertama masih terdengar suara canggung dan malu, sepertinya lebih banyak diam dan saling melempar senyum. Lima menit berlalu barulah tumbuh rasa ingin tahu. Mulai dari kabar diri, pekerjaan, kesibukan saat ini hingga menyentuh memori usang tentang kenangan masa lalu.

"Ay, kamu tahu aku lama mencarimu. Bahkan saat kudengar kau telah dipinang oleh kakak tingkatku, aku masih mencarimu. Tapi rupanya keluargamu sengaja menutup jalanku mendekatimu. Berulang kali kutanya saudara-saudaramu, mereka bilang tidak tahu. Masih basah lukaku saat ibumu memintaku menjauh tanda tak setuju karena aku hanya anak seorang buruh saat itu. Namun ketika namamu muncul dilayar handphoneku, betapa bahagianya aku. Meski saat itu ku tak yakin bila itu benar dirimu. Telah kumaafkan semua yang pernah terjadi padaku, karena memang akhirnya kita tak pernah bisa menyatu." Cerita singkat yang diakhiri dengan helaan nafas panjang. Lelaki malam dibalik layar itu menunduk sebentar lalu tersenyum tawar. Aku bingung harus memikirkan apa, dibenakku hanya ada kata "maaf", ujung mataku telah membayang airmata.

Dalam hening perasaan, tiba-tiba saja ia berucap "kamu seksi...". Huuooww rupanya selendang biru yang menutup bahuku melorot dan menonjolkan separuh tubuhku yang tengah dibalut lingerie. Sungguh malu memerah dipipiku, ku tak sempat mengganti baju setelah bercinta saat dering handphone berbunyi. Buru-buru saja kuangkat handphone dan kubalut tubuhku dengan apa yang terlihat oleh mata. Mulai dari situ obrolan pun mengawur, menjurus ke hal intim dan tak lagi ada sekat yang membatasi. Lalu tumbuh rasa ingin jumpa yang tak lagi bisa dibendung. Mulai membayangkan nikmatnya bercinta atas dasar cinta, hingga itu benar dilakukan. Sementara diruang redup kulihat lelaki lain pulas merebahkan rasa lelah yang meraup dari tubuh.

Repihan SesalWhere stories live. Discover now