Berbeda

13 4 2
                                    

Pagi kembali menjemput. Aku harus kembali melalui rutinitasku. Kembali ke sekolah dan kembali harus menghadapi hal yang begitu menyebalkan.

Kalau aku boleh memilih, aku tidak ingin berangkat kesana. Atau mungkin akan lebih baik kalau aku pindah dari sana. Tapi sayangnya aku tak bisa lakukan itu dan tak mungkin juga.

Dengan langkah gontai aku mulai mendekat ke arah sekolah yang ku cintai. Ya, hanya sekolah ku. Bukan orang-orangnya. Catat itu.

Pemandangan yang sudah tak asing bagiku saat melihat teman-temanku yang lain berjalan sambil bercengkerama. Ada pula yang sampai terbahak keras. Mereka terlihat bahagia. Ya, mereka. Hanya mereka.

Aku memilih untuk mempercepat langkah menuju kelas ku yang berada di bagian belakang. Terasa ada sesuatu yang menusuk dari sekitar ku. Aku sudah hapal dengan perasaan ini. Mereka melihatku.

Meja paling belakang adalah tujuanku sekarang. Kelas sudah mulai ramai dengan berbagai perbincangan. Dan lagi-lagi, aku memilih untuk diam. Sungguh, aku ingin hari ini cepat berlalu.

"Oy. Udah ngerjain PR kan ? Bagi lah," ujar Demas, teman sekelasku. Aku menatapnya lama tanpa memberikan jawaban.

"Heh ! Denger ga ? Mana PR nya ? Sini!" ujar Demas kembali denag nada yang mungkin sudah satu oktaf lebih tinggi.

"Ah, ya," jawabku singkat. Dengan segera aku mencari buku tugas ku dan memberikannya. Aku tak ingin terlibat dengan preman sekolah seperti Demas.

Demas langsung berlalu dan tak lupa meninggalkan sebuah tatapan merendahkan. Aku tak suka ini. Tapi aku bisa apa ?

Waktu berlalu dan kelas ini masih ramai. Kebetulan hari ini guru Fisika yang seharusnya mengajar sedang ada urusan dan membuat kelas ini kosong dari pelajaran. Kelas pun makin riuh dengan berbagai obrolan dan gelak tawa.

Aku ingin seperti mereka. Akuingin menjadi bagian mereka. Aku ingin....

Ku coba menenangkan diriku yang mulai tak karuan saat terbersit kembali keinginan untuk bergabung dengan mereka. Haruskah ? Apa aku bisa kesana ?

Ya, aku pasti bisa.

Dengan semua kekuatan yang berhasil ku kumpulkan, aku mencoba beranjak dari meja ku. Melangkah mendekat ke arah kerumunan yang berjarak lumayan dekat denganku.

"Pada tau ga sih ? Itu si Indah tuh ya katanya tukang tikung," ujar seorang perempuan berpita merah dengan begitu bersemangat.

"What ? Lo seriusan?" tanya seseorang lagi dibarengi dengan berbagai komentar yang terdengar tumpang tindih dan tak bisa ku tangkap dengan jelas.

"Ya serius lah. Kalo ga percaya, noh tanya si Cika," balas perempuan itu lagi sambil menunjuk seseorang lain menggunakan dagunya.

Perempuan yang di panggil Cika itu mengangguk mantap. "Ini serius, guys. Rena aja cowoknya direbut beberapa hari kemaren. Gila kan ? Belom lagi Gilang mantannya Dea. Banyak dah," ucap Cika bersemangat.

"Ih kok dia gitu ya," ucapku. Mereka langsung terdiam dan menatapku tajam. Pandangan mereka, aku tahu. Pandangan merendahkan.

"Lo ngapain ikutan, hah ? Sana pergi," perintah Cika dengan suara keras yang sukses membuat semua mata tertuju padaku.

Aku tetap tak bergeming. Aku tak peduli. Aku ingin seperti mereka. Dan aku harus bisa.

"Kenapa diem aja ? Pergi ga!" sambung yang lain dengan pandangan menusuk. Tapi lagi-lagi aku masih tak bergeming.

Beberapa menit berlalu tanpa ada percakapan dan gerakan. Hanya ada saling tatap. Bedanya mereka menatapku tajam seolah membenciku -atau mungkin memang mereka membenciku-. Sedangkan aku menatap mereka penuh harap agar bisa diterima kehadirannya.

"Guys, kita pergi. Ga usah peduliin ini cunguk," titah perempuan berpita merah itu sambil terus menatapku. Mereka mulai bergerak menjauh.

"Dan lo. Jangan coba-coba deketin kita," pungkasnya lagi dan kemudian berlalu keluar kelas.

Aku hanya bisa tertunduk diam. Aku sudah tahu kalau semua orang di kelas ini sedang membicarakanku. Apa aku ini bodoh sampai nasibku seperti ini ?

Apa yang salah padaku ? Aku normal, mereka pun normal. Aku hampir seumur dengan mereka semua. Aku berada satu kelas dengan mereka. Tapi kenapa terasa begitu berbeda ?

Kenapa aku seolah dibedakan dari yang lain ? Apa salahku ? Apa kurang ku ?

Aku muak. Benar-benar muak. Kenapa semua ini terjadi padaku ? Apakah di dalam diriku ada sesuatu yang membuatku berbeda ?

Atau mungkinkah aku memang berbeda ?

YUAWhere stories live. Discover now