duabelas

2.6K 312 73
                                    

Taeyong pov.

Setelah kejadian malam itu dimana aku dan ten bertengkar  aku menjadi lebih pendiam dari biasanya. Pikiranku selalu kacau dan aku tidak tau apa yang terjadi dengan diriku sendiri.

Aku sudah mencoba menghibur diri tetapi perasaan salah dan takut selalu menghampiriku.

Seperti malam ini aku sudah beberapa kali menghubungi yeri tetapi dia tidak menjawab panggilanku sehingga membuatku merasakan kesepian.
Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat bintang. Bintang malam ini tidak terlalu banyak seperti biasanya, hanya satu bintang yang paling bersinar diantara lainnya.

'Drttt...drtt....'
Ponsel yang sedari tadi memang sudah berada ditanganku bergetar menandakan panggilan masuk.

'Eomma is calling....'
Eomma menelponku? Tumben sekali.

"Halo eomma" aku mengangkat panggilan eomma dengan sapaan.

"Taeyong" Eomma memanggilku dari sebrang sana. Hanya sebuah panggilan berupa namaku tetapi eomma seolah memanggil namaku dengan sangat serius.

"Ada ap—" Aku belum sempat menyelesaikan pertanyaanku.

"Ten memutuskan pertunangannya denganmu" Aku menahan nafas dan menggenggam ponselku dengan erat.

"Kau senang?" Aku tidak mampu menjawab. Bibirku terasa kelu. Benarkah ten memutuskan pertunangan secepat ini?

Seharusnya aku merasa senang, seharusnya sekarang ini aku merasa senang sekali.
Tapi.....

Ntahlah aku hanya perlu sendiri untuk menenangkan perasaanku.

"Taeyong kau dengar eomma?" Dari suara eomma aku dapat mendengar dengan jelas eomma sedang menahan tangisannya.
Aku tau eomma memang sudah menyayangi ten tapi tidak denganku.

"Aku ada urusan. Aku tutup telponnya." Aku segera memutuskan panggilan dari eomma secara sepihak.

Aku tidak menyangka akan secepat ini ten membuat keputusan. Apakah karna kejadian malam itu? Apakah aku sudah sangat keterlaluan kepada dia?

Besok aku akan kekampus untuk menemui ten. Aku akan meminta maaf dan berterimakasih karna dia memutuskan pertunangan ini.

. . . .
. . . .

"Mae akan merindukanmu ten" Ten memeluk ibunya dengan sangat erat.

"Jaga dirimu baik-baik mae" Ten mengecup kening ibunya.

"Phao aku pergi" Ten gantian memeluk ayahnya yang sedari tadi sibuk menenangkan tangisan ibunya.

"Jaga dirimu baik-baik ten" Ten menganggukkan kepalanya.
Ten melepaskan pelukannya lalu beralih menatap jaehyun yang sedang menunduk.

"Hei, jangan menangis." Ten memukul pundak jaehyun dengan tawanya. Terimakasih kepada ayahnya yang selalu mengajari dirinya untuk menjadi seseorang yang kuat jadi disaat seperti ini ten masih bisa tertawa walaupun hatinya sedang bersedih.

"Kau akan meninggalkanku" Jaehyun menatap ten dengan mata yang memerah karna menahan airmata-nya.

"Masih ada doyoung yang menemanimu"
Jaehyun mendesis mendengar godaan ten, disaat seperti ini masih sempat saja ten bercanda.

"Jaga dirimu baik-baik" Jaehyun membawa ten kedalam pelukannya.

"Kau juga" Ten menepuk-nepuk punggung jaehyun sebelum melepaskan pelukannya.

"Yukhei, jaga ten baik-baik disana" Ayah ten menepuk pundak yukhei.

"Iya paman" Yukhei membungkuk hormat.

We need time [TaeTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang