1

3.9K 127 3
                                    

"Win, masuklah. Udara semakin dingin".

Win tetap bergeming. Suara suaminya seolah angin lalu. Seolah suara guntur yang menggelegar dan kilat yang menyambar-nyambar lebih indah didengar oleh telinganya. Angin kencang menerobos masuk ke dalam menerbangkan gorden jendela yang tergerai.

"Win masuklah, ayo kita nikmati hujan ini dari dalam" suara Bram kembali membujuk Win yang tak bergeming dari panggilan pertamanya.

Kali ini Bram mendekat sambil merengkuh pundak Win mencoba membawanya masuk ke ruang tamu. Sambil tidak mengalihkan pandangan dari hujan yang diiringi angin kencang, Win menyeret langkahnya ke dalam. Sambil bibirnya bergumam lirih seolah tidak memerlukan jawaban,

"Mas, Bapak sebentar lagi sampai bukan?"
Bram terdiam, lidahnya kelu untuk menjawab.

"Diminum dulu teh hangatnya Win, biar menghangatkan perutmu" ucap Bram sambil menyodorkan secangkir teh hangat yang sekarang semakin sering Bram membuatnya semenjak Bram menikah dengan Win.
Terlebih ketika musim hujan tiba.

"Mungkin bapak nggak akan datang ya Mas, hujan semakin lebat" ujar Win lirih.

Bram terkesiap, dirangkulnya pundak Win.

"Berceritalah apa saja padaku Win".

Ucap Bram terdengar setengah hati. Dibiarkanya Win yang masih asyik dengan hujannya.

Kemudian diraih iphonenya. Memainkan sesuatu disana, yang selama ini tak pernah dilakukannya jika sedang berdua dengan Win. Entah mengapa hatinya bergemuruh.

Suara gemuruh hatinya seolah mengalahkan gemuruh diluar sana.

bersambung

Aku,Mas Bram Dan Hujan (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang