[6] Hari kelima

486 63 6
                                    

Dingin terasa menyengat hingga ke tulang, tapi Petra tidak menghiraukannya. Ia hanya menggunakan mantel yang cukup tipis, dan dengan wajah yang sangat berantakan ia berjalan menuju laundry.

Jangan kira Petra belum berdandan, ia sudah melakukannya. Petra berdandan guna menutupi kantung matanya yang berwarna hitam dan matanya yang sembab juga ujung hidungnya yang memerah karena terlalu banyak menangis.

Ia pikir, semalam, ia bisa tidur dengan nyenyak untuk sesaat tapi kenyataannya tidak. Untuk memejamkan mata saja terasa sangat sulit, apalagi untuk tertidur? Air matanya seakan akan menjadi jarum di matanya jika tidak menetes.

'Klinting!'

"Selamat pagi, Petra!" ucap Eren menunjukan senyumannya yang manis. Sedetik kemudian Eren langsung menghampiri Petra dengan tampang khawatir.
"Petra?! Apa yang terjadi padamu? Kau kenapa?" teriak Eren sembari mengguncang bahu Petra. Mungkin menurut sebagian orang teriakan Eren terdengar begitu dramatis dan terlalu berlebihan, tapi tidak bagi Petra, baginya itu bentuk ketulusan yang diberikan Eren untuknya.

"Aku baik - baik saja, Eren" ucap Petra dengan suara lirih dan bergetar, menahan air matanya yang hendak jatuh.
"Baik katamu? Apanya yang baik? Lihat wajahmu sekarang ini Petra! Apa kau sakit?" suara Eren mengundang semua karyawan mendekatinya, termasuk Levi.

"Eren aku baik - baik saja, kau tidak perlu sehisteris itu" suara Petra kian lirih. Air matanya sudah berada di kelopak matanya, mengunggu untuk terjun bebas.

"Tidak mungkin kau baik - baik saja, Petra! Kau-" ucapan Eren berhenti ditengah jalan saat Levi menepuk bahunya.

"Tidak perlu kau berteriak seheboh itu Eren, biarkan saja dia mengurus dirinya sendiri. Lagi pula dia sendiri yang bilang kalau dia baik - baik saja" Levi mencengkram bahu Eren dan memicingkan matanya.

"Tapi bos-"
"Kubilang sudah! Tidak akan selesai jika kau terus bertanya padanya!" bentak Levi. Semua karyawan tersentak mendengarnya, belum pernah Levi terdengar semarah ini sebelumnya. Sementara Petra menunduk dan segera undur diri menuju ruangan loker.

"Petra" Hanji memulihkan Petra dari lamunannya dengan tepukan halus di bahu Petra. Petra merubah posisi duduknya, menatap Hanji.

"Eh- iya, ada apa Hanji-san?" Hanji tersenyum lalu duduk di sebelah Petra.

"Kau tahu Petra, sepertinya aku butuh bantuanmu untuk menjemur pakaian di atap" Petra melebarkan matanya.

"Sungguh? Aku boleh menjemur pakaian di atap?" Hanji mengangguk. Seakan lupa dengan kesedihannya, mata Petra berbinar bahagia. Akhirnya apa yang diinginkannya bisa juga tercapai.

***

Ditemani oleh kain yang melambai di tiup angin, Petra memejamkan matanya dan merentangkan kedua tangannya menikmati angin yang menabrak tubuhnya. Beban pikirannya seakan hilang terbawa angin. Petra membuka matanya dan berniat kembali ke dalam untuk membuang sampah, tapi pandangannya terhenti pada seorang laki - laki.

Jean. Lelaki itu mengarahkan kamera yang tergantung di lehernya ke arah Petra.
"Petra! Ayo senyum!" menurut, akhirnya Petra memberikan senyuman dan dengan segera Jean menjepret kameranya.

"Satu kali lagi!" Petra mengganti gayanya dengan menempatkan dua jarinya di dekat pipi. Jean terkekeh melihat gaya Petra, ia segera memotretnya lagi.

"Terimakasih, Petra!" ujar Jean sedikit berteriak, karena jarak antara mereka berdua cukup jauh, tepatnya berada di bangunan yang berbeda. Jean berdiri di atap kafe tempatnya bekerja, sementara Petra berdiri di atap tempat laundry.

"Terimakasih untuk apa? Harusnya aku yang bilang begitu" balas Petra lagi. Jean tersenyum padanya.

"Kau tahu, Petra, sepertinya hari ini aku bisa pulang bersama denganmu!" Petra tersenyum,

Stay a WhileWhere stories live. Discover now