Part 1 : 24 Desember 2270

856 56 14
                                    

Percayakah kau bahwa kiamat itu ada?

Percayakah kau bahwa dunia bisa hancur dalam satu kedipan mata?

Percaya atau tidak, itulah yang terjadi 30 tahun yang lalu sebelum aku berada di sini, di ruang gelap ditemani dengan bintang-bintang tanpa adanya gravitasi.

***

24 Desember 2270

06:30 AM

Fourtwnty - Zona Nyaman

Pagi ke pagi ku terjebak di dalam ambisi

Seperti orang-orang berdasi yang gila materi

Rasa bosan membukakan jalan mencari peran

Keluarlah dari zona nyaman

Lagu yang biasa kudengarkan di dalam mobil saat perjalanan menuju kantor. Entah mengapa aku merasakan pagi yang berbeda dari pagi sebelumnya, apa mungkin karena besok sudah mulai memasuki hari natal? atau karena aku merasa tidak nyaman meninggalkan istriku yang sedang hamil di rumah sendirian. Pikiranku sangat campur aduk hari ini ditambah cuaca yang sangat tidak mendukung.

Rintikan hujan membasahi bahuku setelah beberapa detik aku keluar dari mobil. dikarenakan jarak dari parkiran mobil dan kantor yang cukup jauh,aku masuk ke dalam kantor ISA dengan kondisi basah kuyup dan pomade yang luntur dari rambutku.

Aku bekerja di salah satu Perusahaan Antariksa terbesar di Indonesia yang sekelas dengan NASA (National Aeronautics and Space Administration), yaitu ISA ( Indonesian Space Aeronautics). Perusahaanku memiliki luas lahan 350 hektar dengan tinggi gedung yang berbeda-beda ada yang 50 lantai, 55 lantai bahkan ada yang 97 lantai. Bisa dikatakan ISA merupakan satu-satunya Perusahaan milik Negara dengan luas lahan paling luas di Indonesia.

 Bisa dikatakan ISA merupakan satu-satunya Perusahaan milik Negara dengan luas lahan paling luas di Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat Pagi, pak!!"

seorang satpam bernama Joko menyapaku dengan semangat, mungkin karena aku memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan ini.

"Iya, pagi Jok."

jawabku dengan santai sambil berjalan menuju ke ruangan kerjaku. Tiba-tiba Joko menghentikan langkahku.

"Pak, tunggu sebentar pak. Ini tadi ada orang yang menitipkan surat untuk bapak."

ucap Joko sambil menuju ke arahku.

"Oh iya, terima kasih Jok."

ucapku sambil menuju ke ruang kerjaku

"Sama-sama, pak!!"

Saut Joko dengan semangat. Joko memang salah satu satpam paling semangat dibandingkan satpam lainnya, menurutku itu karena dia mendapatkan gaji yang lumayan besar di Perusahaan ini dibandingkan perusahaan lain yang pernah ia kerjakan.

Sesampainya di ruang kerjaku kuambil sebuah pisau dan kubuka surat yang diberikan Joko padaku di lantai bawah tadi.

"srreeettttt"

Suara kertas yang terobek.

Setelah kubuka isinya yaitu surat pemindahan tugas yang dikirim dari Kantor Pusat. Yang memerintahkan ku ke Amerika lebih tepatnya ke NASA untuk membantu mereka menyelesaikan sebuah proyek

Proyek tersebut merupakan tugas yang diberikan secara rahasia oleh IAA (International Aeronautics Administration). IAA adalah Organisasi Antariksa Internasional yang memberikan perintah bukan sembarang perintah atau tugas bukan sembarang tugas.

Pikiranku campur aduk saat ini antara memikirkan Isteriku yang sedang hamil dengan tugas yang wajib kujalankan sebagai seorang Astronot.

***

14:27 PM

Langit sudah menunjukkan senyumannya yang tadinya suram menjadi riang, yang tadinya mendung menjadi cerah. Ku lihat ke luar jendela sambil memikirkan tugas yang diberikan IAA.

3 menit kemudian tepat jam 14:30 PM waktu kerja ku telah selesai dan segera pulang.

"Bu, Ayah pulang."

Ucapku sambil membuka pintu.

Sesampainya di dalam perasaanku mulai aneh karena tidak kudengar ucapan selamat datang yang biasa diucapkan Isteriku. Aku buka pintu kamar dan melihat bercak darah tertempel di dinding dan di tempat tidur, darah itu masih baru dan berwarna merah cerah. Karena merasa ada yang tidak beres dengan terburu-buru aku mengambil pistol yang ku letakkan di bawah meja makan dan menodongkan ke arah pintu kamar. Hal ini sangat aneh, karena tidak ada kutemukan mayat Isteriku tergeletak di lantai atau di ruangan lain, apa mungkin pembunuhnya telah membuang mayat Isteriku?

"tap..tap..tap..tap..tap"

Suara kaki terdengar di lantai 2.

"Clar.. Clara?!!"

Teriakku dari lantai bawah. Tetapi tidak ada jawaban.

Perasaan gugup menghantui ku dengan keringat dingin membasahi wajahku. Pelan-pelan aku naik ke atas dengan tangan yang bergetar sambil menodongkan glock-18 ke arah depan.

"tap.."

Langkah pertama.

"tap.."

Langkah kedua.

"tap.."

Langkah ketiga.

"DUAARRR!!!!"

BERSAMBUNG...


1.000.000.000 KMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang