Chapter 10

2.5K 211 24
                                    

Studio foto empat lantai milik Uchiha Mikoto menjadi tujuan Haruno Sakura sepulang dari Shimane. Dia tidak sanggup lagi menahan diri. Dia ingin mencurahkan keluh kesahnya kepada wanita itu secara langsung.

Perempuan yang duduk di balik meja resepsionis mencibir tingkah laku gadis merah muda itu. Berlalu begitu saja tanpa bertanya apa Mikoto bersedia diganggu atau tidak. Lagipula sekarang bos besarnya itu sibuk mengurusi pemotretan untuk produk terbarunya.

"Bibi!" Sakura memanggil Mikoto sambil menangis. Tanpa mengatakan apa-apa, Sakura langsung menubrukkan tubuhnya kepada Mikoto yang tadinya berdiri di sebelah fotografer, menatap model—yang sedang berpose di depan kamera—dengan serius. "Kyou tidak menyukaiku," kata Sakura seraya terisak.

Mikoto mengusap-usap punggung Sakura yang bergetar. "Tenanglah, Sayang! Ayo ke kantor Bibi, kita cerita di sana."

Kantor Mikoto terlihat lapang. Putih adalah warna yang mendominasi. Bahkan vas bunga pun diisi dengan lili putih. Di seluruh dinding kantor menempel foto Kyousuke dengan berbagai macam pose dan pakaian. Sakura mengerti itu, karena Mikoto mengaku bahwa Kyousuke adalah model pria kesayangannya.

Ada satu foto yang tidak diterbitkan di mana pun, begitu kata Mikoto. Itu foto Kyousuke dengan Uchiha Itachi. Mereka saling membelakangi dengan punggung menempel. Kyou melipat tangan di bawah dada dengan pipi menggembung kesal. Sementara Itachi mengangkat tangan kanan tinggi-tinggi, tangan itu menggenggam sebuket mawar putih, sangat kontras dengan pakaian serba hitam yang dikenakan kedua orang itu.

Mikoto mempersilakan Sakura duduk di sofa yang berada beberapa meter di depan meja kerjanya, sementara dia mengambil segelas air untuk Sakura.

"Dia tidak mempedulikanku. Aku merasa kurang cantik." Sakura mulai berbicara lagi setelah ia menenggak habis segelas air putih. Airmata masih setia mengaliri pipi mulusnya.

Perlu waktu sepuluh menit agar Sakura selesai dengan semua kisah sedihnya. Mikoto menyeka airmata gadis itu sambil menenangkannya dengan berbagai macam kata penghibur.

"Kau tahu, pria Uchiha terkenal dengan kepribadian masa-bodohnya," kata Mikoto tidak nyambung.

Terang saja hal itu membuat Sakura mengerutkan kening bingung. "Apa hubungannya, Bibi?"

"Iya. Mereka memiliki ego yang sulit runtuh. Tetapi, saat mereka jatuh cinta padamu, mereka akan melakukan apapun untukmu, bahkan bersujud di kakimu. Kau memiliki kendali penuh atas hidup mereka," jelas Mikoto semakin membingungkan. Wanita itu sedikit tersenyum kala mengingat suaminya, senyum itu terlihat suram. Dia kurang yakin pria Uchiha yang dia nikahi persis seperti yang dia katakan. "Sayang, kau tahu kenapa aku memajang foto Kyousuke di seluruh dinding kantorku?"

Sakura memandang Mikoto heran, dia memiringkan kepalanya. "Karena dia model pria kesayangan Bibi, 'kan?" jawab Sakura tak yakin.

"Benar. Tetapi, lebih daripada itu, karena dia adalah putra kesayanganku, Uchiha Sasuke."

...

Saat ini Jepang tengah memasuki musim hujan atau masa peralihan musim semi ke musim panas. Bunga-bunga ajisai di distrik Ajisai terlihat cantik dengan warna-warna yang cerah, memberikan keceriaan bagi suasana gelap musim hujan.

Jalan Uchiha yang kini dilewati mobil yang ditumpangi Hinata, di kanan dan kiri, rumah-rumah yang berdiri sangat mewah, harganya mungkin berkisar antara ratusan juta sampai milyaran yen.

Hinata merinding membayangkan bagaimana dirinya di depan Uchiha Madara nanti. Dia melihat foto pria tua itu dari majalah bisnis yang dibawa Sasuke beberapa hari lalu. Tatapannya tajam, bahkan dengan melihat foto saja Hinata sudah menciut. Sialnya, pria itu justru mengirim pengawalnya untuk menjemputnya. Ini adalah hari Minggu paling menegangkan bagi Hinata, dia harus menemui Uchiha Madara, entah untuk apa. Yang ia tahu, ia gugup.

Tidak CocokWhere stories live. Discover now