Karakterisasi Novel Teenlit by Ken Terate

1.3K 83 3
                                    

Hai semua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai semua. Senang bertemu kalian di kelas teenlit KANOI. Bulan ini KANOI secara khusus mengangkat genre favoritku: TEENLIT. Tak usah ditanya lagi, aku girang bukan kepalang saat diundang untuk berbagi.

Novel Teenlit secara umum sudah sering dibahas di KANOI maupun di forum-forum kepenulisan lain. Jadi kali ini aku ingin menukik ke pembahasan yang lebih spesifik, yaitu soal karakter dalam novel teenlit.

Ada satu hal yang sangat khas dalam teenlit, yaitu tokoh utamanya yang 100% remaja (90% remaja cewek aku rasa). Nah, berikut poin-poin yang perlu kamu cermati:

1. Sifat remaja itu sendiri sudah menjadi KONFLIK dalam teenlit. Sadar nggak, perkembangan psikologis remaja itu, bahkan tanpa ditambahi masalah dari luar, sudah menjadi masalah tersendiri buat remaja? Mengapa sih, saat berusia 12 kita mendadak jadi sensi? Dulu main sama lawan jenis biasa-biasa aja, kini kok ada rasa malu, jengah, atau malah senang yang tak wajar? Kenapa sih kita jadi peduli banget sama rambut kita, baju kita, sampai cara berjalan kita? Sebelumnya, masalah baju selalu beres dengan cara: menarik baju yang paling atas. Kenapa setelah remaja kita mendadak galau banget soal baju? Ini menarik lho dijadikan konflik.

2. Remaja itu cenderung... LEBAY. Lebai menurutku adalah sifat yang remaja banget. Segalanya diaggap terlalu serius. Maka nggak usah heran kalau lihat postingan anak SD/SMP yang ngancam bunuh diri gara-gara ditinggal pacarnya, pakai foto berdarah-darah pula. Tanpa mengurangi simpati kepada segolongan kecil remaja yang memang punya masalah kejiwaan, harus diingat memang begitulah remaja. Oke-oke aja menjabarkan tokohmu mengunci diri dalam kamar tiga hari HANYA karena diolok-olok 'rambut indomie', meski kamu pikir, eh cemen, diolok gitu aja baper, padahal punya rambut keriting kan bukan dosa. Yas, di masa remaja kadang SEMUANYA terasa salah.

3. Meski lebai, alurnya tetap harus membumi dan logis. Oke, aku tahu kalian para pengarang remaja mungkin lagi jatuh cinta sama aktor Korea. Tapi nggak perlu lah membuat karakter kalian yang biasa-biasa aja pacaran sama bintang film kondang Korea. Pagimane caranye? Pagi-pagi si tokoh antre beli bubur ayam di pasar sebelah, kok siangnya bisa makan siang di hotel berbintang sama Lee-entah-siapa-pokoknya-kondang? Dan herannya si tokoh lancar aja berkomunikasi sama si bintang, padahal mak, belajar bahasa asing itu lama! Lebih absurd lagi kalau si bintang bisa bahasa Indonesia. Aduh,Beib, lebai boleh, konyol jangan.

4. Keterbatasan remaja juga harus kalian ingat dan jadikan sebagai konflik plus batasan alur. Tentunya kalian tidak bisa membuat tokoh kalian yang berusia lima belas tahun nyetir mobil sesuka hatinya (meski di dunia nyata itu ada).

5. Seperti lazimnya, tokohmu tidak boleh sempurna. Bahkan seandainya dia malaikat. Cewek bintang kelas dan cowok jago basket tetap dong punya kelemahan. Si cewek bintang kelas mungkin mudah depresi kalau dapat masalah, misalnya. Si cowok jago basket ternyata gampang mewek kalau lihat drama mengharukan. Itu semua alamiah. Tak perlulah kita membuat tokoh yang hitam putih banget, misalnya cewek yang saking baiknya, dimaki-maki pun diam aja, bahkan mendoakan si pemaki, dan ketika si pemaki kecelakaan, dia jadi orang nomor satu yang menolongnya. Oke, mungkin di dunia nyata ada orang seperti itu, tapi kalau dalam novel, ini bikin ilfil.

6. Untuk membuat karaktermu makin 'organik', silakan tambahkan detail yang membuat dia nyata, misalnya kebiasaannya mengerjapkan mata saat berbohong, ngomong ngaco kalau gugup, dan sebagainya.

7. Ingat ya, karakter menentukan plot. Artinya, kalau karaktermu pemalu dan introvert, plot percintaan yang mungkin terjadi adalah: dia kehilangan gebetannya karena mau mendekatinya aja nggak berani atau dia berlatih sekuat tenaga dan akhirnya bisa menaklukkan sifat pemalunya. Plot dia mendadak menembak si gebetan di depan teman sekelas silakan disingkirkan karena tidak logis.

8. Jangan lupakan masalah-masalah remaja di dunia ini. Banyak sekali remaja yang punya kehidupan berbeda dari kita; remaja yang harus menjadi penjual siomay keliling; remaja yang tak pernah diberi uang saku; remaja yang punya masalah kejiwaan atau orangtuanya punya masalah kejiwaan, dan masih banyak lagi. Sudut pandang remaja dalam menghadapi ini biasanya khas dan berbeda dari anak-anak maupun orang dewasa. Contoh, bila perempuan Indonesia berusia 30 hamil di luar nikah, permasalahan yang ia alami tentu beda dengan perempuan 17 tahun yang hami di luar nikah. Cara menghadapinya juga beda. Silakan dieksplor ya; banyak-banyak baca, banyak-banyak 'piknik', dan perluas wawasan. Biasakan melihat dari sisi lain dan berpikir kritis, misalnya kita biasa berpikir, "Kalau ada pelajar terlibat tawuran, dia harus diskors dari sekolah atau malah dikeluarkan sebagai hukuman." Nah, berpikirlah dari sisi lain, "Apakah itu solusi?", "Kalau dia dikeluarkan, apa yang akan terjadi padanya?"

9. Semua karakter mengalami perubahan. Karakter mempengaruhi plot dan plot mengubah karakter. Semua karakter dalam novel harus mengalami perubahan di akhir cerita. Perubahan ini bisa kentara atau tidak kentara. Cowok culun jadi gaul misalnya adalah perubahan yang cukup kentara. Tapi bisa pula keadaan si tokoh tidak berubah, tetap miskin, tetap jomblo, tetap culun dan seterusnya, tapi ada perubahan dalam cara pandangya, misalhnya biar dia jomblo, dia bisa menerima kejombloan itu dan menikmatinya.

Tentang Ken Terate:

Niken Terate Sekar, atau lebih akrab dengan nama pena Ken Terate adalah seorang penulis yang mendedikasikan tulisannya untuk remaja. "My Friends, My Dreams" karyanya menjadi juara ketiga Lomba Menulis Teenlit Gramedia Pustaka Utama. Karya-karya Ken Terate merupakan karya tulis bernapas remaja namun menampilkan masalah-masalah krusial, dan minim romantisme pacar-pacaran yang umum dibahas di banyak novel remaja.


Serba-Serbi KepenulisanWhere stories live. Discover now