Chapter 3

3.7K 305 18
                                    

"ALEX, LARI!"

"Tidak, Nuvaca. Kau harus pergi bersamaku!"

"Kau bisa mati, cepat lari sebelum dia menemukanmu. Berjanjilah untuk tetap hidup, aku mohon padamu, Alex."

"Tidak, aku tidak bisa hidup tanpamu!"

"Aku mohon untuk terakhir kalinya, Alex."

"Nuvaca, dengarkan aku. Aku hidup hanya untukmu, tidak masalah bagiku jika aku mati dan kau bahagia. Akan tetapi, untuk yang terakhir kalinya ... aku~"

Craaasshh

"ALEX!"

Mimpi. Nuvaca terengah-engah terbangun dari tidurnya, peluh membasahi bajunya dan masih setia mengalir dari pelipisnya. Mimpi yang sama, untuk yang kesekian kalinya. Mimpi di mana setiap matenya kembali hadir, dan mimpi itu akan terus menghantuinya.

"Sial," umpat Nuvaca sambil memukul ranjangnya.

Bayangan pria tampan beriris biru dengan senyum menghiasi wajahnya tergambar jelas di kepala Nuvaca. Bayangan yang selama ini ia rindukan dalam kehampaan hatinya. Tidak ada tangis, tidak ada air mata. Nuvaca tidak akan menangisi pria yang sudah lama ia cintai. Meskipun ia berkata tidak memerlukan mate, nyatanya Nuvaca pernah mencintai satu pria.

Pria yang membuatnya mengerti akan saling menghargai, menyakiti, dan melindungi. Pria yang membuat hatinya tergerak dan tersihir untuk selalu bersamanya. Pria tampan biasa, yang hanya seorang manusia. Dan pria itu ... bukanlah matenya.

"Aku mencintaimu, Nuvaca."

Lagi, perkataan itu terus terngiang-ngiang di setiap kemunculan mate barunya. Nuvaca mendengus pasrah, lagi-lagi ia akan terganggu ketenangan hidupnya karena bermimpi buruk dan sulit untuk tidur. Meskipun sebenarnya ia hanya butuh waktu satu jam untuk mengistirahatkan tubuhnya.

"Baby, kau baik-baik saja? Aku mendengar teriakanmu sampai ke kamarku," tanya sebuah suara yang berada di balik pintu kamarnya.

"Aku baik-baik saja, Tuan Prison. Lebih baik kau membungkam media-media keparat itu daripada mengurusiku!" jawab Nuvaca ketus.

Terdengar suara kekehan dari luar kamarnya, dan detik berikutnya pintu kamar gadis itu hancur berkeping-keping. Nuvaca membelalakan kedua matanya saat melihat Prison tanpa berdosa melenggang masuk dan tersenyum manis pada adik kecilnya.

"Kau menghancurkannya, Tuan Prison!" Nuvaca menatap tidak percaya ke arah kakak tertuanya yang kini berada di depan ranjangnya.

"Aku akan melakukan hal yang sama pada benda-benda kesayanganmu jika kau tidak memberitahuku siapa pria bernama Alex itu. Jadi, katakan padaku apa yang terjadi 98 tahun yang lalu antara dirimu dan pria bernama Alex itu," ancam Prison halus

"Aku akan menghancurkan gedung kantor milikmu jika kau menghancurkan barang-barang milikku," balas Nuvaca dengan wajah datarnya.

Prison menghela napas kasar; gadis mungil di depannya benar-benar gila. Prison tidak mengetahui apa yang terjadi sekitar 159 tahun yang lalu. Yang ia ketahui, Nuvaca pulang dengan pakaian kotor penuh darah dan matanya yang sembab. Tatapan gadis itu kosong dan sulit untuk diajak berbicara selama dua tahun. Hingga 98 tahun berlalu, Nuvaca masih tetap tidak ingin menceritakan apa yang terjadi.

"Seperti biasa, kau selalu sulit untuk dibujuk," jawab Prison lalu mengelus kepala adiknya itu.

Pria itu berlalu keluar kamar lalu memanggil pelayan, dan dengan sekali jentikan, pelayan itu membuat pintu kamar yang hancur kembali utuh. Keluarga O'Smirodez mempekerjakan berbagai ras di dalam kediamannya. Selain terlatih, mereka juga mendapatkan pelatihan khusus yang diberikan oleh Prison, calon kepala keluarga yang baru.

The Strangest LunaWhere stories live. Discover now