10

59 8 3
                                    

Mulmed : Ilustrasi apatermen Hilda

***

Line

Kaji Ken-san

'Kaito-kun. S.O.S.'

Kaito menatap layarnya kaget. Baru kali ini Kaji mengirim pesan SOS. Yang artinya dia sedang dalam keadaan darurat.

'Ada apa, Kaji-san? Apa terjadi sesuatu?'

Kaito membalas pesan Kaji dengan cepat, beberapa saat kemudian lelaki itu mendapat balasan.

'Nanti aku ceritakan.'

Kaito menatap arloji yang ada ditangan kirinya. Pukul 6 sore.

"Kalau begitu pulang kerja, aku ke apatermen Kaji-san saja." gumam lelaki itu.

Para editor mulai membereskan meja masing-masing, mereka bersiap-siap untuk pulang.

Oda berdiri dan menoleh ke arah Hilda yang masih sibuk dengan naskahnya.

"Jangan terlalu memaksakan diri, Irawan-san." Ucap Oda, Hilda menoleh.

"Kalau belum selesai, pulang saja. Kerjakan besok." Tambah Oda.

"Ini tinggal sedikit lagi. Sayang kalau tidak diselesaikan."

"Ya sudah, kalau begitu aku pulang duluan ya, Irawan-san. Ja nee." Hilda tersenyum dan mengangguk.

"Hati-hati, Oda-san."

Oda menoleh ke arah Kaito yang juga sibuk mengecek naskah. "Ishida-san, aku duluan ya." Pamit Oda.

"Iya. Hati-hati dijalan." Sahut Ishida tanpa menoleh. Kemudian Oda pergi.

Hilda terdiam sejenak. Gadis itu baru sadar bahwa diruangan ini tinggal mereka berdua.

Hilda menoleh ke arah Kaito sedikit. Lelaki itu terlihat fokus dengan pekerjaannya.

Hilda tau bahwa pekerjaan Kepala Editor dua kali lebih banyak daripada editor biasa. Kepala editor juga harus mengecek dan mengawasi para editor dan penulis agar tidak terjadi kesalahan.

Melihat Kaito yang serius, Hilda jadi teringat dengan Saga. Saga juga sering pulang terlambat karena banyak pekerjaan.

Hilda berdiri dan meninggalkan ruangan.

Kaito sedang sibuk dengan naskah-naskah yang masuk. Ada sekitar 10 naskah, dan semua itu harus selesai dalam dua hari.

Tiga buah naskah sudah ia cek, lelaki itu beristirahat sejenak, meregakan tubuhnya lalu bersender pada kursi kerjanya. Kaito menutup matanya, mengistirahatkan otaknya sejenak.

Beberapa saat kemudian, hidung Kaito mencium aroma kopi yang menggoda.

Kaito membuka mata dan ia melihat gadis bersurai hitam dengan rambut sebahu berdiri di depan mejanya. Manik cokelat Kaito beralih pada segelas kopi hangat yang ada diatas mejanya.

Kaito menatap Hilda, dan bertanya. "Apa ini?"

"Kopi." jawab Hilda.

"Aku tau. Maksudku, kenapa kau membuatkanku kopi?"

"Eh? Ishida-san tidak menyukai kopi?"

"Suka."

"Kalau begitu silahkan diminum." Kaito menatap Hilda dengan ekspresi sulit diartikan.

"Ishida-san masih ada pekerjaan, bukan? Pasti lelah rasanya bekerja seharian, tidak ada habisnya." Ujar Hilda dengan senyum kecil.

"Maka dari itu aku membuatkan kopi."

"Daisuki"Where stories live. Discover now