PROLOG

2.3K 201 26
                                    


.

.

.

.

.

Suara ketukan pintu membuat lelaki dengan seragam SMA itu menghentikan kegiatannya yang sedang merebahkan diri pada sofa empuk yang ada dikamarnya. Ia membuka pintu dan menemukan salah satu pelayan yang tengah berdiri sambil mengulas senyum kearahnya.

"Tuan Koo memanggil anda untuk segera ke bawah."

"Ada apa? Aku baru pulang, bilang aku sudah tidur."

Pelayan itu terlihat menunduk sambil menggesek-gesekkan jarinya, anak laki-laki itu pun mengerti bahwa pembantunya itu tidak berani melawan perintah dari ayahnya.

"Tsk, baiklah. Aku turun." Ia melangkah menuruni tangga yang dilapisi oleh marmer mewah itu.

Semakin langkahnya menuju lantai bawah, semakin ia mengerutkan keningnya. Pandangannya tengah sibuk melihat apa yang terjadi. Terlihat semua pembantu, tukang kebun, bahkan supirnya sibuk membawa berbagai barang. Barang-barang yang asing baginya. Dapat disimpulkan bahwa ada seseorang yang pindah kerumahnya.

Ia segera mempercepat langkahnya, untuk mencari sosok ayahnya.

Ruangan tengah yang terdiri dari berbagai furniture klasik ala rumah inggris itu menjadi pemberhentiannya. Ia menemukan ayahnya tengah berdiri dengan sesosok wanita yang terlihat asing bagi laki-laki itu. Terlihat dari penampilan wanita itu, sepertinya pekerjaannya sama dengan ayahnya yaitu seorang yang terjun dibidang bisnis. Ia pun berjalan mendekat.

"Ayah?"

Pria dengan setelan jas mahal itu menoleh, sebuah senyuman nampak pada wajah tegasnya. Mendengar panggilan itu membuat wanita dengan rambut yang disanggul itu ikut menoleh.

"Koo Junhoe, kenalkan ia ibu barumu."

Lelaki bernama Junhoe itu membeku. Ia menatap ayahnya dengan tatapan tidak percaya. Ia mengalihkan pandangannya pada wanita itu lalu mendengus kesal dan kembali menatap ayahnya untuk meminta penjelasan. Bahkan kepergian ibunya belum genap setahun.

Kapan ayahnya melaksanakan sebuah pernikahan?

Dimana ia mendapatkan wanita ini?

Begitu banyak pertanyaan pada kepala pemuda tinggi itu. Banyak kata-kata penuh amarah yang ingin dia sampaikan. Tapi semua tertahan.

Ia tau ayahnya memang menyebalkan dan keras kepala. Junhoe akui itu yang membuatnya tidak begitu dekat dengan ayahnya dan jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan ibunya. Ayahnya yang selalu sibuk dengan urusan perusahaan membuat Junhoe terbiasa untuk tidak mencampuri urusan ayahnya. Bahkan ia tidak ingin tau apa saja yang ayahnya lakukan.

Tapi ini sungguh keterlaluan.

Menikah lagi?

"Hai, Junhoe-ya. Senang bertemu denganmu." Suara wanita itu lembut, wajahnya juga memiliki aura yang begitu damai. Tapi tetap saja Junhoe tidak luluh, ia hanya mendecih tidak suka mendengar sapaan wanita itu.

Ayahnya melihat raut wajah Junhoe yang tengah menahan amarah, mata anaknya itu juga terlihat merah menahan tangis. Tentu ia sebagai ayah tau, tapi ia tidak peduli. Ini keputusan seorang Koo Seunghyun dan tidak ada yang boleh mengganggu gugat tentang itu.

"Kau sudah berumur 17 tahun, Junhoe. Berusahalah untuk terbuka," ucap ayahnya santai sambil mengetik sesuatu pada ponselnya. Ia mendekatkan alat komunikasi itu pada telinganya.

소나기 (DOWNPOUR) | JunHwanWhere stories live. Discover now